Rabu, 20 Februari 2013

Cerpen


SEDIKIT PENGORBANAN UNTUK ADIKKU
Sayup-sayup kubuka mataku.”Mama gimana keadaan Nujan sekarang, apa operasinya berhasil, apa dia sekarang sudah sadar, dia akan sembuh kan ma?”. Beruntun pertanyaanku lemparkan kepada mama yang menugguiku disamping bangsal tempat aku terbaring lemah. Dengan suara yang ditahan-tahan mama berkata “operasinya berhasil, dan Nujan akan sembuh Dew, Cuma Nujan masih belum siuman.”Ma, aku ingin melihat Nujan, antar aku keruangannya ma!” pintaku dengan suara yang dibesar-besarkan sambil menahan rasa sakit. “Tapi Dew, kamu masih sangat lemah, kata dokter kamu tidak boleh terlalu banyak bergerak dulu”. “Tidak ma, aku sudah sembuh kok, aku sangat khawatir dengan keadaan Nujan ma, aku mau menungguinya ma, aku ingin lihat dia bangun dan tersenyum untukku ma”
Aku anak ke-2 dari 3 bersaudara, Desy adalah kakakku satu-satunya, dia sudah menikah. Nujan adikku satu-satunya yang sangat aku sayangi, karena berkat pengorbanannya lah aku bisa melanjutkan pendidikanku. Ayahku sudah lama meninggal, karena tumor ganas yang menyerangnya dibagian leher, ketika aku berumur 6 tahun dan Nujan masih berumur 4 tahun pada saat itu. Tidak ada warisan berarti yang ditinggalkan ayah untuk kami, hanya sepetak tanah sawah.
Tak terasa aku sudah lulus kelas 6 SD dengan peringkat 1 terbaik ditingkat kecamatanku. Dengan beaya yang pas-pasan aku melanjutkan sekolahku dan masuk SMP. 2 tahun berlalu, adikku pun lulus SD dengan memperoleh nilai yang sangat membanggakan sekolah. Namun ditengah keberhasilan itu, mama berucap “nak, Nujan maukan masuk pesantren? Mama tidak mempunyai cukup uang lagi untuk membiayai kamu masuk SMP seperti kakakmu Dewi, kalau masuk pesantren kan beayanya lebih murah. Mama harap kamu bisa mengerti kesulitan mama Nujan, mama tidak mungkin memutuskan sekolah kakakmu yang sudah kelas 3 dan sebentar lagi dia ujian, mama juga tidak bisa terlalu berharap banyak dari uang kiriman kakakmu Desy, dia hanya bisa menyisihkan uang belanja bulanan anaknya untuk kita itupun sudah alhamdulillah. Tapi nanti kalau mama sudah punya uang cukup, Nujan bisa kok sekolah seperti kak Dewi”. “ Tidak apa-apa mama, pesantren atau SMP sama saja kan, yang penting sekolah, Nujan kan laki-laki, nanti kalau Nujan sudah dewasa Nujan yang akan menghasilkan uang untuk mama, jadi mama tidak perlu lagi hujan-hujanan jual kue keliling” begitu bijaknya Nujan menyikapi persoalan yang kami hadapi. Padahal aku tahu Nujan sangat ingin masuk SMP seperti teman-temannya, Dia sering bercerita kalau cita-citanya adalah ingin menjadi dokter, biar bisa selalu ada untuk mengobati dan memberikan pelayanan terbaik pada mama dikala mama sedang sakit.
 Ternyata ditengah situasi dan masalah keuangan yang kami hadapi, Nujan memutuskan untuk berhenti sekolah. Dia mengatakan ingin membantu mama untuk membiayai sekolahku, agar aku bisa merubah nasib keluarga kami. Mama juga terpaksa harus merelakan tanah peninggalan ayah satu-satunya dijual untuk beaya pendaftaran masuk kuliah yang terbilang mahal ditelinga kami. Setiap bulan Nujan selalu mengirimkan uang, walaupun hanya sedikit sangat berarti bagiku yang harus ngkost karena jarak rumah dan tempat kuliah yang terhitung ratusan kilometer jauhnya. Maklum Nujan Cuma anak remaja lulusan SD yang tidak mempunyai pengalaman cukup sebagai buruh cuci piring disebuah rumah makan.
