Senin, 11 Februari 2013

Rencana Pelaksanaan Pemgajaran (RPP) Bahasa Indonesia

NAMA           : NORHALIMAH
NIM                : A1B110239
MK                 : PERENCANAAN PENGAJARAN BAHASA INDONESIA
PBSI REG B
1.  STANDAR KOMPETENSI
6. Mengapresiasikan pikiran, perasaan, dan pengalaman melalui karya sastra.
2.      KOMPETENSI DASAR
6.2. Menulis Dongeng

3.      INDIKATOR         
6.2.1. Guru dapat menyusun kembali dongeng dengan urutan yang tepat berdasarkan kutipan dongeng yang kalimat-kalimatnya di acak.
4.        URAIAN MATERI
A.   PENGERTIAN ALUR DAN PLOT
Plot adalah hubungan kausalitas (sebab-akibat) sebuah peristiwa dengan peristiwa yang mendahuluinya atau peristiwa setelahnya. Bahasa sederhananya, hubungan sebab-akibat antarperistiwa dalam sebuah cerita.
B.   UNSUR PEMBANGUN PLOT
1.      Peristiwa
Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan lainnya (Luxemburg dkk, 1992: 150). Sebuah karya fiksi tentunya tidak terbangun hanya dari satu peristiwa saja, tetapi banyak peristiwa. Namun, tidak semua peristiwa di dalam karya fiksi berfungsi sebagai pembangun plot. Berdasarkan fungsi terhadap pengembangan plot itulah, peristiwa dapat dibedakan menjadi peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan.
a.        Peristiwa fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang sangat mempengaruhi pengembangan plot. Rangkaian peristiwa-peristiwa fungsional merupakan inti dari cerita. Jika sebuah peritiwa fungsional dihilangkan akan menyebabkan cerita it menjadi lain, atau bahkan menjadi tidak logis.
b.       Peristiwa kaitan adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa peristiwa fungsional dalam pengurutan penyajian cerita.  
c.       Peristiwa acuan adalah peristiwa-peristiwa yang tidak secara langsung berhubungan dengan plot, tetapi lebih berkaitan dengan unsur-unsur lain seperti perwatakan atau suasana yang melingkupi batin seorang tokoh sebelum terjadi peristiwa penting.
2.      Konflik
Konflik memiliki pengertian pertarungan atau pertentangan antara dua hal yang menyebabkan terjadinya aksi reaksi. Pertentangan itu bisa berupa pertentangan fisik, ataupun pertentangan yang terjadi di dalam batin manusia. Konflik merupakan unsur terpenting dari pengembangan plot. Bahkan bisa dikatakan sebagai elemen inti dari sebuah karya fiksi. Stanton dalam An Introduction to Fiction membedakan konflik menjadi dua, yaitu konflik eksternal dan konflik internal.
a.       Konflik eksternal adalah pertentangan yang terjadi antara manusia dengan sesuatu yang berada di luar dirinya. Konflik ini dibagi lagi menjadi dua macam. Konflik elemental, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya pertentangan antara manusia dengan alam; manusia lawan alam. Misalnya saja konflik yang timbul akibat adanya banjir besar, gempa bumi, gunung meletus, dsb. Sedangkan konflik sosial terjadi disebabkan adanya kontak sosial antarmanusia, atau masalah yang muncul akibat adanya hubungan sosial antarmanusia. konflik sosial bisa terjadi antara manusia lawan manusia atau manusia lawan masyarakat. Misalnya saja berupa masalah penindasan, peperangan, penghianatan, pemberontakan terhadap terhadap adat lama, dsb.
b.      Konflik Internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati atau jiwa seorang tokoh cerita. Pertentangan yang terjadi di dalam diri manusia. Manusia lawan dirinya sendiri. Misalnya saja konflik yang terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan dan masalah-masalah lainnya.
3.      Klimaks
Menurut Stanton dalam An Introduction to Fiction klimaks adalah saat konflik telah mencapai titik intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari kejadiannnya. Artinya, berdasarkan tuntutan dan kelogisan cerita, peristiwa itu harus terjadi, tidak boleh tidak. Klimaks merupakan pertemuan antara dua hal yang dipertentangkan dan menentukan bagaimana konflik itu akan diselesaikan.
