Senin, 25 Maret 2013

Analisis Interpretasi Lokal


NORHALIMAH                   A1B110239




EPISODE I6: MALAM SYAHDU
ANALISIS INTERPRETASI LOKAL DALAM CERITA “UPIN DAN IPIN”


TRANSKRIPSI DIALOG
Kak Ros          : (1) “Ih kau orang ne nak kemana?”
Upin                : (2) “Pergi ke Surau lah, nak sembahyang tarawih”
Kak Ros          : (3) “Lha, esokkan raya, mana ada sembahyang tarawih lagi”
Upin                : (4) “Hah tak ada? Dah habis puasa, tak balik pergi Surau lah? Yeye boleh main bunga api”
Kak Ros          : (5) “Ha, pergilah, hati-hati main tu”
Upin                : (6) “Tau lah ka”
Ipin                  : (7) “Hem hem”
Kak Ros          : (8) “Dah habis main nanti tolong kak Ros ya?”
Upin                : (9) “Boleh, tapi panggil lah, kita orang main tak habis”
Ipin                  : (10) “Betul betul betul”

Upin+Ipin       : (11) “Cantiknya, waw waw, hah?”
Upin                : (12) “Fizi, Ikhsan, marilah main bunga api…”
Ipin                  : (13) “Ha ah, ada banyak ni”
Ikhsan             : (14) “Tak nak lah, aku nak pergi Surau”
Ipin                  : (15) “Hah buat apa, tarawihkan dah habis?”
Fizi                  : (16) “Pergi takbirlah”
Upin                : (18) “Hah takbir?”
Ikhsan             : (19) “Coba lah pergi sekali !”
Upin                : (20) “Tak boleh, Opa tak pergi”
Fizi                  : (21) “Tak pa lah, kita orang pergi dulu, marilah intan payung”
Ikhsan             : (22) “Ih kau ni, aku bagi kau”

Upin                : (23) “Macam mana ni Ipin, tak ada kawanlah”
Ipin                  : (24) “Ipin ka nada, mari kita main”
 
Kak Ros          : (25) “Upin, Ipin…mari tolong kak Ros!
Upin                : (26) “Hah halah, banyak lagi ni”
Kak Ros          : (27) “Cepat”
Ipin                  : (28) “Nantilah, sekarang kita main lagi!”
Upin                : (29) “Ha ah, cepatlah kak Ros bising tu”

Kak Ros          : (30) “Ha…bentangkan tikar tu!”
Upin                : (31) “Siapa nak datang ne kak Ros?”
Kak Ros          : (31) “Kau tengok sajalah nanti”
Upin                : (32) “Tariklah
Ipin                  : (33) “Ya lah, tak sabar betul, diminta tolong dak marah-marah pula”
Upin                : (35) “Apalah kau ni, buatlah betul-betul
Ipin                  : (36) “Memanglah macam mana yang betul?”
Upin                : (37) “Ih ni lah aku buat”
Upin                : (38) “Ha, macam tu buat susah kah?”
Upin                : (39) “Ih kau ni, ni sekali lagi, kali ini kita lepas sama-sama
Upin                : (40) “Satu”
Ipin                  : (41) “Dua”
Upin+Ipin       : (42) “Tiga”
Kak Ros          : (43) “apa bising-bising tu? Bentang tikar pun nak gaduh”
Upin                : (44) “Tak gaduh, gurah ja”
Ipin                  : (45) “Betul betul betul”
Upin                : (46) “Tak apa,kita coba sekali lagi, aku pijak sini, kau tarik sampai habis, jangan lepas
Ipin                  : (47) “Hem hem, apa nak buat ni?”
Upin                : (48) “Kau pijaklah situ
Upin                : (49) “Ha, macam ni, ha jadi pun”
Kak Ros          : (50) “Ha, dah siap ambil ketupat nih!”
Upin                : (51) “Tak boleh ka”
Kak Ros          : (52) “Kenapa tak boleh? Lha kenapa ini, lipatlah hujung tikar tu ke belakang!”
Upin                : (53) “Ha, boleh kah macam tu?”
Upin+Ipn        : (54) “Yeye berjaya”
Kak Ros          : (55) “Cepatlah ambil ni!”

Tamu               : (56) “Assalamualaikum”
Upin+Ipin       : (57) “Walaikumussalam”
Upin                : (58) “Ha, lama ni orang, Fizi dengan Ikhsan pun ada”
Ipin                  : (59) “Opa, ada orang datang”
Opa                 : (60) “Jemput dia orang naik!”
Ipin                  : (61) “Mari naik”
Kak Ros          : (62) “Upin, bagikan kawan-kawan!”

Atu Dalang     : (63) “Assalamualaikum”
Kak Ros          : (64) “Walaikumussalam”
Atu Dalang     : (65) “Ha, engkau bedua, nak ikut Atu takbir raya?”
Upin                : (66) “Nak tu, tapi kita nak Tanya Opa dulu”
Ipin                  : (67) “Opa…boleh ikut tak?”
Upin                : (68) “Boleh lah Opa, kita tak pernah pergi takbir raya”
Opa                 : (69) “Pergilah, balik nanti ikut Atu, jangan nakal-nakal tau”
Upin+Ipin       : (70) “Ye…terima kasih Opa”


ANALISIS INTERPRETASI LOKAL
 YANG TERDAPAT DALAM DIALOG UPIN DAN IPIN

Interpretasi lokal yang terdapat pada dialog episode 16 dari cerita Upin dan Ipin adalah sebagai berikut.

1.       (30) “Ha…bentangkan tikar tu!”
Maksud dari Interpretasi lokal pada dialog ke 30 yang diucapkan kak Ros di atas adalah menyuruh Upin dan Ipin menggelarkan tikar yang tersandar di dinding ruang tamu rumah mereka, bukan tikar yang terletak di tempat lain.

2.      (32) “Tariklah
Maksud dari interpretasi lokal pada dialog ke 32 yang diucapkan Upin di atas adalah menyuruh Ipin untuk menarik ujung tikar yang dipegangnya Ipin, bukan menarik ujung tikar yang dipegangnya Ipin.

3.      (35) “Apalah kau ni, buatlah betul-betul
Maksud dari interpretasi lokal pada dialog ke 35 yang diucapkan Upin di atas meminta Ipin untuk menarik tikar dengan benar agar tikarnya tidak kembali menggulung lagi seperti yang sudah-sudah.

4.      (39) “Ih kau ni, ni sekali lagi, kali ini kita lepas sama-sama
Maksud dari interpretasi lokal pada dialog ke 39 yang diucapkan Upin di atas adalah mengatakan kepada Ipin untuk mengulang sekali lagi menggelar tikar yang kembali menggulung dengan sendirinya setelah mereka gelar itu dengan melepas ujung tikarnya secara bersamaan, bukan dengan bergantian. Interperatsi lokal itu berarti Upin hanya menyuruh Ipin  satu kali lagi untuk mengulang perbuatan yang mereka lakukan, bukan dua atau tiga kali lagi.