 Aku sangat sedih mendengar hal itu, adikku yang sangat berprestasi dan mempunyai potensi tinggi  meraih sukses merelakan berkorban materi dan pendidikannya demi aku. Mama sering menceritakan kepadaku “Nujan selama bekerja tidak pernah menggunakan sepeserpun uangnya untuk disisihkan membeli keperluan pribadinya, seperti yang  kamu lihat baju yang dipakainya itu-itu saja, dia harus berangkat jam 4 subuh mengayuh sepedanya melawan hawa dingin yang menusuk tulang, bertarung dengan rasa takut yang merayap dipikirannya. Tiba di rumah saja hari sudah sangat larut malam. Dia hanya punya sedikit waktu untuk melepas lelah seharian bekerja”. Setiap ku ingat cerita mama, aku pun menangis. Sedangkan aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk sedikitpun menyenangkan hatinya selain belajar sungguh-sungguh dan mendoakannya agar dia selalu diberikan kemudahan dalam segala hal. Tidak jarang aku sering menangis meratapi keadaan kami yang begitu susah, bahkan aku juga sering menangis menahan emosi atas ledekan yang dilontarkan teman-teman di kampus maupun di kost karena aku orang miskin. “Allah selalu bersama orang-orang yang sabar” kata-kata itulah yang selalu dikumandangkan Nujan dan mamaku sebagai penyemangat, menjadi pegangan ketika aku mulai rapuh dan menyerah dalam segala ujian yang aku hadapi.
Waktu berlalu sangat cepat, aku pun mampu menyelesaikan kuliahku dalam waktu 3,5 tahun dengan camlaude. Aku memboyong kak Desy dengan anak dan suaminya beserta mama dan Nujan untuk berhadir di acara wisudaku. Aku mengajak mereka berfoto bersama di iringi linangan air mata, tangis bahagia mama melihat aku berhasil meraih gelar strata-1 Ekonomi yang sangat aku impikan sejak kecil. Dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku telah berjanji “apapun akan kulakukan untuk keluargaku, bahkan nyawaku juga rela aku korbankan demi mereka”.
Tiga hari selesai acara wisuda, aku langsung diterima bekerja di sebuah Bank atas pertimbangan nilai akademisku yang di atas stanndar rata-rata dengan gajih yang lumayan besar. Hingga aku pun mampu memberikan modal untuk adikku membuka usaha sebagai pedagang pakaian jadi.
Tepat pukul 12 dini hari, aku mendapat telpon dari kak Desy “Dewi, Nujan masuk rumah sakit, kata dokter ginjalnya dua-duanya rusak, dan Dia harus segera mendapatkan donor ginjal”. Tanpa pikir panjang aku langsung menuju rumah sakit. Sesampainya dirumah sakit sambil berurai air mata, aku meminta dokter segera melakukan operasi dan aku bersedia menjadi donor ginjal. “Berapapun beaya operasi tersebut akan aku usahakan dokter, asal adikku sembuh” rengekku pada dokter sambil menggoyang tangannya.
Sejam setelah dicek kecocokkan ginjal, aku pun langsung dibawa keruang operasi. Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi lagi, karena pengaruh obat bius yang diberikan dokter. “Nujan harus sembuh, Nujan harus sembuh, Nujan harus sembuh” itulah yang ada dipikiranku dan selalu terngiang.
Atas segala alasan yang aku kemukakan, dokter akhirnya mengijinkan aku menemui Nujan yang terbaring lemah setelah operasi. Walaupun terseok-seok melangkah dibantu tenaga medis yang ada di rumah sakit, aku meraih tangan Nujan dan memegangnya. “Nujan adikku, mungkin ini hanya secuil pengorbanan yang bisa aku lakukan untukmu dari sekian besar pengorbanan yang telah kamu berikan untuk kakak. Sebesar apapun pengorbanan dan materi yang kak Dewi berikan pada Nujan, tetap tidak akan bisa membalas apa yang telah Nujan relakan. Begitu juga dengan jasa-jasa yang telah mama berikan kepada kak Dewi, sampai kapanpun kak Dewi tidak akan mampu membalasnya.
Aku kaget mendengar suara Nujan “kak Dewi, makasih ya telah memberikan satu ginjalnya padaku, Nujan sangat sayang dengan kak Dewi, mama dan kek Desy, jadi Nujan juga rela melakukan hal yang serupa untuk kalian”.
“Kami juga sangat sayang pada Nujan” dengan kompak aku, mama dan kak Desy berkata. “Ya Allah, semoga kami selalu menjadi orang yang selalu saling mengasihi dan meyayangi, jangan biarkan kami saling bermusuhan, jangan biarkan juga kami menjadi orang yang tidak bersyukur atas karunia yang Engkau berikan”, doaku dlam hatti sambil menyeka air mata.Amien.