C.     PENAHAPAN PLOT
Peristiwa awal yang ditampilkan dalam sebuah karya fiksi mungkin saja langsung berupa adegan-adegan yang memiliki kadar konflik dan dramatik tinggi, bahkan merupakan konflik yang amat menentukan plot karya yang bersangkutan. Padahal, pembaca belum dibawa masuk dalam suasan cerita, belum tahu awal dan sebab-sebab terjadinya konflik. Hal yang demikian dapat terjadi disebabkan urutan waktu penceritaan yang sengaja dimanipulasi dengan urutan peristiwa untuk mendapatkan efek artistik tertentu, yang memberikan kejuta dan membangkitkan rasa ingin tahu pembaca Aristoteles mengemukakan bahwa tahapan plot harus terdiri dari tahapan awal, tahapan tengah, dan tahapan akhir.
1. Tahap awal sebuah cerita merupakan tahap perkenalan. Pada umumnya berisi informasi yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Fungsi pokok tahapan awal adalah memberikan informasi dan penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan pelataran dan penokohan. Pada tahapan ini, juga sudah dimunculkan sedikit demi sedikit masalah yang dihadapi tokoh yang menyulut konflik, pertentangan-pertentangan dan lain-lain yang akan memuncak di bagian tengah.
2. Tahap tengah sebuah cerita sering juga disebut sebagai tahap tikaian. Pada tahap ini konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap awal mengalami peningkatan, semakin menegangkan, hingga mencapai titik intensitas tertinggi atau klimaks.
3. Tahap akhir sebuah cerita biasa juga disebut sebagai tahapan peleraian yang menampilkan adegan tertentu sebagai akibat dari klimaks. Tahapan ini merupakan tahapan penyelesaian masalah atau bisa juga disebut sebagai tahapan anti klimaks. Penyelesaian sebuah cerita dapat dikatagorikan menjadi dua: penyelesaian tertutup dan penyelesaian terbuka. Penyelesaian tertutup menunjuk pada keadaan akhir sebuah karya fiksi yang memang sudah selesai. Sedangkan penyelesaian terbuka lebih membuka peluang bagi kelanjutan cerita sebab konflik belum sepenuhnya selesai dan membuka peluang untuk berbagai penafsiran dari pembacanya.
Kualitas plot sangat ditentukan oleh kadar masalah yang menghadang langkah tokoh cerita dalam menemukan penyelesaian.
5.      SKENARIO PEMBELAJARAN

A.    Kegiatan Awal (15 menit)
Ibu Guru         : “Assalamualaikum”
Siswa               : “Walaikumussalam”
Ibu Guru         : “Pagi anak-anak…”
Siswa               : “Pagi juga ibu guru…”
Ibu Guru         : “Bagaimana kabar kalian hari ini?”
Siswa               : “Baik bu guru…”
Ibu guru          : “Oke, ibu  mau mengecek kehadiran kalian dulu. Siapa yang tidak hadir hari ini?”
Siswa               : “Winda Septiana bu”.
Ibu guru          : “Mengapa Winda tidak hadir?”
Siswa               : “Sakit, suratnya ada di atas meja ibu guru”.
Ibu guru          : “Baik. Sebelum memulai pelajaran hari ini kita berdoa dulu ya?”
Siswa               : “Iya bu!”
Ibu guru          : “Berdoa dimulai”.
(semua siswa berdoa menurut kepercayaan masing-masing dengan khusuk)
Ibu guru          : “Berdoa selesai”.
Ibu guru          : “Bagaimana anak-anak sekarang sudah siap mengikuti pelajaran?”
Siswa               : “Siap bu”.
B.     Kegiatan Inti (95 menit)
Ibu guru          : “Sekarang buka halaman halaman 23 pada buku Bahasa Indonesia.  Kita hari ini akan mempelajari tentang PLOT. Siapa yang tahu apa itu plot”.
Nina                : “Saya bu, plot adalah jalan cerita”.
Ibu guru          : “Bagus, siapa lagi tahu tentang plot?”
Arif                 : “tidak tahu bu, saya baru mendengar.”
