Senin, 11 Februari 2013

Resensi Roman Tenggelamnya Kapal Van der Wijk

NAMA           : NORHALIMAH
NIM                : A1B110239
MK                 : KAJIAN SASTRA
DOSEN          : DRA. MARIA LAS, M. PD.
RESENSI ROMAN TENGGELAMNYA KAPAL VANDERWICK
1.      Identitas Buku
Judul Buku           : Tenggelamnya Kapal vanderwick
Pengarang            : Hamka
Penerbit                : Bulan Bintang
Tahun terbit          : Rabius Sani, April 2008
Cetakan ke           : 31
Cetakan 1 (1939)
Tebal                    : 236 halaman
Kategori               : novel sastra
Kota terbit            : Jakarta
2.      Biografi penulis
Hamka ialah Haji Abdul Malik Karim Amrullah dan merupakan putra dari Haji Abdul Karim Amrullah seorang ulama pembaharu Islam yang terkemuka di Sumatra Barat. Meskipun sekolajnya hanya sampai kelas II Sekolah Dasar saja, namun ia mendapat pendidikan agama dan bahasa Arab yang luas dan dari ayahnya. Beliau dilahirkan tahun 1908 dan meninggal pada tahun 1981. Roman pertama yang diterbitkan adalah Dibawah Lindungan Kakbah.
3.      Sinopsis
Berawal dari pertemuan yang tak disengaja antara Zainuddin dan hayati di jalan waktu hujan turun itulah percintaan sepasang kekasih yang penuh derita ini dimulai. Hubungan kasih Zainuddin dan Hayati tidak disetujui oleh ninik dan mamaknya Hayati. Dengan alasan Zainuddin tidak bersuku dan bebeda adat itulah mereka tidak menyetujuinya. Zainuddin dianggap sebagai anak orang Mengkasar oleh orang-orang Minangkabau sekalipun ayahnya asli orang situ karena ayahnya menikah bukan dengan orang sesama sukunya. Begitu pula di Mengkasar Zainuddin dianggap orang padang oleh warga tersebut karena ibunya bersuami ayahnya yang merupakan orang buangan dari Minangkabau.
Hayati akhirnya menikah dengan Azis kakak dari sahabatnya Khadijah yang tinggal di Padang Panjang atas dasar pilihan Hayati dan keputusan mamaknya yang sepakat menerima Azis dan menolak lamaran Zainuddin. Azis anak orang berada yang masih sesuku dan terikat kerabat walaupun jauh dengan mamaknya hayati. Awal pernikahan Hayati dan Azis sangat bahagia karena Azis pandai mengambil dan menyenangkan hati Hayati. Namun tanpa sepengetahuan Hayati Azis adalah tipe pemuda yang suka menghamburkan uang, berjudi, mabuk-mabukkan dan senang main perempuan.
Mendengar pernikahan Hayati dan penolakan atas pinangan yang di kirim melalui surat, Zainuddin pun jatuh sakit. Sakitnya itu seperti orang tidak waras yang selalu memanggil nama Hayati setiap erangannya. Atas permintaan dokter dan izin dari Azis suaminya akhirnya hayati pun menjenguk Zainuddin. Dengan sekejap sakitnya langsung sembuh. Setelah sembuh dari sakit Zainuddin menjadi penulis yang terkenal di tanah Jawa. Seiring berjalannya waktu juga akhirnya Azis bangkrut kemudian rela menceraikan Hayati demi Zainuddin yang telah banyak membantunya saat itu dan bunuh diri di sebuah hotel.Tetapi Zainuddin menolak untuk menerima Hayati demi membalas dendamnya terhadap Hayati atas pengkhianatan yang dilakukan Hayati.
Hayati bertolak pulang dengan perasaan sedih menaiki kapal Van Der Wijck. Kapal tersebut tenggelam dalam perjalanan tetapi Hayati berhasil diselamatkan. Dia meninggal setelah Zainuddin mengajarkannya mengucap kalimah syahadah. Zainuddin juga meniggal tidak lama kemudian karena menanggung penyesalan yang tidak berkesudahan.

Tokoh-tokoh:
·         Zainuddin                             : Kekasih Hayati, pemuda yang selalu menderita sejak kecil namun masih tetap sabar menghadapi kenyataan hidup yang pahit.
·         Hayati                                   : wanita tegar dan sangat mencintai Zainuddin sampai akhir hayatnya.
·         Mak Base                              :orang tua angkat Zainudin sekaligus orang gajian ibunya Zainuddin yang sangat setia dan baik hati.
·         Khadijah                               : sahabat Hayati yang senantiasa mendengarkan keluh kesah sahabatnya.
·         Azis                           :suami Hayati, ia seorang yang temperamen dan suka menghambur-hamburkan harta.
·         Muluk                                   : sahabat Zainuddin, orang yang setia menemani sahabatnya dalam suka dan duka.
·         Mande Jamilah                      : orang yang rumahnya di tumpangi zainuddin sewaktu berada di Batipuh (Padang Panjang), dia juga termasuk orang yang memandang rendah Zainuddin karena Zainuddin bukan orang kaya atau ternama.
·         Akhmad                                : seorang adik yang sangat patuh dengan kakaknya.
·         Mak tengah Limah    : bibi Hayati yang sangat mengerti isi hati keponakannya yang sedang dimabuk asmara.
·         Datuk Garang                       : sangat mengagungkan adat Minangkabau dan mamandang rendah adat yang lainnya.
·         Ibunya Muluk                       : sangat perhatian terhadap terhadap orang yang menumpang di rumahnya.
·         Sutan Mudo              : tidak suka menghina adat orang lain seperti saudara-saudaranya yang lain.
·         Pendekar Sutan                     : ayah Zainuddin yang keras Kepala tetapi masih bisa sabar dalam menghadapi tingkah laku mamaknya datuk Mantari Labih.
·         Datuk Mantari Labih            : suka bertindak sesuka hati atas harta yang bukan miliknya.
4.      Komentar (Kelebihan dan Kekurangan)
Kelebihan                         : roman ini sangat menyentuh hati pembacanya. Banyak mengajarkan banyak hal. Salah satunya adalah untuk selalu sabar.
Kekurangan                      : roman ini terlalu banyak menuliskan tentang surat Hayati dan Zainuddin sehingga membuat pembaca sedikit bosan untuk membaca tulisan surat-surat mereka itu.
5.      Kesimpulan
Pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam roman ini sangat banyak, yang paling utama yaitu untuk selalu sabar semua jodoh manusia ditangan Tuhan. Setiap hamba yang ingin berusaha pasti akan ada jalannya.
Roman ini kurang cocok jika dibaca oleh anak-anak. Karena bahasa yang digunakan sedikit susah dipahami. Pengarang banyak menggunakan bahasa Melayu.
6.      Unsur Intrinsik
a.       Tema
Tema pada roman ini yaitu percintaan. Yang mengisahkan cinta tak sampai antara Zainuddin dan Hayati.
b.      Tokoh
c.       Latar
Di Mengkasar, Padang Panjang, Batipuh, Surabaya, pelabuhan Tanjung Priok, dan Malang.
d.      Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam roman ini adalah orang ketiga.
e.       Gaya Penulisan
Gaya penulisan yang digunakan adalah menggunakan bahasa Melayu.
f.       Amanat
Amanat yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut.
·         Selalu sabar dalam menghadapi segala cobaan dan penderitaan.
·         Siapa yang berbuat maka dia juga yang akan menerima balasan dari perbuatan itu.
·         Jangan gegabah dalam mengambil suatu keputusan.
·         Jika kita ingin berusaha dengan sungguh-sungguh pasti akan ada jalan.
·         Cinta bisa membutakan segalanya.
7.      Unsur Ekstrinsik
1.      Nilai Keagamaan
Nilai keagamaan yang terkandung dalam roman ini adalah selalu mengingat Tuhan dalam keadaan apapun. Hanya kepada  Tuhan tempat kita meminta dan mengadu.
2.      Nilai Budaya
Jangan selalu memandang rendah suku dan adat orang lain, karena belum tentu adat dan suku kita itu lebih baik.
3.      Nilai Politik
Siapa yang kaya dan bersuku maka dia yang berhak memutuskan dan berkuasa.

2 komentar:

  1. makasih atas infonya, sangat membantu untuk mempertimbangkan unsur ekstrinsik yang akan saya buat...!!?
    untuk mengerjakan tugas...!!

    BalasHapus
  2. tolong ya mba bloknya jgn keramean saya susah bacanya

    BalasHapus