Selasa, 12 Februari 2013

Pihak Ketiga


Jingga kini merubah warnanya
Malam menyambut dengan girangnya
Disemilir angin malam
Kucoba ungkapkan masa lalu yang kelam
Kurajut cinta pada seorang lelaki
Cintaku terjalin layaknya pasangan sejoli
Hubunganku retak saat hadirnya pihak ketiga
Cinta yang berakhir air mata, ketika saling mencinta
Dia hasut kekasihku dengan beribu kata dusta
Dia cabik hatiku dengan cara menghina
Melaut benciku padanya
Aku diputuskan dengan tidak sewajarnya
Sakit, menangis dan terluka
Yang kurasakan saat diputuskan cinta
Hanya air mata yang sanggup merekam gejolak menjadi bahasa
Namun, aku tak mampu berbuat apa apa
Setelah ku tahu kau dan dia menjalin cinta.

Senin, 11 Februari 2013

Abreviasi dalam Morfologi


A.    Ihwal Abreviasi dan Proses Pembentukan Kata
Salah satu fenomena menarik dari perkembangan bahasa Indonesia adalah adanya gejala pemendekan atau abreviasi yang terjadi dalam berbagai bidang dan berbagai aktivitas sosial. Bahkan gejala ini sudah mewadah dalam dunia  politik sebagai ajang kampanye. Beberapa calon birokrat diberbagai tingkat seringkali memanfaatkan bentuk ini untuk kepentingan kampanye politik. Hasil abreviasi seringkali membentuk akronim yang dari sudut semantis merefleksikan makna positif.
Banyak alasan terjadinya fenomena abreviasi, terlebih-lebih dengan pesatnya laju teknologi informasi. Berkomunikasi melalui SMS, demi mengefektifkan tulisan orang lebih memilih bentuk-bentuk pemendekan, yang boleh jadi proses pemendekan tersebut bersifat personal, tidak berujukkan. Menurut Harimurti Kridalaksana, dalam kajian morfologis terdapat beberapa jenis proses pembentukan kata, yaitu afiksasi, reduplikasi, komposisi (pemajemukan),abreviasi, metanalisis, derivasi balik, dan morfofonemik.
B.     Pengertian Abreviasi
Abreviasi adalah roses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya. Abreviasi bisa juga disebut dengan pemendekkan.
C.    Jenis-Jenis Abreviasi
Harimurti Kridalaksana membagi jenis abreviasi ini ke dalam lima bentuk, yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf.
1.      Singkatan
Yang dimaksud dengan singkatan adalah hasil proses pemendekkan, yang antara lain berupa:
a.       Pengekalan huruf awal dari sebuah leksem, atau huruf-huruf awal dari gabungan leksem. Misalnya:
l                 = liter
R               = radius
H               = haji
Kg             = kilogram
DPR          = Dewan Perwakilan Rakyat
b.      Pengekalan beberapa huruf dari sebuah leksem. Misalnya:
Hlm           = halaman
Rhs            = rahasia
Dng           = dengan
c.       Pengekalan huruf pertama dikombinasi dengan penggunaan angka pengganti huruf yang sama. Misalnya:
P3              = Partai Persatuan Pembangunan
P4              = Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila
P 3AB       = Proyek Percepatan Pengadaan Air Bersih
d.      Pengekalan dua, tiga, atau empat huruf pertama dari sebuah leksem. Misalnya:
As              = Asisten
Ny             = Nyonya
Okt            = Oktober
Abd           = Abdul
e.       Pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir dari sebuah leksem. Misalnya:
Ir               = Insinyur
Pa              = Perwira
Jo               = Juncto
Fa              = Firma
Brig                = Brigade
2.      Penggalan
Penggalan adalah kependekkan berupa pengekalan satu atau dua suku kata pertama dari bentuk yang dipendekkan itu. Misalnya:
a.       Penggalan suku kata pertama dari suatu kata; misalnya:
  Dok                = Dokter 
b.      Pengekalan suku terakhir suatu kata, misalnya:
Men                 = resimen
c.       Pengekalan tiga huruf pertama dari suatu kata, misalnya:
Dep                 = Departemen
d.      Pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata, misalnya:
Brig                 = Brigade
e.       Pengekalan kata terakhir dari suatu frase. misalnya:
Harian              = surat kabar harian.
f.       Pelesapan sebagian kata,  misalnya:
Takkan            = tidak akan
3.      Akronim
Akronim adalah hasil pemendekkan yang berupa kata atau dapat dilafalka sebagai kata. Misalnya:
Ø  FKIP/fkip/ dan bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/
Ø  ABRI /abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/
Ø  AMPI /ampi/ dan bukan /a/, /em/, /pe, /i/
Ø  KAGI /kagi /dan bukan /ka/ , /a/, /gi/, /i/
Ø  SIM /sim/ dan bukan /si/, /i/, /em/
4.      Kontraksi
Arti kontraksi dalam abreviasi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan kata dasar atau gabungan kata. seperti:
Ø  Tak dari tidak
Ø  Sendratari dari seni drama dan tari
Ø  Berdikari dari berdiri di atas kaki sendiri
Ø  Rudal dari peluru kendali
Ø  Askes dari asuransi kesehatan
5.      Lambang Huruf (Definisi)
Arti Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur, seperti:
Ø  g (gram)
Ø  cm (sentimeter)
Ø  Au (Aurum)
Ø  H (hydrogen
Ø  Ni (nikel)