Ibu guru          : “ya sudah, kalau hanya Nina yang tau ibu akan menjelaskan apa itu plot.
(semuanya terdiam)
Ibu guru          : plot adalah jalan atau alur cerita.
Jodi                 : plot termasuk ke dalam apa bu?
Ibu guru          : “Pertanyaan yang bagus, plot termasuk kedalam unsure penyusun cerita anak-anak. Baik semua dengarkannya, kalau ada yang menurut kalian penting dan ada yang tidak dimengerti kalian silakan catat dan bertanya nanti
Semua siswa    :”baik bu”
Ibu guru          : “ Plot untuk lebih jelasnya adalah hubungan sebab-akibat antarperistiwa dalam sebuah cerita.
Ibu guru          : “Unsur pembangun plot yaitu peristiwa, klimaks dan konflik”
Jodi                 :”Konflik itu apa bu, klimaks dan peristiwa juga boleh minta penjelasannyakan bu?”
Ibu Guru         : “baik Jodi, ibu akan jelaskan 1 persatu. Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan lainnya (Luxemburg dkk, 1992: 150). Namun, tidak semua peristiwa di dalam karya fiksi berfungsi sebagai pembangun plot. Berdasarkan fungsi terhadap pengembangan plot itulah, peristiwa dapat dibedakan menjadi peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan. Ada yang tahu anak-anak apa itu peristiwa fungsional, kaitan dan acuan?”
Nina                :” saya tidak tahu bu, karena kami tidak pernah belajar tentang itu”.
Ibu guru          : “oh ya Nina, bagaimana dengan yang lainnya, ada yang pernah belajar tentang peristiwa fungsional, kaitan dan acuan?”
Semua Siswa   : “tidak pernah bu…….”
Ibu guru          : “Peristiwa fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang sangat mempengaruhi pengembangan plot. Rangkaian peristiwa-peristiwa fungsional merupakan inti dari cerita. Jika sebuah peritiwa fungsional dihilangkan akan menyebabkan cerita it menjadi lain, atau bahkan menjadi tidak logis. Sedangkan peristadalah iwa kaitan adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa peristiwa fungsional dalam pengurutan penyajian cerita. Dan peristiwa acuan adalah peristiwa-peristiwa yang tidak secara langsung berhubungan dengan plot, tetapi lebih berkaitan dengan unsur-unsur lain seperti perwatakan atau suasana yang melingkupi batin seorang tokoh sebelum terjadi peristiwa penting. Bagaimana anak-anak, sudah mengerti tentang peristiwa?”
Semua siswa    : “Mengerti bu”
Ibu guru          : “Baik, kalau begitu ibu lanjutkan kepada Konflik dan klimaks.  Konflik memiliki pengertian pertarungan atau pertentangan antara dua hal yang menyebabkan terjadinya aksi reaksi. Pertentangan itu bisa berupa pertentangan fisik, ataupun pertentangan yang terjadi di dalam batin manusia. Stanton dalam An Introduction to Fiction membedakan konflik menjadi dua, yaitu konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal adalah pertentangan yang terjadi antara manusia dengan sesuatu yang berada di luar dirinya. Konflik ini dibagi lagi menjadi dua macam. Konflik elemental, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya pertentangan antara manusia dengan alam; manusia lawan alam. Sedangkan konflik sosial terjadi disebabkan adanya kontak sosial antarmanusia, atau masalah yang muncul akibat adanya hubungan sosial antarmanusia. Konflik Internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati atau jiwa seorang tokoh cerita. Pertentangan yang terjadi di dalam diri manusia. Manusia lawan dirinya sendiri. Kemudian Klimaks  adalah saat konflik telah mencapai titik intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari kejadiannnya. Artinya, berdasarkan tuntutan dan kelogisan cerita, peristiwa itu harus terjadi, tidak boleh tidak. Klimaks merupakan pertemuan antara dua hal yang dipertentangkan dan menentukan bagaimana konflik itu akan diselesaikan. Sampai disini dulu ada yang tidsk mengerti atau kurang jelas dari penjelasan ibu silakan bertanya, sebelum ibu lanjutkan?”