5.      (46) “Tak apa,kita coba sekali lagi, aku pijak sini, kau tarik sampai habis, jangan lepas
Maksud dari interpretasi lokal pada dialog ke 46 yang diucapkan Upin kepada Ipin di atas “aku pijak sini” adalah untuk mencoba membentangkan tikar yang disuruh oleh kak Ros sekali lagi dengan mengatakan bahwa Upin menginjak tikar yang ada di dekatnya, bukan yang ada di dekat Ipin. Sedangkan maksud dari interpretasi lokal yang diucapkan Upin kepada Ipin “kau tarik sampai habis, jangan lepas” adalah untuk menarik gulungan tikar yang ingin mereka bentang itu sampai benar-benar terbentang ke ujungnya dan meminta Ipin agar jangan melepas ujungnya tersebut.

6.      (48) “Kau pijaklah situ!
Maksud dari interpretasi lokal pada dialog 48 di atas adalah Upin yang menyuruh Ipin untuk menginjak ujung tikar yang di bawah kaki Ipin itu sendiri, bukan menginjak ujung tikar yang ada di bawah kakinya Upin.

7.      (50) “Ha, dah siap ambil ketupat nih!”
Maksud dari interpretasi lokal pada dialog 50 di atas yang diucapkan kak Ros di atas adalah menyuruh adik-adiknya yaitu Upin dan Ipin untuk mengambil ketupat yang ada di tangannya kak Ros, bukan yang ada di tangan orang lain.

8.      (52) “Kenapa tak boleh? Lha kenapa ini, lipatlah hujung tikar tu ke belakang!”
Maksud dari interpretasi lokal pada dialog 52 di atas yang diucapkan oleh kak Ros di atas adalah menyuruh Upin dan Ipin untuk melipat ujung tikar yang mereka gelar di ruang tamu rumah mereka itu ke belakang, bukan menyuruh Upin dan Ipin melipat ujung tikar tersebut ke depan atau ke samping.

9.      (55) “Cepatlah ambil ni!”
Maksud dari interpretasi lokal pada dialog 55 di atas yang diucapkan kak Ros kepada Upin dan Ipin yaitu untuk bersegera mengambil ketupat yang ada didekat kak Ros di dapur.
10.  (60) “Jemput dia orang naik!”
Maksud dari interpretasi lokal pada dialog 60 di atas yang diucapkan oleh Opa adalah meminta Upin dan Ipin menyilakan para tamu yang datang ke rumahnya untuk masuk ke rumah, bukan menyilakan tamu itu untuk berdiri saja di depan pintu.

11.  (62) “Upin, bagikan kawan-kawan!”
Maksud dari interpretasi lokal pada dialog 62 di atas yang diucapkan oleh kak Ros kepada Upin adalah meminta Upin untuk membagikan amplop kepada teman sebayanya yang datang ke rumahnya pada malam itu untuk takbiran, bukan membagikan amplop tersebut kepada para orang tua.

12.  (69) “Pergilah, balik nanti ikut Atu, jangan nakal-nakal tau”
Maksud dari interpretasi lokal pada dialog 69 di atas adalah perkataan Opa kepada Upin dan Ipin untuk mengikuti Atu Dalang pulang setelah selesai takbiran di Surau, bukan mengikuti teman-temannya yang lain.







Kamis, 14 Maret 2013

Kumpulan Resensi Roman


Azab dan Sengsara
Pengarang    : Merari Siregar
Penerbit      : Balai Pustaka
Tebal           : 163 halaman
Ringkasan cerita
Aminuddin adalah anak  seorang kepala kampung  yang terkenal kedermawanan dan kekayaannya. Masyarakat disekitar Sipirok amat segan dan hormat kepada keluarga itu. Mariamin adalah anak miskin. Ayah Mariamin, Sutan Baringin, sebenarnya termasuk keluarga bangsawan kaya. Namun, karena semasa hidupnya terlalu boros dan serakah, ia akhirnya jatuh miskin dan meninggal dalam keadaan demikian. Bagi Aminuddin, kemiskinan keluarga itu tidaklah menghalanginya untuk tetap menjalin hubungan. Aminuddin pun berjanji hendak mempersunting Mariamin. Mariamin dan ibunya senang sekali dengan berita itu. Niat Aminuddin itu disampaikan pula kepada kedua orang tuanya. Ibunya sama sekali tidak berkeberatan. Bagaimanapun, almarhum ayah Mariamin masih kakak kandungnya sendiri. Namun, lain halnya pertimbangan ayah Aminuddin. Sebagai kepala kampung yang kaya dan disegani. Jika Aminuddin kawin dengan Mariamin, perkawinan itu sama halnya dengan merendahkan derajat dan martabat dirinya. Itulah sebabbya, Baginda Diatas bermaksud menggagalkanya. Ayahnya menikahkan Aminuddin dengan  seorang gadis yang bernama Siregar. Sungguhpun begitu, sebagai seorang anak, ia harus patuh pada orang tua. Perkawinan pun berlangsung dengan keterpaksaan yang mendalam pada diri Aminuddin. Mariamin sangat terpukul jiwanya. Harapannya musnah sudah. Ia pingsan dan jatuh sakit sampai beberapa lama.
Setahun setelah peristiwa itu, atas kehendak ibunya, Mariamin terpaksa menerima lamaran Kasibun, seorang lelaki kerani yang bekerja di Medan yang sebenarnya baru saja menceraikan istrinya  hanya untuk mengawini Mariamin. Kasibun kemudian membawa Mariamin ke Medan. Namun rupanya, penderitaan wanita itu belum juga berakhir. Suaminya ternyata mengidap penyakit berbahaya semacam AIDS. Inilah sebabnya, Mariamin selalu menghindar jika suaminya ingin berhubungan intim dengannya. Akibatnya, pertengkaran demi pertengkaran dalam rumah tangga itu selalu terjadi. Aminuddin tak segan-segan menyiksa Mariamin. Secara kebetulan, Aminuddin datang bertandang sebagai sorang tamu, Mariamin menerimanya dengan senang hati, tanpa prasangka apa pun. Namun, bagi Kasibun, kedatangan Aminuddin itu makin mengobarkan rasa cemburu dan amarahnya. Tanpa belas kasihan, ia menyiksa istrinya sejadi-jadinya. Tak kuasa menerima perlakuan kejam Kasibun, Mariamin akhirnya mengadu dan melaporkan tindakan suaminya kepada polisi. Polisi kemudian memutuskan bahwa Kasibun harus membayar denda dan sekaligus memutuskan hubungan tali perkawinan dengan Mariamin.  Mariamin akhirnya terpaksa kembali ke Sipirok, kampung halamannya. Tidak lama kemudian Mariamin meninggal. Meniggalkan semua azab dan sengsara dunia.
Keunggulan    :Kurang menceritakan bagaiman kehidupan Aminuddin setelah kawin dengan Siregar, apakah mereka benar-benar hidup bahagia seperti yang diramlakna ayahnya.
Kelebihan   :Mampu memicu emosi pembaca dengan tokoh Kasibun. Membuat pembaca terharu dan terbawa suasana dengan tokoh Mariamin yang begitu sabar.
Amanat        :Janganlah memandang orang hanya dari materi. Karena materi belum tentu bisa membawa kebahagian.
Tokoh-tokoh toman Azab dan Sengsara beserta katrakternya.
Baginda diatas:ayah Aminuddin, seorang yang kaya raya dan disegani dimasyarakat. Dia tidak menyetujui hubungan aminuddin hendak menpersunting Mariamin.
Istri Baginda         :ibu Aminuddin, sangat mendukung keinginan Aminuddin untuk mempersunting Mariamin.
Sutan Baringin:ayah Mariamin, meninggal karena tidak tahan menanggung kemelaratan hidup akibat ulahnya sendiri.
Ibu Mariamin            : ibu Mariamin,seorang ibu yang selalu menginginkan anaknya bahagia.
Aminuddin        :anak yang berbakti kepada orang tua. Meskipun kebanhagiannya ditentukan orang tua.
Mariamin          :kekasih Aminuddin yang selalu menderita. Hubungan cintanya dengan Aminuddin pun harus kandas ditengah jalan.
Siregar             : istri Aminuddin atau wanita pilihan orang tuanya Aminuddin.
Kasibun             : suami Mariamin yang menderita penyakit kelamin dan selalu menyiksa Mariamin.
Pandangan masyarakat dengan roman ini adalah orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, meskipun tanpa mengetahui apakah anaknya bahagia dengan dengan semua yang telah dilakukannya.