Syifa                : “ ibu bisa masih kurang mengerti dengan konflik elemental?”
Ibu guru          : “ konfliks elemental adalah  konflik yang terjadi akibat adanya pertentangan antara manusia dengan alam; manusia lawan alam. Misalnya Zia itu sakit karena kehujanan”. Baik, ada lagi yang kurang jelas?”
Helsa               : “ tidak ada, lanjut bu!”
Ibu guru          : baik, ibu akan lanjutkan pada pentahapan plot. Aristoteles mengemukakan bahwa tahapan plot harus terdiri dari tahapan awal, tahapan tengah, dan tahapan akhir.  1. Tahap awal sebuah cerita merupakan tahap perkenalan. Pada umumnya berisi informasi yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Fungsi pokok tahapan awal adalah memberikan informasi dan penjelasan seperlunya yang berkaitan dengan pelataran dan penokohan. Pada tahapan ini, juga sudah dimunculkan sedikit demi sedikit masalah yang dihadapi tokoh yang menyulut konflik, pertentangan-pertentangan dan lain-lain yang akan memuncak di bagian tengah.  2. Tahap tengah sebuah cerita sering juga disebut sebagai tahap tikaian. Pada tahap ini konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap awal mengalami peningkatan, semakin menegangkan, hingga mencapai titik intensitas tertinggi atau klimaks. 3. Tahap akhir sebuah cerita biasa juga disebut sebagai tahapan peleraian yang menampilkan adegan tertentu sebagai akibat dari klimaks. Tahapan ini merupakan tahapan penyelesaian masalah atau bisa juga disebut sebagai tahapan anti klimaks. Penyelesaian sebuah cerita dapat dikatagorikan menjadi dua: penyelesaian tertutup dan penyelesaian terbuka. Penyelesaian tertutup menunjuk pada keadaan akhir sebuah karya fiksi yang memang sudah selesai. Sedangkan penyelesaian terbuka lebih membuka peluang bagi kelanjutan cerita sebab konflik belum sepenuhnya selesai dan membuka peluang untuk berbagai penafsiran dari pembacanya. Kualitas plot sangat ditentukan oleh kadar masalah yang menghadang langkah tokoh cerita dalam menemukan penyelesaian. Ada yang mau ditanyakan lagi anak-anak?”
Zidan               : “  Ada bu, saya kurang jelas dengan maksud dari klimaks tadi bu?”
Ibu guru          : “ Klimaks  adalah saat konflik telah mencapai titik intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari kejadiannnya lebih jelasnya klimaks adalah puncaknya pertikaian”. Paham Zidan”
Zidan               : “paham bu”
Ibu guru          :” Ada lagi yang mau bertanya?”
Semua siswa    : “Tidak ada bu, semuanya sudah paham”
Ibu guru          :” Kalau semuanya sudah paham kita latihan, ibu akan perdengarkan kalian sebuah dongeng melalui tape recorder ini, kalian harus menyimaknya baik-baik. Karena setelah itu kalian akan ibu beri tugas menyusun  kembali dongeng pada kalimat-kalimat dan paragraph yang acak dengan urutan yang benar sesuai dengan dongeng yang telah kalian dengar. Paham anak-anak?
Zidan               : belum bu, jadi kami disuruh menyusun kembali dongeng sesuai urutannya bu?”
Ibu Guru         : “Iya Zidan, kan ibu tadi mengatakan begitu?”
Zidan               :” hehe, kurang jelas tadi dengarnya bu”.
Ibu guru          : “Ya sudah, sekarang kalian sudah siapkan untuk mendengarkan dongengnya?”
Semua siswa    :” Siap bu…..”
(semua siswa mendengarkan pembacaan dongeng)
Petuah Pohon Tua
Oleh Habib

Alkisah, di sebuah lereng pegunungan, ada sebuah desa yang permai. Hampir seluruh penduduk desa di sana bermata pencaharian sebagai pencari kayu di hutan. Di hutan itu, pohon-pohonnya besar dan berdaun lebat. Awalnya, mereka hanya mau menebang pohon yang sudah tua. Akan tetapi, akhirnya mereka menjadi lupa diri. Para penebang kayu itu sudah tak peduli lagi. Meskipun usia pohonnya masih muda, mereka tetap saja menebangnya.