Belenggu
Pengarang    : Armijn Pane
Penerbit      : Dian Rakyat
Tebal           : 150 halaman
Cetakan       : 21 ( tahun 2008 )
Ringkasan cerita
Berawal dari retaknya hubungan rumah tangga Sukartono (Tono) dan Sumartini (Tini) yang saling menutup diri dan barprasangka buruk. Tono menikah dengan Tini atas dasar kecantikan, kepintaran dan keenergikan Tini. Sedangkan Tini memilih Tono karena ia ingin melupakan masa lalunya yang kurang baik dan lantaran Tono seorang dokter. Kesibukan Tono seringkali memicu pertengkaran dirumah tangga mereka. Tini semakin sering keluar rumah karena merasa harga dirinya di lecehkan. Dokter Tono pun menjadi selingkuh dengan teman lamanya ( teman masa kecilnya ) yaitu Rohayah yang dipanggilnya dengan sebutan Yah. Yah sebanarnya adalah wanita panggilan setelah kabur dari suaminya yang terpaut usia jauh dengannya.
 Ketika Tini pergi ke Solo, Tono semakin menggila. Bagi Yah Tono adalah harapannya untuk menjadi perempuan yang sebenarnya. Selang beberapa waktu Tono pun dipilih menjadi juri pada lomba lagu keroncong di Pasar Gambir dia bertemu dengan teman sekolahnya di Bandung yang tak lain adalah Hartono. Hartono adalah mantan kekasihnya Tini, namun dia merubah namanya menjadi Abdul Hamid pada waktu pertama kali berkenalan dengan Tini dahulu. Sepulang dari menjadi juri Tono sangat kecewa sekali pada Rohayah yang telah menipunya. Siti Haryati penyanyi pujannya ternyata adalah Yah.ia amat tidak senang pada sikiap Yah yang selalu berpura-pura. Tono juga tel;ah mengetahui bahwa Tini istrinya ternoda sebelum mereka menikah. Pikiran yang menyebar itu menyebabkan ia memaklumi keadaan Yah.Tini yang mulai mengetahui hubungan gelap Tono dan Yah bermaksud menemui dan mendamprat Yah. Namun, keinginannya untuk memaki seketika luluh ketika dia bertemu Yah. Tini pun menyadari kesalahannya karena dia kurang begitu memperhatikan Tono. Ia pun instropeksi diri bahwa dia bukan lah istri yang baik dan telah gagal menjadi istri, bahkan ia meminta Yah untuk menjadi istrinya Tono dan menjaga Tono. Penyataan itu disampaikan Tini kepada Tono, Tono pun tersadar, ia masih berharap Tini menjadi istrinya. Tatapi tekad Tini sudah bulat untuk bercerai. Akibat perceraian itu Tono sangat sedih. Tini memutuskan tinggal di Surabaya, dan Yah pun telah meninggalkan Tono.
Keunggulan   : buku ini memberikan banyak kesan pembaca  dan akan memberikan opini pembaca.
Kelemahan   : pengarang buku ini terlalu banyak menyelipkan kata-kata yang susah dimengerti pembaca.
Amanat        : dalam menjalin sebuah hubungan rumah tangga harus ada keterbukaan antara kedua belah pihak.
Tokoh-tokoh roman belenggu dan karakternya         :
Sukartono    : seorang dokter yang mempunyai rasa kemanusian yang tinggi. Dia termasuk oranng yang dermawan dan suka menolong. Dia juga sangat mencintai pekerjaannya.
Sumartini     : perempuan modern yang mempunyai masa lalu yang kelam karena bebas bergaul. Dia selalu merasa kesepian karena suaminya selalu berada diluar rumah untuk mengobati pasiennya dan membiarkan Tini kesepian.
Rohayah       : korban kawin paksa orang tuanya. Dia sangat frustasi sehingga menjadi wanita panggilan. Diam-diam dia sangat mencintai Tono.

Pandangan masyarakat terhadap roman ini               :
Dengan membaca roman ini kan memberikan satu opini masyarakat, bahwa apabila kehidupan rumah tangga yang dibangun dari tidak adanya rasa cinta antara suami dan istri, maka akan terjadi hubungan yang tidak harmonis dan berdampak perceraian pada hubungan rumah tangga tersebut.hal inilah yang akan ditajutkan seseorang manakala dia berumah tangga tanpa didasari rasa cinta. Mereka tidak pernah akur, tidak pernah saling bertukar pikiran, dan tidak saling terbuka. Masing-masing memecahkan masalahnya sendiri-sendiri, sering salah paham dan sering bertengkar. Itulah sebanya masyarakat menghindari kawin paksa.