Suatu ketika, Riri dan Nena bermain-main ke bukit. Dua gadis cilik itu ingin mencari bunga dan kupu-kupu di sana. Akan tetapi, alangkah kagetnya kdeua gadis itu. Bukit yang dulu mereka kenal, kini sudah tandus. Bunga-bunga yang indah dan kupu-kupu sudah tidak ada lagi.
Riri dan Nena kecewa sekali. Bunga dan kupu-kupu cantik tak mereka temui. Siang itu, matahari bersinar dengan sangat terik. Dua gadis cilik itu mencari pohon besar yang cukup rindang. Setelah sekian lama berkeliling, akhirnya mereka menemukannya. Rupanya, pohon ini satu-satunya pohon besar yang belum ditebang.
Riri dan Nena berteduh di bawah pohon tua itu. Sejenak kemudian, mereka mendongak  ke atas. Banyak sekali burung membuat sarang disana. Riri dan Nena melihat beberapa ekor kupu-kupu terbang kian kemari. Tiba-tiba, ada suara menyapa mereka. dua gadis cilik ini terhenyak. Mereka mencari sumber suara itu
“Jangan panik, gadis-gadis manis! Aku didekat kalian! Astaga! Ternyata, pohon besar itu yang berbicara. Ia tersenyum kepada Riri dan Nena. Sorot matanya bersahabat. “Tolonglah kairi dan Nena kembali terkejut. Tak hanya pohon tua itu yang mampu bicara. Ternyata, burung-burung kecil, kupu-kupu, dan hewan-hewan lainnya pun mampu berbicara seperti manusia.
“Aku adalah satu-satunya pohon yang belum ditebang penduduk. Tetapi, mungkin sebentar lagi mereka akan melakukannya. Seperti halnya manusia, kami juga makhluk Tuhan yang punya hak untk hidup di bumi ini. Coba kalian lihat betapa banyak burung-burung, kupu-kupu, dan hewan-hewan lain yang mencoba bertahanhidup di sini. Hanya kalian yang mampu menyampaikanpesan ini kepada mereka. tolong katakana jika mereka merawat kami, pasti kami pun akan melindungi mereka!” tutur pohon tua itu kepada Riri dan Nena.
Riri dan Nena segera menyampaikan pesan pohon tua itu kepada keluarga mereka. akan tetapi, cerita dua bocah ini dianggap angin lalu saja. Mereka mengira dua gadis kecil ini bermimpi.
Esok harinya, penduduk desa beramai-ramai naik ke puncak bukit. Mereka menebang pohon tua itu seketika. Beberapa saat kemudian, pohon besar itu pun tumbang. Penduduk beramai-ramai memecah-belah pohon besar itu menjadi potongan-potongan kayu.
Riri dan Nena menangis melihat peristiwa itu. Burung-burung dan kupu-kupu terbang katakutan tak tentu arah. Sebagian mati tertimpa pohon besar itu.
Sejak tumbangnya pohon besar itu, bukit itu semakin panas dan tandus. Beberapa saat kemudian, seluruh penduduk desa tertimpa kekeringan. Sumur-sumur mereka kering. Banyak tanaman dan hewan ternak mati kekurangan air. Kemudian, mereka berdo’a kepada Tuhan agar secepatnya hujan turun. Tuhan yang Maha Pemurah mendengar do’a mereka.
Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya selama satu hari penuh. Air sungai meluap dan bukit yang tandus itu tak mampu menahan curahan air hujan yang begitu deras. Sekejap kemudian, bukit tandus itu pun longsor. Lumpur dan bebatuan menghajar pemukiman warga desa. Mereka pontang-panting menyelamatkan diri. Air bah dan longsor kini benar-benar menghancurkan  desa itu.
Rumah-rumah hancur dan banyak penduduk harus kehilangan orang-orang yang mereka sayangi. Keluarga mereka banyak yang meninggal dan tercerai-berai entah ke mana. Riri dan Nena berhasil menyelamatkan diri. Akan tetapi, dua gadis malang ini harus rela kehilangan keluarga mereka. dua gadis cilik ini hanya bisa menangis saat teringat pesan-pesan pohon tua itu.
Penduduk desa termakan perbuatan mereka sendiri. Mereka telah merusak alam dan lingkungan. Itulah akibatnya jika hutan dan pohon tidak mereka rawat dengan baik.
Ibu guru          : “ Nah sekarang tugasnya dikerjakan di buku latihan masing-masing ya, soalnya silakan juga ditulis yang dipapan tulis itu!”
SUSUNLAH KALIMAT-KALIMAT DAN PARAGRAF YANG ACAK DIBAWAH INI SESUAI DENGAN URUTAN ATAU ALUR DONGENG YANG TELAH DIPERDENGARKAN!
Ibu guru          : waktunya sudah habis anak-anak, silakan kumpulkan di atas meja ibu!”)
(semua siswa mengumpulkan pekerjaannya
C.    Kegiatan Akhir (10 menit)
Ibu guru          : “Siapa yang masih ingat apa itu plot?”
Semua siswa    : “plot adalah urutan kejadian pada sebuah cerita”.
Ibu guru          : “Apa-apa saja unsur pembangun plot?”
Nina                : “Unsur pembangun plot adalah peristiwa, klimaks dan konflik”.
Ibu guru          : “Bagus, konflik eksternal dibagi kedalam 2 macam, apa saja?”
Dodi                : “konflik elemental dan sosial”
Ibu guru          : “Bagus, sekarang pelajaran hari ini telah selesai, kalian bisa istirahat!”
Semua siswa    : “Baik bu”.
Ibu guru          : “Ibu akhiri saja, assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh”.
Semua siswa    : “Walaikumussalam warahmatullahiwabarakatuh”.
(Ibu guru keluar)
6.      SUMBER BAHAN
Ø  Untuk Guru
1.      Aktif Berbahasa Indonesia untuk SMP  VII karangan Dewi Indrawati dan Didik Durianto yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan di Surakarta 2007.
2.      Sastra Banjar karangan Drs. Rustam Effendi, Mp.Pd., Ph.D yang diterbitkan oleh Scripta Cendikia Di Banjarbaru tahun 2011.
Ø  Untuk Siswa
Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VII karangan Dr. Nurhadi, Dr. Dawud dan Dr. Yuni Pratiwi yang diterbitkan oleh Erlangga di Malang Tahun 2007.

7.      LAMPIRAN
Soal
a.       Susunlah paragraph berikut menjadi sesuai dengan urutan dongeng yang telah kamu dengar melalui tape recorder tadi!

1.      Sumur-sumur mereka kering. Banyak tanaman dan hewan ternak mati kekurangan air. Sejak tumbangnya pohon besar itu, bukit itu semakin panas dan tandus. Beberapa saat kemudian, seluruh penduduk desa tertimpa kekeringan. Kemudian, mereka berdo’a kepada Tuhan agar secepatnya hujan turun. Tuhan yang Maha Pemurah mendengar do’a mereka
2.      Riri dan Nena berhasil menyelamatkan diri. Akan tetapi, dua gadis malang ini harus rela kehilangan keluarga mereka. Rumah-rumah hancur dan banyak penduduk harus kehilangan orang-orang yang mereka sayangi.. dua gadis cilik ini hanya bisa menangis saat teringat pesan-pesan pohon tua itu. Keluarga mereka banyak yang meninggal dan tercerai-berai entah ke mana.

3.      Banyak sekali burung membuat sarang disana. Riri dan Nena berteduh di bawah pohon tua itu. Sejenak kemudian, mereka mendongak  ke atas. Tiba-tiba, ada suara menyapa mereka. dua gadis cilik ini terhenyak. Mereka mencari sumber suara itu. Riri dan Nena melihat beberapa ekor kupu-kupu terbang kian kemari.
4.      Alkisah, di sebuah lereng pegunungan, ada sebuah desa yang permai. Hampir seluruh penduduk desa di sana bermata pencaharian sebagai pencari kayu di hutan. Di hutan itu, pohon-pohonnya besar dan berdaun lebat. Awalnya, mereka hanya mau menebang pohon yang sudah tua. Akan tetapi, akhirnya mereka menjadi lupa diri. Para penebang kayu itu sudah tak peduli lagi. Meskipun usia pohonnya masih muda, mereka tetap saja menebangnya.