Cinta dan Kewajiban
Pengarang    : L.wairata dan Nur Sutan Iskandar
Penerbit      : Balai Pustaka
Tebal           : 104 halaman
Ringkasan cerita
Dalam novel ini diceritakan seorang perempuan penyabar dan baik hati yang bernama Sina dan mempunyai suami bernama Steven. Pernikahan Sina dan Steven tidak direstui orang tuanya, sehingga ia kawin lari. Karena marah akan kelakuan anaknya dan menaggung malu yang begitu sangat,orang tua Sina mengutuknya hidupnya akan celaka didunia. Tentang Steven, pada mulanya dia bertabiat baik,namun setelah surat dari orang tua Sina yang berisi kutukkan itu sampai ketangan Sina sifatnya menjadi berubah. Perangainya kasar, Sina seringt mendapat sepak terjang darinya, dan dia juga seorang pemabuk. Sebagai seorang istri yang setia meskipun diperlakukan kasar oleh suami Sina berusaha sabar dalam mengarungi hidup berumah tangga. Namun, kesabaran Sina berbuah penderitaan batin. Akibat dari tekanan tersebut Sina menderita sakit dan akhirnya meninggal.
Sina mempunyai 2 anak yang bernama Ani dan Andi. Ani mempunyai perangai sabar seperti ibunya. Dari ibunyalah Ani mendapat pelajaran tentang hidup sebagai seorang istri yang harus patuh dan setia kepada suami, berbuat baik kepada orang tuanya dan selalu mendahulukan kewajiban daripada cinta.
Sepeninggal ibunya Ani selalu sabar merawat ayahnya yang bengis dan kejam itu. Berkat Ani akhirnya Steven kembali menjadi orang tua yang baik. Tetapi sifat ini tak berlangsung lama sejak Steven menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Ros. Ros adalah tipe perempuan yang bengis, kejam dan jahat. Karena pengaruh Ros itulah perangai Steven berubah kembali menjadi buruk. Dari ibu tirinya itulah Ani selalu mendaoat perlakuan yang tidak baik sehingga ia menderita.
Ani adalah bunga desa di desanya itu. Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki bernama Bram yang mencintai Ani dan bermaksud melamar Ani. Ani mau menjadi istri Bram dengan syarat Bram mampu mengembalikan perangai ayahnya seperti dahulu, Bram pun mau menerima permintaan itu.
Ros tidak senang melihat hubungan Ani dengan Bram. Akhirnya Ros menghasut dan membujuk ibunya Bram untuk menunangkan Bram dengan Fien yang tak lain adalah keluarganya Ros. Mendengar pertunangan itu Bran tidak suka dan memutuskan pertunangannya  dengan Fien. Bram pun datang kepada Ani untuk melamarnya. Namun, lamaran Bram ditolak Ani dengan alasan dia mau menjadi istri Bram asalkan Fien sudah menikah dengan lelaki lain.
Dalam kisah selanjutnya Ros meninggal saat hendak melahirkan. Fien akhirnya menikah dengan kakak Ani yang sudah lama berdinas menjadi tentara yang bernama Andi. Sejak  pernikahan Andi dan Fien, Steven dikabarkan mati terbakar di kedai minuman karena sedang mabuk.
Sepeninggal ayahnya, Ani pun mengirim surat bahwa dia menerima lamaran Bram dan sipa menjadi istrinya.
Keunggulan   : roman ini mampu memberikan sebuah inspirasi pada kita bahwa harus mendahulukan kewajiban dari pada cinta.
Kekurangan  : pengarang tidak begitu kuat dalam merangkai kata-kata yang indaah dalam roman ini.
Amanat        : bersifat baiklah kepada semua orang, terutama dengan orang tua. Walaupun dulunya orang tua kita kurang baik denhgan kita. Suatu saat kebaikan akan mencairkan sikap orang yang dulunya beku.
Tokoh dan karakter dalam roman ini.
Ani     : gadis yang penyabar dalam menghadapi sikap ayahnya yang selalu mabuk-mabukan.
Bram  : pemuda yang sangat mencintai Ani yang bekerja diluar daerah juga.
Sina   : ibunya Ani yang juga sangat sabar sampai matinya dalam menghadapi perlakuan suami yang tidak wajar terhadapnya. Sina mendapat kutukan dari orang tuanya karena memilih Steven sebagai suami dan kabur dari orang tuanya.
Steven         : suami Sina yang suka mabuk-mabukan dan selalu berlaku kasar pada Sina dan Ani.
Ros    : ibu Tiri Ani yang terkenal sangat jahat dan licik dan jahat sebelum dia meninggal pada saat melahirkan.
Andi   : kakak kandung Ani yang bekerja diluar daerah.
Fien   : istri dari Andi sekaligus kawan Ani yang sempat hendak menikah dengan    Bram.
Dibawah Lindungan Kakbah
Pengarang    : Haji Abdul Malik Karim Amrullah
Penerbit      ; Bulan Bintang
Tebal           : 83 halaman
Cetakan       : tahun 1938
Hamid adalah seorang anak yatim yang miskin. Dia diangkat anak oleh keluarga Haji Jafar yang kaya raya. Perhatian Haji Jafar dan istrinya, Aisyah, terhadap pemuda itu sangat baik. Mereka sangat menyayanginya sebab pemuda itu sangat rajin, sopan, berbudi luhur, dan taat beragama. Mereka juga menyekolahkan Hamid di sekolah rendah bersama-sama anak kandung mereka, Zaenab. Ketika mereka beranjak remaja, dalam hati mereka mulai tumbuh perasaan lain, suatu perasaan yang belum mereka rasakan sebelumnya.  Hamid merasa bahwa rasa sayang terhadap Zaenab bukan lagi perasaan sayang kepada adiknya.  Demikian pula halnya dengan Zaenab.
Setelah tamat dari sekolah rendah, Hamid melanjutkan sekolah ke Padang Panjang, sedangkan. Zaenab tidak melanjutkan sekolahnya. Dan pada saat itu juga, Hamid benar-benar harus menguburkan perasaan cintanya kepada Zaenab ketika Haji Jafar, ayah Zaenab yang sekaligus ayah angkatnya, meninggal dunia.  Tidak lama kemudian , ibu kandungnya pun meninggal dunia. Sejak kematian ayah angkatnya, Hamid tidak dapat menemui Zaenab lagi karena gadis itu telah dipingit ketat oleh mamaknya. Hati Hamid  semakin hancur ketika ia mengetahui bahwa mamaknya, Asiah, akan menjodohkan Zaenab dengan seorang pemuda yang memiliki hubungan kekerabatan dengan almarhum ayah angkatnya.  Bahkan, Mak Asiah menyuruh Hamid untuk membujuk Zaenab agar gadis itu menerima pemuda pilihan ibunya sebagai calon suaminya. Maka, dengan sangat terpaksa,Zainab menerima pemuda pilihan orang tuanya.
Betapa sedih dan hancurnya hati Zaenab ketika ia menerima surat dari Hamid yang mengungkapkan segala isi hatinya yang pada saat itu ada di Medan.  Gadis itu merasa tersiksa karena ia pun mencintai Hamid.  Ia sangat merindukan pemuda itu. Karena selalu dirundung kesedihan, Zaenab menjadi sering sakit-sakitan dan ia kehilangan semangat hidupnya.
Setelah setahun berada di Mekkah, Hamid bertemu dengan dengan Saleh, seorang teman kampungnya yang akan melaksanakan ibadah Haji.  Ketika itu Saleh menjadi tamu di penginapan tempat Hamid bekerja.  Istri Saleh, Rosna adalah teman dekat Zaenab  sehingga Hamid dapat mendengar kabar tentang Zaenab.  Dari penuturan Saleh, dia mengatahui bahwa Zaenab pun mencintai dirinya.  Sejak kepergiannya, gadis itu sering sakit-sakitan.  Ia sangat menderita batin karena ia menanggung rindu kepadanya.  Ia juga mengetahui bahwa gadis itu tidak jadi menikah dengan pemuda pilihan ibunya karena suatu alasan.
  Rosna memberikan surat dari Saleh kepada Zaenab. Yang  menceritakan bahwa Hamid masih menantikan Zaenab, dan ia pun memberitahukan bahwa hamid akan pulang ke kampung halamannya bila mereka telah menunaikan ibadah haji. Ketika membaca surat itu, betapa gembiranya hati Zaenab. Hamid pun menerima surat balasan dari  Zaenab dengan suka  cita.  Semangatnya untuk segera kembali ke kampung semakin mengegebu-gebu.  Dia sangat merindukan kekasihnya.  Itulah sebabnya, dia memaksakan diri untuk menunaikan ibadah haji sekalipun dalam keadaan sakit. Namun sepulang melakukan wukuf di Padang Arafah, kondisi tubuhnya semakin melemah.
Pada saat yang sama, Saleh mendapat kabar buruk dari istrinya bahwa Zaenab telah meninggal dunia.  Ia tidak memberitahukan kepada Hamid karena keadaan pemuda itu sangat sakit parah.  Namun, Hamid mendesaknya untuk menceritakan surat tersebut. Hati Hamid sangat terpukul mendengar kenyataan itu.  Namun karena keimanannya kuat, dia mampu menerima kenyataan pahit itu dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.  Keesokan harinya,  dia tetap memaksakan diri untuk berangkat ke Mina.  Namun, dalam perjalanannya, dia terjatuh, sehingga Saleh mengupah orang Baduy untuk memapahnya.Setelah acara di Mina, keduanya berangkat menuju Masjidil Haram.  Ketika mereka selesai mengelilingi Ka’bah, Hamid minta diberhentikan di Kiswah.  Sambil memegang Kiswah itu , ia mengucapkan.” Ya, Rabbi, ya Tuhanku Yang Maha Pengasih dan Penyayang” beberapa kali.  Suaranya semakin melemah dan akhirnya berhenti selama-lamanya.  Hamid telah meninggal dunia di hadapan Ka’bah, rumah Allah.
Keunggulan   :Pengarang buku ini sangat mahir dalam menggunakan pesona kata-kata dalam setiap surat yang dibuatnya, dia pun masih menggunakan budaya Minang yang masih kental.
Amanat        :Roman ini mengajarkan kita banyak hal, cinta kepada manusia tidak selamanya bisa meiliki, namun cinta yang berdasarkan atas Tuhannya akn selamnya memiliki dan hakiki.
Karakter dan nama-nama tokoh
Hamid          : yatim piatu yang sopan, baik dan taat beribadah. Cintanya dengan Zainab tak sampai karena terhalang maut yang telah menjemput.
Zainab         : anak haji Ja’far yang sangat mencintai Hamid. Dia meninggal karena jatuh sakit dan terlalu merindukan Hamid.
Haji Ja’far   : orang tua angkatnya Hamid. Dialah orang yang telah merawat Hamid.
Aisyah         : istri Haji Ja’far yang juga sangat sayang kepada Hamid.
Saleh                 :sahabat Hamid yang bertemu dengan Hamid ketika di Mekah.
Rosna           : istri Saleh yang sekaligus juga sahabatnya Zainab.
Karena Anak Kandung
Penerbit      : Balai Pustaka
Pengarang    : M. Enri
Tebal           : 162 halaman
Cetakan       : 1 tahun 1940
Ringkasan Cerita
Berawal dari pernikahan yang tidak didasari rasa cintaantara Khairil dan Rukayah melahirkan seorang anak yang diberi nama Noviar, mereka menikah karena keinginan orang tua. Mereka anak beranak mulanya tinggal di Padang. Namun karena terjadi malase pada masa itu, akhirnya mereka pun memutuskan kembali ke desa tempat orang tua mereka tinggal yaitu Gadut. Sudah berbulan-bulan lebih mereka tinggal di desa, tetapi Khairil tetap saja masih menganggur. Karena hasutan-hasutan St. Malakewi kakak iparnya Rukayah yang terkenal kaya, angkuh dan memang sangat membenci Khairil lantaran mertuanya menolak lamaran Jamali, keponakkannya Khairil dan Rukyah pun bercerai. Rukayah pun menikah dengan Jamali. Namun, pernikahan mereka tak berlangsung lama, karena semenjak Rukayah memutuskan Noviar untuk tinggal bersamanyadi Medan, ternyata Rukayah pun mengetahui bahwa Jamali tidak pernah suka denagn Noviar dan bermaksud menyingkirkannya. Agar kasih sayang Rukayah hanya semata-mata tercurah kepada  Jamali. Setelah percerai Rukayah dengan Jamali, Rukayah pun menulis surat kepada Khairil yang diselipkannya disaku anaknya. Surat tersebut berisi bahwa Rukayah menyuruh Khairil untuk kembali menjadi suaminya atas dasara bahwa mereka sama-sama menyayangi Noviar. Tapi Khairil menolak permintaan itu. Beberapa tahun setelah itu Khairil pun tinggal di Jakarta atas dasar kerjaannya. Khairil pun bertemu dengan Asni kekasih lamanya, sebelum dia menikah dengan Rukayah. Pada saat itu Khairil menjadi bimbang untuk meneruskan kembali hubungannya dengan Asni. Ditengah kebimbangannya itu, Khairil pun mengambil keputusan yang pahit. Yaitu memutuskan hubungannya denagn Asni melalui sebuah surat yang sengaja ditinggalkannya di rumahnya sehari sebelum keberangkatan Asni ke Pontianak.
Keunggulan   : pengarang mampu memberikan kesan yang mendalam pada pembaca pada tokoh Khairil.
Kelemahan    : pengarang tidak begitu jelas menggambarkan apa yang terjadi setelah jamali cerai dengan Rukayah. Dan bagaiman reaksi St Malakewi pada saat itu.
Amanat        : kasih sayang orang tua kepada anak melebih kasih sayang orang tua pada dirinya sendiri. Oleh karena itu hormatilah orang tua yang telah merawat dan membesarkan kita.
Tokoh dan karakter tokoh
Khairil         : laki-laki yang mampu memutuskan cintanya demi seorang anak kandung yang takut kasih sayangnya terbagi antara anak dan kekasih hatinya.
Rukayah       : istri Khairil yang tega minta cerai demi mengejar impiannya untuk menjadi istri Jamali yang kaya.
St Malakewi : kakak iparnya Rukayah yang kaya, namun  sangat angkuh dan sombong dengan kekayaannya. Dia lah orang yang telah menghasut Rukayah untuk bercerai dengan Khairil karena dia sangat benci pada Khairil.
Noviar                   : anak dari pasangan Khairil dan Rukyah.
Asni             : kekasih hatinya Khairil yang di putuskan Khairil pada saat Khairil dijodohkan orang tuanya pada Rukayah.
Jamali                   : suami Rukayah yang sangat tidak senang dengan keberadaan Noviar.













Kalau Tak Untung
Pengarang    : Selasih ( Sariamin Ismail )
Penerbit      : Balai Pustaka
Tebal           : 156 halaman
Ringkasan
Dikisahkan seorang gadis kecil bernama Rasmani tinggal bersama orang tua, kakak, dan adiknya di sebuah desa terpencil. Mereka hidup sangat berkekurangan dan dijauhi oleh penduduk sekitar. Ia memiliki seorang sahabat bernama Masrul. Rasmani sudah menganggap Masrul sebagai seorang kaka.
Ketika mereka beranjak remaja, Masrul merantau ke Painan untuk mencari pekerjaan. Rasmani dan Masrul sama-sama merasa kehilangan, meskipun mereka tidak menyadarinya. Bahkan ketika Masrul ditunangkan dengan seorang gadis bernama Aminah, keduanya semakin sedih.
Di Painan, Masrul jatuh cinta pada seorang gadis bernama Muslina karena kecantikan dan kekayaan orang tua Muslina. Hingga akhirnya, ia menikah dengan Muslina dan memutuskan pertunangannya dengan Aminah, serta berusaha melupakan Rasmani meskipun ia tidak bisa. Mendengar berita pernikahan itu Rasmani semakin sedih, meskipun ia tak menunjjukkan perasaannya itu kepada Masrul.
Beberapa tahun kemudian Masrul bercerai dengan Muslina karena banyaknya masalah keluarga. Masrul kembali ke desanya dan disambut hangat oleh Rasmani dan keluarganya. Masrul pun memberanikan diri untuk menyatakan cintanya kepada Rasmani. Rasmani yang sangat mencintai Masrul tidak menolak. Namun, Rasmani yang terus mengalami depresi berat karena kekasihnya itu, mulai melemah dan sakit-sakitan. Hingga akhirnya, ia meninggal. Sebelum meninggal, Rasmani berpesan kepada Masrul bahwa ia sangat mencintai Masrul.
Keunggulan   : pengarang sangat berhasil melukiskan keadaan dan setiap kejadian yang  dialami para tokoh.
Amanat        : sebaiknya janganlah memilih seorang pasangan hidup yang belum begitu kita kenal.
Dapat kita ambil pelajaran dari  roman ini yaitu, janganlah menikah dengan orang yang masih memiliki hubungan darah atau keluarga dengan kita. Karena itu akan merusak citra keluarga masing-masing apabila terjadi kesalah pahaman atau sejenisnya.
Tak Putus Dirundung Malang
Pengarang    : Sutak Takdir Alisyahbana
Penerbit      : Dian Rakyat
Tebal           : 177 halaman
Cetakan       : Tahun 2008
 Ringkasan cerita
Syahbudin adalah ayah dari 2 orang anak, kesabaran dan ketabahannya adalah kekuatannya setelah ditinggal mati oleh istrinya karena terlalu pahit beban, kemiskinan dan penderitaan yang dipikulnya. Dalam mencari kehidupan yang mapan syahbudin pergi merantau dan meninggalkan kedua anaknya yang bernama Laminah dan Mansur. Mereka berdua dititpkan kepada saudara kandungnya  Syahbudin yaitu Andung Japisah. Sekembalinya dari merantau Syahbudin kembali ke Negeri Ketahun tanah kelahirannya dengan membawa penyakit yang mengakibatkan malaikat mencabut nyawanya. Menjadi lengkaplah penderitaan Mansur dan Laminah tiada mempunyai ayah dan ibu. Mansur dan Laminah diasuh oleh bibinya yang dipanggilnya Andung Japisah, tetapi sayang suaminya tidak memiliki hati nurani, berbagai caci maki dan pukulan diterima Mansyur dan Laminah tiap hari.
Akhirnya mereka pergi mengadu nasib di negeri seberang, Bengkulu, dengan harapan dapat menemukan nasib yang lebih ramah pada mereka. Disana mereka tinggal disebuah toko roti tempat mereka bekerja. Tak lama kemudian mereka keluar karena tak terasa lagi kenyamanan oleh Laminah tinggal di toko tersebut karena Sarmin pegawai baru di toko itu berniat menodai kegadisannya. Sekeluarnya Mansyur dan Laminah dari toko roti, Mansyur mendapat pekerjaan ditoko orang Cina. Namun sayang nasib sial tak pernah jauh dari mereka, Mansyur dipenjara karena dituduh mencuri uang orang. Sungguh kalut hati Laminah pada nasib yang menimpa kakaknya. Laminah bertambah kalut dan hancur setelah pertemuannya dengan Darwis, hingga dia tak mampu lagi berdiri menghadapi segala petaka yang selalu menghampirinya dan dia menyerah pada permainan nasibnya. Malam telah terjadi tragedi pada Laminah, yang sudah tak tahan lagi menanggung noda kehidupannya tanpa berpikir panjang Laminah  pun terjun kedalam laut.
Mansur telah keluar dari penjara, mendengar cerita itu dia tiada lagi bersemangat hidupnya, hanyalah ingin mati di pelabuhan laut seperti adik kesayangannya, hingga beberapa waktu kemudian kapal yang membawa Mansur berlayar tenggelam karena badai yang menghantam. Akhirnya Mansur pun meninggal seperti yang di cita-citakannya.
Keunggulan   : roman ini selalu memberikan banyak petuah yng disampaikan pengarang melalui kata-kata yang di lontarkan Laminah dan Mansyur.
Kelemahan    : roman ini tidak begitu jelas menggambarkan bagaimana kejadian saat Laminah bunuh diri dilaut. Pengarang menceritakannya hanya lewat makna yang tersurat saja.
Amanat        : dari roman ini kita dapat mengambil hikmah dibalik kejadian yang telah menimpa Mansyur dan Laminah. Setiap insan yang bersaudara itu harus saling mengasihi disaat susah maupun senang. Dan keadilan di akhirat itulah yang lebih berat darpiada keadilan didunia.
Karakter dan tokoh dalam roman ini
Laminah       : gadis malang yang selalu mendapatkan kemalangan. Dan mendapat penderitaan bathin berkepanjangan.
Mansyur       : kakak kandung Laminah, pemuda yang sangat menyanyangi Laminah dan selalu melindungi Laminah.
Japisah        : adik kandungnya syahbudin. Japisah sangat menyayangi Laminah dan Mansur. Tetapi dia tidak mampu melawan suaminya yang selalu bersikap kasar kepada kakak beradik tersebut.
Marzuki       : suami Japisah yang sangat kejam dan bengis dalam meperlakukan Mansyur dan Laminah.
Darwis                  : pegawai yang sama-sama bekerja di toko roti dengan Masyur dan             Laminah. Dia juga sangat buaya dan pernah hendak memperkosa Laminah.
Roman ini selalu mengajarkan kesabaran dalam meghadapi setiap cobaan yang datang menimpa kita.