5.      Esok harinya, penduduk desa beramai-ramai naik ke puncak bukit. Mereka menebang pohon tua itu seketika. Penduduk beramai-ramai memecah-belah pohon besar itu menjadi potongan-potongan kayu. Beberapa saat kemudian, pohon besar itu pun tumbang.
6.       “Aku adalah satu-satunya pohon yang belum ditebang penduduk. Tetapi, mungkin sebentar lagi mereka akan melakukannya. Coba kalian lihat betapa banyak burung-burung, kupu-kupu, dan hewan-hewan lain yang mencoba bertahanhidup di sini.. Seperti halnya manusia, kami juga makhluk Tuhan yang punya hak untk hidup di bumi ini. Hanya kalian yang mampu menyampaikanpesan ini kepada mereka. tolong katakana jika mereka merawat kami, pasti kami pun akan melindungi mereka!” tutur pohon tua itu kepada Riri dan Nena
7.      Penduduk desa termakan perbuatan mereka sendiri. Mereka telah merusak alam dan lingkungan. Itulah akibatnya jika hutan dan pohon tidak mereka rawat dengan baik.

8.      Suatu ketika, Riri dan Nena bermain-main ke bukit. Dua gadis cilik itu ingin mencari bunga dan kupu-kupu di sana. Akan tetapi, alangkah kagetnya kdeua gadis itu. Bukit yang dulu mereka kenal, kini sudah tandus. Bunga-bunga yang indah dan kupu-kupu sudah tidak ada lagi.

9.      Riri dan Nena menangis melihat peristiwa itu. Burung-burung dan kupu-kupu terbang katakutan tak tentu arah. Sebagian mati tertimpa pohon besar itu.
.
10.  Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya selama satu hari penuh. Air sungai meluap dan bukit yang tandus itu tak mampu menahan curahan air hujan yang begitu deras. Sekejap kemudian, bukit tandus itu pun longsor. Lumpur dan bebatuan menghajar pemukiman warga desa. Mereka pontang-panting menyelamatkan diri. Air bah dan longsor kini benar-benar menghancurkan  desa itu.

11.  “Jangan panik, gadis-gadis manis! Aku didekat kalian! Astaga! Ternyata, pohon besar itu yang berbicara. Ia tersenyum kepada Riri dan Nena. Sorot matanya bersahabat. “Tolonglah kairi dan Nena kembali terkejut. Tak hanya pohon tua itu yang mampu bicara. Ternyata, burung-burung kecil, kupu-kupu, dan hewan-hewan lainnya pun mampu berbicara seperti manusia.

12.  Riri dan Nena kecewa sekali. Bunga dan kupu-kupu cantik tak mereka temui. Siang itu, matahari bersinar dengan sangat terik. Dua gadis cilik itu mencari pohon besar yang cukup rindang. Setelah sekian lama berkeliling, akhirnya mereka menemukannya. Rupanya, pohon ini satu-satunya pohon besar yang belum ditebang.
13.  Riri dan Nena segera menyampaikan pesan pohon tua itu kepada keluarga mereka. akan tetapi, cerita dua bocah ini dianggap angin lalu saja. Mereka mengira dua gadis kecil ini bermimpi.
Jawaban Soal
1.      Alkisah, di sebuah lereng pegunungan, ada sebuah desa yang permai. Hampir seluruh penduduk desa di sana bermata pencaharian sebagai pencari kayu di hutan. Di hutan itu, pohon-pohonnya besar dan berdaun lebat. Awalnya, mereka hanya mau menebang pohon yang sudah tua. Akan tetapi, akhirnya mereka menjadi lupa diri. Para penebang kayu itu sudah tak peduli lagi. Meskipun usia pohonnya masih muda, mereka tetap saja menebangnya.
2.      Suatu ketika, Riri dan Nena bermain-main ke bukit. Dua gadis cilik itu ingin mencari bunga dan kupu-kupu di sana. Akan tetapi, alangkah kagetnya kdeua gadis itu. Bukit yang dulu mereka kenal, kini sudah tandus. Bunga-bunga yang indah dan kupu-kupu sudah tidak ada lagi.