Sebabnya Rafiah Tersesat
Pengarang    : Aman Dt. Majoindo dan Soerjono Hardjosoemarto
Penerbit      : Balai Pustaka
Tebal           :127 halaman
Cetakan       : 2 (1955)
Ringkasan cerita
Ahmad adalah seorang pegawai yang bekerja pada salah satu  bank di Jakarta. Ia mempunyai istri yang bernama Rafiah dan seorang anak yang bernama Muhammad Ali. Baru-baru ini Ahmad mendapat tambahan gaji sebesar Rp.130. ia pun menjadi berkeinginan pindah rumah ke pinggir jalan besar. Namun, keinginan itu awalnya tidak disetujui oleh Rafiah, karena Rafiah berkeinginan membeli  rumah sendiri dengan cara menabung sedikit-sedikit walaupun buruk. Namun, akhirnya Rafiah menyetujui keinginan Ahmad untuk pindah karena beberapa alasan Ahmad.
Akibat terbawa pergaulan di kota dan mempunyai rasa malu yang tinggi, Rafiah pun mulai terbiasa berhutang barang-barang seperti permata, intan dan perabotan rumah yang dulu tidak pernah dilakukannya karena saran Ahmad yqng tidak mau dipandang rendah oleh rekan-rekannya. Kebahagian yang dirasai oleh keluarga tersebut tidak berlangsung lama. Gaji Ahmad yang Rp.130  tidak mampu lagi mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka karena dililit hutang dan pajak motor yang beberapa bulan baru dibelinya. Dengan kondisi ekonomi yang seperti itu tiba-tiba Ahmad di PHK karena bank tempatnya bekerja tidak mampu lagi menggaji karyawannya. Mereka pun memutuskan pindah ke gang Kemayoran kecil dan tinggal di rumah yang agak buruk yang dibeli dengan uang pesangon yang diberikan saat Ahmad di PHK. Tanpa terduga Ali anak semata wayang mereka jatuh sakit, sedang Ahmad sampai saat itu belum mendapat pekerjaan, makin hari penyakit Ali bertambah parah bertamvbah parah. Dokter menyarankan agar Ali dibawa ke Sukabumi atau ke Bogoruntuk mencari suasana yang dingin. Namun pada saat itu Rafiah dan Ahmad sama sekali tidak mempunyai uang, karena uang mereka habis untuk membayar ongkos berobat Ahmad yang kecelakaan saat mengendarai motornya pulang dari Bogormencari pekerjaan. Demi anak yang dikasihinya, Rafiah rela menjual dirinya kepada Bajuri yang tak lain adalah Abu Bakar yang pernah memin tanya untuk melayaninya karena hutang yang mesti dibayar perminggu. Stela mendapat uang  dari Abu Bakar Rafiah bergegas pulang ke rumah. Sesampainya di rumah Rafiah mendapati anaknya sudah tertutup kain  kapan, dan dia pun menjerit. Setelah kematian anaknya, pikiran Rafiah menjadi terganggu. Setiap bertemu anak yan g sebaya dengan Ali, dia menjerit-jerit memanggil dan membelai anak itu. Pada saat anak itu menjauh, Rafiah pun menangis.
Keunggulan   : Buku ini mengajarkan kita banyak hal dan mampu membuat diri kita menjadi sadar. Jadi sangat layak untu dibaca.
Kelemahan    : Pengarang seriong mengulang kata-kata yang sama.
Amanat        : Roda kehidupan itu selamanya berputar. Ada kalanya kita berada di atas, dan adakalanya kita berada dibawah. Maka dari itu, saat kita berada di atas, kita harus mempersiapkan diri jika suatu saat kita berada dibawah.
Beberapa tokoh dan karakternya
Rafiah          : wanita kampung yang selalu hidup sederhana dan tidak terbiasa hidup mewah. Namun karena desakan dari suaminya, dia pun mulai terbawa budaya kota.
Ahmad         : suami Rafiah yang mempunyai harga diri tingggi. Dia bekerja pada sebuah bank. Dia tidak mau dipandang rendah oleh rekan sekerjanya.
Ali               : anak Rafiah dan Ahmad yang meninggal karena di serang penyakit yang parah.
Pandangan masyarakat pada roman ini adalah kebiasaan berhutang seperti yang sering dilakukan masyarakat kota untuk memenuhi hawa nafsunya menjadikan berbagai macam pelajaran.salah satunya yaitu pengeluaran harus seasuai dengan pendapatan. Jangan lebih besar pasak daripada tiang.










Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang    : Tulis Sutan Sati
Penerbit      : Balai Pustaka
Tebal                    : 192 halaman
Cetakan       : 1928
Ringkasan cerita   
          Roman ini bercerita tentang dua orang pemuda yang saling bermusuhan, yaitu Midun dan Kacak. Midun anak miskin berbudi baik, sopan, sabar, dan taat beragama. Kacak adalah anak orang kaya, mamaknya penghulu laras di desa itu. Makanya dia sombong dan bangga dengan kekayaan orang tuanya. Karena Midun disukai banyak orang, Kacak menjadi iri, itulah pangkal dari permusuhannya. Suatu hari istri Kacak terjatuh kedalam sungai dan hamper terbawa arus. Kebetulan Midun berada didekat kejadian, dia pun menyelamatkan wanita itu. Namun Kacak menanggapi pertolongan Midun dengan menuduhnya memperkosa istrinya. Kaqacak menanntang Midun berkelahi. Perkelahian itu dimenangkan oleh Midun. Kacak pun semakin membenci  Midun. Ketika Midun dan Maun, sahabatnya sedang menonton pacuan kuda di Bukittinggi, mereka diserang oleh Lenggang yang tak lain adalah orang suruhannya Kacak untuk membunuh Midun. Mereka ditangkap dan dipenjarakan oleh tentara kompeni karena dianggap membuat huru hara. Sedangkan Maun bebas dari tuduhan karena sengaja tidak dilibatkan  Midun. Didalam penjara, Midun mendapat perlakuan yang tidak wajar.waktu mengerjakan tugas sehari-hari d penjara Midun berkenalan dengan Halimah lewat kalung Halimah yang ditemukan Midun. Setelah keluar dari penjara Midun membawa Halimah kabur ke Bogor karena Halimah hendak dipaksa ayah tirinya. Mereka menemui ayahnya Halimah. Beberapa lamanya Midun tinggal di rumah ayahnya Halimah. Karena Midun merasa kurang enak merepotkan keluarga Halimah, Midun pun pergi ke Jakarta mencari pekerjaan. Dia bertemu dengan saudagar Arab yang kaya raya, namun sebenarnya rentenir. Tanpa berprasangka buruk Midun menerima pinjaman uang dari rentenir itu. Saudagar kitu merasa iri karena usaha Midun berkembang pesat. Dia pun menagih hutang pinjaman Midun dengan melebihi pinjaman yang sebenarnya. Karena Midu tidak mau membayar dengan jumlah sesuai yang diminta, saudagar itu meminta Midun menyerahkan Halimah. Midun pun marah,dia masuk penjara lagi karena laporan saaudagar dari Arab tadi. Sekuarnya dari penjara Midun bekerja sebagai sekretaris, dia pun mempersunting Halimah. Ketika Midun mendapat tugas ke Medan, dia bertemu dengan Manjau, adiknya. Manjau menceritakan bahwa ayahnya sudah me ninggal, harta peninggalan ayanhnya pun telah habis, karena direbut keponakannya dan ongkos hidup sehari-hari. Beberapa lamanya Midun pun pindah ke Bukitinggi, dia ditempatkan sebagaui Asisten Demang di daerah asalnya. Karena takut kecurangannya dalam menggelapkan uang Negara terbongkar oleh Midun, kacak pun meninggalkan daerah itu dan tak pernah kembali lagi. Midun hidup bahagia dengan keluarganya dan diangkat menjadi Datuk Paduka Raja.
Kekurangan : Roman ini kurang menekankan hal-hal yang mempunyai kesan mendalam pada setiap tokoh.
Kelebihan     :Roman ini mengajarkan kita untuk selalu bersabar dalam menghadapi berbagai macam cobaan.
Amanat        :Dari roman ini kita bisa mengambil amanat yang ingin disampaikan pengarang yaitu berakit-rakit kehulu berenang ketepian, bersakit-sakit dahulu, senang kemudian.
Tokoh dan karakter pada roman ini.
Midun          : pemuda yang sopan, baik, rajin beribadah dan mempunyai ilmu bela diri yang hebat.
Kacak           : anak orang kaya yang terkenal sombong dengan kekayaan orang tuanya dan sangat membenci Midun.
Maun            : sahabat Midun.
Halimah        : istri Midun yang hendak dipaksa ayah tirinya.
Manjau         : Adik Midun.
Lenggang     : orang suruhannya Kacak untuk membunuh Midun.








SiJamin dan SiJohan
Penerbit      : Balai Pustaka
Tebal           : 102 halaman
Pengarang    : Merari Siregar
 Ringkasan cerita
Diceritakan ada sebuah keluarga. Ayah bernama Bertes dan Ibu bernama Mina, mempunyai 2 orang anak bernama Jamin yang berumur sekitar 8 tahun dan Johan sekitar 6 tahun. Bertes bekerja sebagai serdadu. Ketika ditugaskan di Kutaraja ia suka mabuk-mabukan dan mengindap penyakit beri-beri. Setelah sembuh dari penyakitnya Bertes dan keluarganya pindah ke Jakarta. Namun, Bertes dikeluarkan dari pekerjaannya karena tidak kuat lagi bekerja. Mereka pun hanya hidup dari uang pensiunan.
Mulailah Bertes jarang pulang, dan walaupun pulang selalu dalam keadaan mabuk dan sering menendang istrinya. Tanpa sepengetahuan Bertes ternyata Mina menderita penyakit batuk darah. Suatu waktu penyakit Mina pun bertambah parah dan akhirnya ia meninggal.Sepeninggal Mina, Bertes pun menikah lagi dengan perempuan bernama Inem. Mulai saat itulah keadaan menjadi berubah. Bertes semakin jarang pulang kerumah bahkan tidak pernah. Inem menggadaikan pakaian-pakaian Mina , Jamin disuruh mengemis dan Johan pun sering mendapat pukulan dari Inem ibu tirinya.
Pagi-pagi sekali jamin dibangunkan dan disuruh mengemis dan tidak boleh pulang sebelum mendapat uang setengah rupiah. Sekian lamanya Jamin belum juga mendapat uang setengah rupiah itu, ia pun tertidur didepan toko orang Cina milik Kong Sui dalam kedaan pucat. Jamin pun diberi makan, dibelikan pakaian yang layak dan diberi sejumlah uang.Sampai di rumah Jamin pun tidak menyangka kalau didalam celana yang diberikan kong Sui tadi terdapat sebuah cincin. Jamin bermaksud mengembalikan cincin tersebut, tapi diketahui dan diambil oleh ibu tirinya,
Jamin disuruh mengemis lagi, dan dia bermaksud membantah, tetapi  usahanya gagal. Ketika Jamin sedang mengemis, Johan pun datang memberikan cincin tadi kepada Jamin yang diambil Johan ditempat ibunya menyembunyikan cincin tersebut. Ditengah jalan jamin tertabrak Truk dan mengalami luka parah pada saat hendak mengembalikan cincin bersama Johan kerumah Kong Sui. Jamin segera dibawa ke rumah sakit sedangkan Johan bergegas menemui Kong Sui untuk mengembalikan cincin dan menceritakan kejadian yang baru dialaminya. Jamin sekarat, tetapi dia masih sempat berkata-kata kepada Johan, Kong Sui beserta Istrinya sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Sepeninggal Jamin, Johan pun dibesarkan dan disekolahkan oleh Kung Sui.
Keunggulan   : pengarang mampu menaikkan emosi pembaca dan membuat pembaca bisa menangis karena kasihan dengan tokoh Si Jamin yang masih kecil sudah mendapat perlakuan keras dari ibu tirinya.
Kelemahan    : roman ini bisa juga membuat pembaca kecewa dan tidak puas, karena di akhir cerita tokoh Jamin tidak diakhiri pengarang dengan meninggal dunia.
Amanat        : biar bagaimanapun kekejaman dunia yang telah membuat kita bosan untuk menjalaninya, kita tetap harus sabar dan tawakal. Kita juga harus percaya suatu saat kita akan mendapatkan kebahagian yang lebih sempurna.
Karakter dan tokoh.
Jamin : seorang bocah yang berusia sekitar 8 tahun yang harus meminta-minta demi tuntutan hidup dan suruhan ibu tirinya. Jamin bocah yang sangat menyayangi adiknya.
Johan : bocah yang berusia 6 tahun ( adik Jamin ) yang juga mempunyai nasib yang hampir mirip dengan Jamin.
Mina   : ibu kandung Jamin dan Johan yang sangat sabar dalam menghadapi suami. Dia meninggal karena penyakit TBC.
Bertes         : ayah dari Jamin dan Johan yang suka mabuk-mabukan dan berjudi. Tak jarang dia menendang Mina setiap pulang ke Rumah dalam keadaan mabuk.
Inem  : ibu tiri Jamin dan Johan yang sangat kejam, bengis dan kasar.
Kong Sui      : orang Cina yang baik hati danm dermawan.