3.      Riri dan Nena kecewa sekali. Bunga dan kupu-kupu cantik tak mereka temui. Siang itu, matahari bersinar dengan sangat terik. Dua gadis cilik itu mencari pohon besar yang cukup rindang. Setelah sekian lama berkeliling, akhirnya mereka menemukannya. Rupanya, pohon ini satu-satunya pohon besar yang belum ditebang.
4.      Riri dan Nena berteduh di bawah pohon tua itu. Sejenak kemudian, mereka mendongak  ke atas. Banyak sekali burung membuat sarang disana. Riri dan Nena melihat beberapa ekor kupu-kupu terbang kian kemari. Tiba-tiba, ada suara menyapa mereka. dua gadis cilik ini terhenyak. Mereka mencari sumber suara itu
5.      “Jangan panik, gadis-gadis manis! Aku didekat kalian! Astaga! Ternyata, pohon besar itu yang berbicara. Ia tersenyum kepada Riri dan Nena. Sorot matanya bersahabat. “Tolonglah kairi dan Nena kembali terkejut. Tak hanya pohon tua itu yang mampu bicara. Ternyata, burung-burung kecil, kupu-kupu, dan hewan-hewan lainnya pun mampu berbicara seperti manusia.
6.      “Aku adalah satu-satunya pohon yang belum ditebang penduduk. Tetapi, mungkin sebentar lagi mereka akan melakukannya. Seperti halnya manusia, kami juga makhluk Tuhan yang punya hak untk hidup di bumi ini. Coba kalian lihat betapa banyak burung-burung, kupu-kupu, dan hewan-hewan lain yang mencoba bertahanhidup di sini. Hanya kalian yang mampu menyampaikanpesan ini kepada mereka. tolong katakana jika mereka merawat kami, pasti kami pun akan melindungi mereka!” tutur pohon tua itu kepada Riri dan Nena.
7.      Riri dan Nena segera menyampaikan pesan pohon tua itu kepada keluarga mereka. akan tetapi, cerita dua bocah ini dianggap angin lalu saja. Mereka mengira dua gadis kecil ini bermimpi.
8.      Esok harinya, penduduk desa beramai-ramai naik ke puncak bukit. Mereka menebang pohon tua itu seketika. Beberapa saat kemudian, pohon besar itu pun tumbang. Penduduk beramai-ramai memecah-belah pohon besar itu menjadi potongan-potongan kayu.
9.      Riri dan Nena menangis melihat peristiwa itu. Burung-burung dan kupu-kupu terbang katakutan tak tentu arah. Sebagian mati tertimpa pohon besar itu.
10.  Sejak tumbangnya pohon besar itu, bukit itu semakin panas dan tandus. Beberapa saat kemudian, seluruh penduduk desa tertimpa kekeringan. Sumur-sumur mereka kering. Banyak tanaman dan hewan ternak mati kekurangan air. Kemudian, mereka berdo’a kepada Tuhan agar secepatnya hujan turun. Tuhan yang Maha Pemurah mendengar do’a mereka.
11.  Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya selama satu hari penuh. Air sungai meluap dan bukit yang tandus itu tak mampu menahan curahan air hujan yang begitu deras. Sekejap kemudian, bukit tandus itu pun longsor. Lumpur dan bebatuan menghajar pemukiman warga desa. Mereka pontang-panting menyelamatkan diri. Air bah dan longsor kini benar-benar menghancurkan  desa itu.
12.  Rumah-rumah hancur dan banyak penduduk harus kehilangan orang-orang yang mereka sayangi. Keluarga mereka banyak yang meninggal dan tercerai-berai entah ke mana. Riri dan Nena berhasil menyelamatkan diri. Akan tetapi, dua gadis malang ini harus rela kehilangan keluarga mereka. dua gadis cilik ini hanya bisa menangis saat teringat pesan-pesan pohon tua itu.
13.  Penduduk desa termakan perbuatan mereka sendiri. Mereka telah merusak alam dan lingkungan. Itulah akibatnya jika hutan dan pohon tidak mereka rawat dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar