NAMA : NORHALIMAH
NIM : A1B110239
MK :
PERENCANAAN PENGAJARAN BAHASA INDONESIA
PBSI
REG B
1. STANDAR
KOMPETENSI
6. Mengapresiasikan
pikiran, perasaan, dan pengalaman melalui karya sastra.
2. KOMPETENSI
DASAR
6.2. Menulis
Dongeng
3. INDIKATOR
6.2.1. Guru dapat
menyusun kembali dongeng dengan urutan yang tepat berdasarkan kutipan dongeng
yang kalimat-kalimatnya di acak.
4.
URAIAN MATERI
A. PENGERTIAN ALUR DAN PLOT
Plot adalah hubungan kausalitas (sebab-akibat) sebuah peristiwa
dengan peristiwa yang mendahuluinya atau peristiwa setelahnya. Bahasa
sederhananya, hubungan sebab-akibat antarperistiwa dalam sebuah cerita.
B. UNSUR PEMBANGUN PLOT
1.
Peristiwa
Peristiwa dapat diartikan sebagai
peralihan dari satu keadaan ke keadaan lainnya (Luxemburg dkk, 1992: 150).
Sebuah karya fiksi tentunya tidak terbangun hanya dari satu peristiwa saja, tetapi banyak
peristiwa. Namun, tidak semua peristiwa di dalam karya fiksi berfungsi sebagai pembangun plot.
Berdasarkan fungsi terhadap pengembangan plot itulah, peristiwa dapat dibedakan
menjadi peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan.
a.
Peristiwa fungsional adalah
peristiwa-peristiwa yang sangat mempengaruhi pengembangan plot. Rangkaian
peristiwa-peristiwa fungsional merupakan inti dari cerita. Jika sebuah peritiwa
fungsional dihilangkan akan menyebabkan cerita it menjadi lain,
atau bahkan menjadi tidak logis.
b.
Peristiwa kaitan adalah peristiwa-peristiwa
yang berfungsi mengaitkan peristiwa peristiwa fungsional dalam pengurutan penyajian cerita.
c.
Peristiwa acuan adalah
peristiwa-peristiwa yang tidak secara langsung berhubungan dengan plot, tetapi
lebih berkaitan dengan unsur-unsur lain seperti perwatakan atau suasana yang
melingkupi batin seorang tokoh sebelum terjadi peristiwa penting.
2.
Konflik
Konflik
memiliki pengertian pertarungan atau pertentangan antara dua hal yang
menyebabkan terjadinya aksi reaksi. Pertentangan itu bisa berupa pertentangan
fisik, ataupun pertentangan yang terjadi di dalam batin manusia. Konflik
merupakan unsur terpenting dari pengembangan plot. Bahkan bisa dikatakan
sebagai elemen inti dari sebuah karya fiksi. Stanton dalam An Introduction to
Fiction membedakan konflik menjadi dua, yaitu konflik eksternal dan konflik
internal.
a. Konflik
eksternal adalah pertentangan yang terjadi antara manusia dengan sesuatu yang
berada di luar dirinya. Konflik ini dibagi lagi menjadi dua macam. Konflik
elemental, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya pertentangan antara manusia
dengan alam; manusia lawan alam. Misalnya saja konflik yang timbul akibat
adanya banjir besar, gempa bumi, gunung meletus, dsb. Sedangkan konflik sosial
terjadi disebabkan adanya kontak sosial antarmanusia, atau masalah yang muncul
akibat adanya hubungan sosial antarmanusia. konflik sosial bisa terjadi antara
manusia lawan manusia atau manusia lawan masyarakat. Misalnya saja berupa
masalah penindasan, peperangan, penghianatan, pemberontakan terhadap terhadap
adat lama, dsb.
b. Konflik
Internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati atau jiwa seorang tokoh
cerita. Pertentangan yang terjadi di dalam diri manusia. Manusia lawan dirinya
sendiri. Misalnya saja konflik yang terjadi akibat adanya pertentangan antara
dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan dan masalah-masalah
lainnya.
3.
Klimaks
Menurut Stanton
dalam An Introduction to Fiction klimaks adalah saat konflik telah mencapai
titik intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tak dapat
dihindari kejadiannnya. Artinya, berdasarkan tuntutan dan kelogisan cerita,
peristiwa itu harus terjadi, tidak boleh tidak. Klimaks merupakan pertemuan
antara dua hal yang dipertentangkan dan menentukan bagaimana konflik itu akan
diselesaikan.
C. PENAHAPAN PLOT
Peristiwa awal
yang ditampilkan dalam sebuah karya fiksi mungkin saja langsung berupa
adegan-adegan yang memiliki kadar konflik dan dramatik tinggi, bahkan merupakan
konflik yang amat menentukan plot karya yang bersangkutan. Padahal, pembaca
belum dibawa masuk dalam suasan cerita, belum tahu awal dan sebab-sebab
terjadinya konflik. Hal yang demikian dapat terjadi disebabkan urutan waktu
penceritaan yang sengaja dimanipulasi dengan urutan peristiwa untuk mendapatkan
efek artistik tertentu, yang memberikan kejuta dan membangkitkan rasa ingin
tahu pembaca
Aristoteles
mengemukakan bahwa tahapan plot harus terdiri dari tahapan awal, tahapan
tengah, dan tahapan akhir.
1. Tahap awal sebuah cerita
merupakan tahap perkenalan. Pada umumnya berisi informasi yang berkaitan dengan
berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Fungsi pokok
tahapan awal adalah memberikan informasi dan penjelasan seperlunya yang
berkaitan dengan pelataran dan penokohan. Pada tahapan ini, juga sudah
dimunculkan sedikit demi sedikit masalah yang dihadapi tokoh yang menyulut
konflik, pertentangan-pertentangan dan lain-lain yang akan memuncak di bagian
tengah.
2. Tahap tengah sebuah cerita
sering juga disebut sebagai tahap tikaian. Pada tahap ini konflik yang sudah
mulai dimunculkan pada tahap awal mengalami peningkatan, semakin menegangkan,
hingga mencapai titik intensitas tertinggi atau klimaks.
3. Tahap akhir sebuah cerita biasa juga disebut sebagai tahapan peleraian yang menampilkan adegan tertentu sebagai akibat dari klimaks. Tahapan ini merupakan tahapan penyelesaian masalah atau bisa juga disebut sebagai tahapan anti klimaks. Penyelesaian sebuah cerita dapat dikatagorikan menjadi dua: penyelesaian tertutup dan penyelesaian terbuka. Penyelesaian tertutup menunjuk pada keadaan akhir sebuah karya fiksi yang memang sudah selesai. Sedangkan penyelesaian terbuka lebih membuka peluang bagi kelanjutan cerita sebab konflik belum sepenuhnya selesai dan membuka peluang untuk berbagai penafsiran dari pembacanya. Kualitas plot sangat ditentukan oleh kadar masalah yang menghadang langkah tokoh cerita dalam menemukan penyelesaian.
3. Tahap akhir sebuah cerita biasa juga disebut sebagai tahapan peleraian yang menampilkan adegan tertentu sebagai akibat dari klimaks. Tahapan ini merupakan tahapan penyelesaian masalah atau bisa juga disebut sebagai tahapan anti klimaks. Penyelesaian sebuah cerita dapat dikatagorikan menjadi dua: penyelesaian tertutup dan penyelesaian terbuka. Penyelesaian tertutup menunjuk pada keadaan akhir sebuah karya fiksi yang memang sudah selesai. Sedangkan penyelesaian terbuka lebih membuka peluang bagi kelanjutan cerita sebab konflik belum sepenuhnya selesai dan membuka peluang untuk berbagai penafsiran dari pembacanya. Kualitas plot sangat ditentukan oleh kadar masalah yang menghadang langkah tokoh cerita dalam menemukan penyelesaian.
5. SKENARIO
PEMBELAJARAN
A. Kegiatan
Awal (15 menit)
Ibu Guru : “Assalamualaikum”
Siswa :
“Walaikumussalam”
Ibu Guru : “Pagi
anak-anak…”
Siswa :
“Pagi juga ibu guru…”
Ibu Guru : “Bagaimana
kabar kalian hari ini?”
Siswa :
“Baik bu guru…”
Ibu guru : “Oke, ibu mau mengecek kehadiran kalian dulu. Siapa
yang tidak hadir hari ini?”
Siswa : “Winda Septiana bu”.
Ibu guru : “Mengapa
Winda tidak hadir?”
Siswa :
“Sakit, suratnya ada di atas meja ibu guru”.
Ibu guru : “Baik.
Sebelum memulai pelajaran hari ini kita berdoa dulu ya?”
Siswa :
“Iya bu!”
Ibu guru : “Berdoa
dimulai”.
(semua siswa berdoa menurut kepercayaan masing-masing
dengan khusuk)
Ibu guru : “Berdoa
selesai”.
Ibu guru : “Bagaimana
anak-anak sekarang sudah siap mengikuti pelajaran?”
Siswa :
“Siap bu”.
B. Kegiatan
Inti (95 menit)
Ibu guru : “Sekarang buka halaman halaman 23 pada buku Bahasa Indonesia.
Kita hari ini akan mempelajari tentang PLOT. Siapa yang tahu apa itu plot”.
Nina :
“Saya bu, plot
adalah jalan cerita”.
Ibu guru : “Bagus,
siapa lagi tahu tentang plot?”
Arif :
“tidak
tahu bu, saya baru mendengar.”
Ibu guru : “ya sudah, kalau hanya
Nina yang tau ibu akan menjelaskan apa itu plot.
(semuanya
terdiam)
Ibu guru : plot
adalah jalan atau alur cerita.
Jodi :
plot
termasuk ke dalam apa bu?
Ibu guru : “Pertanyaan yang bagus,
plot termasuk kedalam unsure penyusun cerita anak-anak. Baik semua
dengarkannya, kalau ada yang menurut kalian penting dan ada yang tidak
dimengerti kalian silakan catat dan bertanya nanti”
Semua
siswa :”baik bu”
Ibu guru : “
Plot untuk lebih jelasnya adalah hubungan sebab-akibat antarperistiwa
dalam sebuah cerita”.
Ibu guru : “Unsur pembangun plot
yaitu peristiwa, klimaks dan konflik”
Jodi :”Konflik
itu apa bu, klimaks dan peristiwa juga boleh minta penjelasannyakan bu?”
Ibu Guru :
“baik Jodi, ibu akan jelaskan 1 persatu. Peristiwa dapat
diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan lainnya (Luxemburg
dkk, 1992: 150). Namun, tidak semua peristiwa di dalam karya fiksi berfungsi
sebagai
pembangun plot.
Berdasarkan fungsi terhadap pengembangan plot itulah, peristiwa dapat dibedakan
menjadi peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan. Ada yang tahu anak-anak apa itu peristiwa fungsional,
kaitan dan acuan?”
Nina :” saya tidak tahu bu, karena
kami tidak pernah belajar tentang itu”.
Ibu guru : “oh ya Nina, bagaimana dengan yang
lainnya, ada yang pernah belajar tentang peristiwa fungsional, kaitan dan
acuan?”
Semua
Siswa : “tidak pernah bu…….”
Ibu guru : “Peristiwa
fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang sangat mempengaruhi pengembangan
plot. Rangkaian peristiwa-peristiwa fungsional merupakan inti dari cerita. Jika
sebuah peritiwa fungsional dihilangkan akan menyebabkan cerita it menjadi lain,
atau bahkan menjadi tidak logis. Sedangkan peristadalah iwa kaitan adalah peristiwa-peristiwa
yang berfungsi mengaitkan peristiwa peristiwa fungsional dalam pengurutan penyajian cerita. Dan peristiwa acuan
adalah peristiwa-peristiwa yang tidak secara langsung berhubungan dengan plot,
tetapi lebih berkaitan dengan unsur-unsur lain seperti perwatakan atau suasana
yang melingkupi batin seorang tokoh sebelum terjadi peristiwa penting. Bagaimana anak-anak, sudah mengerti
tentang peristiwa?”
Semua
siswa : “Mengerti bu”
Ibu guru : “Baik, kalau begitu ibu lanjutkan
kepada Konflik dan klimaks. Konflik memiliki pengertian pertarungan atau pertentangan antara
dua hal yang menyebabkan terjadinya aksi reaksi. Pertentangan itu bisa berupa
pertentangan fisik, ataupun pertentangan yang terjadi di dalam batin manusia.
Stanton dalam An Introduction to Fiction membedakan konflik menjadi dua, yaitu
konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal adalah pertentangan yang terjadi antara
manusia dengan sesuatu yang berada di luar dirinya. Konflik ini dibagi lagi
menjadi dua macam. Konflik elemental,
yaitu konflik yang terjadi akibat adanya pertentangan antara manusia dengan
alam; manusia lawan alam. Sedangkan konflik
sosial terjadi disebabkan adanya kontak sosial antarmanusia, atau masalah
yang muncul akibat adanya hubungan sosial antarmanusia. Konflik Internal adalah
konflik yang terjadi di dalam hati atau jiwa seorang tokoh cerita. Pertentangan
yang terjadi di dalam diri manusia. Manusia lawan dirinya sendiri. Kemudian Klimaks adalah saat konflik telah mencapai
titik intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tak dapat
dihindari kejadiannnya. Artinya, berdasarkan tuntutan dan kelogisan cerita,
peristiwa itu harus terjadi, tidak boleh tidak. Klimaks merupakan pertemuan
antara dua hal yang dipertentangkan dan menentukan bagaimana konflik itu akan
diselesaikan. Sampai
disini dulu ada yang tidsk mengerti atau kurang jelas dari penjelasan ibu
silakan bertanya, sebelum ibu lanjutkan?”
Syifa : “ ibu bisa masih kurang
mengerti dengan konflik elemental?”
Ibu guru : “ konfliks elemental adalah konflik yang terjadi akibat adanya
pertentangan antara manusia dengan alam; manusia lawan alam. Misalnya Zia itu sakit karena
kehujanan”. Baik, ada lagi yang kurang jelas?”
Helsa : “ tidak ada,
lanjut bu!”
Ibu guru : baik, ibu akan
lanjutkan pada pentahapan plot. Aristoteles mengemukakan bahwa tahapan
plot harus terdiri dari tahapan awal, tahapan tengah, dan tahapan akhir. 1. Tahap awal sebuah cerita
merupakan tahap perkenalan. Pada umumnya berisi informasi yang berkaitan dengan
berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Fungsi pokok
tahapan awal adalah memberikan informasi dan penjelasan seperlunya yang
berkaitan dengan pelataran dan penokohan. Pada tahapan ini, juga sudah
dimunculkan sedikit demi sedikit masalah yang dihadapi tokoh yang menyulut
konflik, pertentangan-pertentangan dan lain-lain yang akan memuncak di bagian
tengah. 2. Tahap tengah sebuah cerita
sering juga disebut sebagai tahap tikaian. Pada tahap ini konflik yang sudah
mulai dimunculkan pada tahap awal mengalami peningkatan, semakin menegangkan,
hingga mencapai titik intensitas tertinggi atau klimaks. 3. Tahap akhir sebuah cerita
biasa juga disebut sebagai tahapan peleraian yang menampilkan adegan tertentu
sebagai akibat dari klimaks. Tahapan ini merupakan tahapan penyelesaian masalah
atau bisa juga disebut sebagai tahapan anti klimaks. Penyelesaian sebuah cerita
dapat dikatagorikan menjadi dua: penyelesaian tertutup dan penyelesaian
terbuka. Penyelesaian tertutup menunjuk pada keadaan akhir sebuah karya fiksi
yang memang sudah selesai. Sedangkan penyelesaian terbuka lebih membuka peluang
bagi kelanjutan cerita sebab konflik belum sepenuhnya selesai dan membuka
peluang untuk berbagai penafsiran dari pembacanya. Kualitas plot
sangat ditentukan oleh kadar masalah yang menghadang langkah tokoh cerita dalam
menemukan penyelesaian. Ada
yang mau ditanyakan lagi anak-anak?”
Zidan : “ Ada bu, saya kurang jelas dengan maksud dari
klimaks tadi bu?”
Ibu guru : “ Klimaks adalah saat
konflik telah mencapai titik intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan
sesuatu yang tak dapat dihindari kejadiannnya lebih jelasnya klimaks adalah puncaknya pertikaian”. Paham
Zidan”
Zidan : “paham bu”
Ibu guru :” Ada lagi yang
mau bertanya?”
Semua siswa : “Tidak ada bu,
semuanya sudah paham”
Ibu guru :” Kalau semuanya
sudah paham kita latihan, ibu akan perdengarkan kalian sebuah dongeng melalui
tape recorder ini, kalian harus menyimaknya baik-baik. Karena setelah itu
kalian akan ibu beri tugas menyusun
kembali dongeng pada kalimat-kalimat dan paragraph yang acak dengan
urutan yang benar sesuai dengan dongeng yang telah kalian dengar. Paham
anak-anak?
Zidan : belum bu, jadi
kami disuruh menyusun kembali dongeng sesuai urutannya bu?”
Ibu Guru : “Iya Zidan, kan ibu
tadi mengatakan begitu?”
Zidan :” hehe, kurang
jelas tadi dengarnya bu”.
Ibu guru : “Ya sudah,
sekarang kalian sudah siapkan untuk mendengarkan dongengnya?”
Semua siswa :” Siap bu…..”
(semua siswa mendengarkan pembacaan dongeng)
Petuah Pohon Tua
Oleh Habib
Alkisah, di sebuah lereng pegunungan, ada sebuah desa
yang permai. Hampir seluruh penduduk desa di sana bermata pencaharian sebagai
pencari kayu di hutan. Di hutan itu, pohon-pohonnya besar dan berdaun lebat.
Awalnya, mereka hanya mau menebang pohon yang sudah tua. Akan tetapi, akhirnya
mereka menjadi lupa diri. Para penebang kayu itu sudah tak peduli lagi.
Meskipun usia pohonnya masih muda, mereka tetap saja menebangnya.
Suatu ketika, Riri dan Nena bermain-main ke bukit. Dua
gadis cilik itu ingin mencari bunga dan kupu-kupu di sana. Akan tetapi,
alangkah kagetnya kdeua gadis itu. Bukit yang dulu mereka kenal, kini sudah
tandus. Bunga-bunga yang indah dan kupu-kupu sudah tidak ada lagi.
Riri dan Nena kecewa sekali. Bunga dan kupu-kupu cantik
tak mereka temui. Siang itu, matahari bersinar dengan sangat terik. Dua gadis
cilik itu mencari pohon besar yang cukup rindang. Setelah sekian lama
berkeliling, akhirnya mereka menemukannya. Rupanya, pohon ini satu-satunya
pohon besar yang belum ditebang.
Riri dan Nena berteduh di bawah pohon tua itu. Sejenak
kemudian, mereka mendongak ke atas.
Banyak sekali burung membuat sarang disana. Riri dan Nena melihat beberapa ekor
kupu-kupu terbang kian kemari. Tiba-tiba, ada suara menyapa mereka. dua gadis
cilik ini terhenyak. Mereka mencari sumber suara itu
“Jangan panik, gadis-gadis manis! Aku didekat kalian!
Astaga! Ternyata, pohon besar itu yang berbicara. Ia tersenyum kepada Riri dan
Nena. Sorot matanya bersahabat. “Tolonglah kairi dan Nena kembali terkejut. Tak
hanya pohon tua itu yang mampu bicara. Ternyata, burung-burung kecil,
kupu-kupu, dan hewan-hewan lainnya pun mampu berbicara seperti manusia.
“Aku adalah satu-satunya pohon yang belum ditebang
penduduk. Tetapi, mungkin sebentar lagi mereka akan melakukannya. Seperti
halnya manusia, kami juga makhluk Tuhan yang punya hak untk hidup di bumi ini.
Coba kalian lihat betapa banyak burung-burung, kupu-kupu, dan hewan-hewan lain
yang mencoba bertahanhidup di sini. Hanya kalian yang mampu menyampaikanpesan
ini kepada mereka. tolong katakana jika mereka merawat kami, pasti kami pun
akan melindungi mereka!” tutur pohon tua itu kepada Riri dan Nena.
Riri dan Nena segera menyampaikan pesan pohon tua itu
kepada keluarga mereka. akan tetapi, cerita dua bocah ini dianggap angin lalu
saja. Mereka mengira dua gadis kecil ini bermimpi.
Esok harinya, penduduk desa beramai-ramai naik ke puncak
bukit. Mereka menebang pohon tua itu seketika. Beberapa saat kemudian, pohon
besar itu pun tumbang. Penduduk beramai-ramai memecah-belah pohon besar itu
menjadi potongan-potongan kayu.
Riri dan Nena menangis melihat peristiwa itu.
Burung-burung dan kupu-kupu terbang katakutan tak tentu arah. Sebagian mati
tertimpa pohon besar itu.
Sejak tumbangnya pohon besar itu, bukit itu semakin panas
dan tandus. Beberapa saat kemudian, seluruh penduduk desa tertimpa kekeringan.
Sumur-sumur mereka kering. Banyak tanaman dan hewan ternak mati kekurangan air.
Kemudian, mereka berdo’a kepada Tuhan agar secepatnya hujan turun. Tuhan yang
Maha Pemurah mendengar do’a mereka.
Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya selama satu hari
penuh. Air sungai meluap dan bukit yang tandus itu tak mampu menahan curahan
air hujan yang begitu deras. Sekejap kemudian, bukit tandus itu pun longsor.
Lumpur dan bebatuan menghajar pemukiman warga desa. Mereka pontang-panting
menyelamatkan diri. Air bah dan longsor kini benar-benar menghancurkan desa itu.
Rumah-rumah hancur dan banyak penduduk harus kehilangan
orang-orang yang mereka sayangi. Keluarga mereka banyak yang meninggal dan tercerai-berai
entah ke mana. Riri dan Nena berhasil menyelamatkan diri. Akan tetapi, dua
gadis malang ini harus rela kehilangan keluarga mereka. dua gadis cilik ini
hanya bisa menangis saat teringat pesan-pesan pohon tua itu.
Penduduk desa termakan perbuatan mereka sendiri. Mereka
telah merusak alam dan lingkungan. Itulah akibatnya jika hutan dan pohon tidak
mereka rawat dengan baik.
Ibu
guru : “
Nah sekarang tugasnya dikerjakan di buku latihan masing-masing ya, soalnya
silakan juga ditulis yang dipapan tulis itu!”
SUSUNLAH KALIMAT-KALIMAT DAN
PARAGRAF YANG ACAK DIBAWAH INI SESUAI DENGAN URUTAN ATAU ALUR DONGENG YANG
TELAH DIPERDENGARKAN!
Ibu guru : waktunya sudah habis anak-anak, silakan kumpulkan di atas
meja ibu!”)
(semua siswa mengumpulkan pekerjaannya
C. Kegiatan
Akhir (10 menit)
Ibu
guru : “Siapa yang masih ingat apa itu plot?”
Semua siswa : “plot adalah urutan
kejadian pada sebuah cerita”.
Ibu guru : “Apa-apa saja unsur pembangun
plot?”
Nina : “Unsur pembangun
plot adalah peristiwa, klimaks dan konflik”.
Ibu guru : “Bagus, konflik
eksternal dibagi kedalam 2 macam, apa saja?”
Dodi :
“konflik elemental dan sosial”
Ibu guru : “Bagus, sekarang pelajaran hari ini
telah selesai, kalian bisa istirahat!”
Semua siswa : “Baik bu”.
Ibu guru : “Ibu akhiri saja, assalamualaikum
warahmatullahiwabarakatuh”.
Semua siswa : “Walaikumussalam warahmatullahiwabarakatuh”.
(Ibu guru keluar)
6. SUMBER
BAHAN
Ø
Untuk Guru
1.
Aktif
Berbahasa Indonesia untuk SMP VII
karangan Dewi Indrawati dan Didik Durianto yang diterbitkan oleh Pusat
Perbukuan di Surakarta 2007.
2.
Sastra
Banjar karangan Drs. Rustam Effendi, Mp.Pd., Ph.D yang diterbitkan oleh Scripta
Cendikia Di Banjarbaru tahun 2011.
Ø
Untuk Siswa
Bahasa
Indonesia untuk SMP kelas VII karangan Dr. Nurhadi, Dr. Dawud dan Dr. Yuni
Pratiwi yang diterbitkan oleh Erlangga di Malang Tahun 2007.
7. LAMPIRAN
Soal
a.
Susunlah
paragraph berikut menjadi sesuai dengan urutan dongeng yang telah kamu dengar
melalui tape recorder tadi!
1.
Sumur-sumur
mereka kering. Banyak tanaman dan hewan ternak mati kekurangan air. Sejak
tumbangnya pohon besar itu, bukit itu semakin panas dan tandus. Beberapa saat
kemudian, seluruh penduduk desa tertimpa kekeringan. Kemudian, mereka berdo’a
kepada Tuhan agar secepatnya hujan turun. Tuhan yang Maha Pemurah mendengar
do’a mereka
2.
Riri
dan Nena berhasil menyelamatkan diri. Akan tetapi, dua gadis malang ini harus
rela kehilangan keluarga mereka. Rumah-rumah hancur dan banyak penduduk harus kehilangan
orang-orang yang mereka sayangi.. dua gadis cilik ini hanya bisa menangis saat
teringat pesan-pesan pohon tua itu. Keluarga mereka banyak yang meninggal dan
tercerai-berai entah ke mana.
3.
Banyak
sekali burung membuat sarang disana. Riri dan Nena berteduh di bawah pohon tua itu. Sejenak
kemudian, mereka mendongak ke atas.
Tiba-tiba, ada suara menyapa mereka. dua gadis cilik ini terhenyak. Mereka
mencari sumber suara itu. Riri dan Nena melihat beberapa ekor kupu-kupu terbang kian kemari.
4.
Alkisah,
di sebuah lereng pegunungan, ada sebuah desa yang permai. Hampir seluruh
penduduk desa di sana bermata pencaharian sebagai pencari kayu di hutan. Di
hutan itu, pohon-pohonnya besar dan berdaun lebat. Awalnya, mereka hanya mau
menebang pohon yang sudah tua. Akan tetapi, akhirnya mereka menjadi lupa diri.
Para penebang kayu itu sudah tak peduli lagi. Meskipun usia pohonnya masih
muda, mereka tetap saja menebangnya.
5.
Esok
harinya, penduduk desa beramai-ramai naik ke puncak bukit. Mereka menebang
pohon tua itu seketika. Penduduk beramai-ramai memecah-belah pohon besar itu
menjadi potongan-potongan kayu. Beberapa saat kemudian, pohon besar itu pun
tumbang.
6.
“Aku adalah satu-satunya pohon yang belum
ditebang penduduk. Tetapi, mungkin sebentar lagi mereka akan melakukannya. Coba
kalian lihat betapa banyak burung-burung, kupu-kupu, dan hewan-hewan lain yang
mencoba bertahanhidup di sini.. Seperti halnya manusia, kami juga makhluk Tuhan
yang punya hak untk hidup di bumi ini. Hanya kalian yang mampu menyampaikanpesan ini kepada
mereka. tolong katakana jika mereka merawat kami, pasti kami pun akan
melindungi mereka!” tutur pohon tua itu kepada Riri dan Nena
7.
Penduduk
desa termakan perbuatan mereka sendiri. Mereka telah merusak alam dan
lingkungan. Itulah akibatnya jika hutan dan pohon tidak mereka rawat dengan
baik.
8.
Suatu
ketika, Riri dan Nena bermain-main ke bukit. Dua gadis cilik itu ingin mencari
bunga dan kupu-kupu di sana. Akan tetapi, alangkah kagetnya kdeua gadis itu.
Bukit yang dulu mereka kenal, kini sudah tandus. Bunga-bunga yang indah dan
kupu-kupu sudah tidak ada lagi.
9.
Riri
dan Nena menangis melihat peristiwa itu. Burung-burung dan kupu-kupu terbang
katakutan tak tentu arah. Sebagian mati tertimpa pohon besar itu.
.
10. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya selama satu hari
penuh. Air sungai meluap dan bukit yang tandus itu tak mampu menahan curahan
air hujan yang begitu deras. Sekejap kemudian, bukit tandus itu pun longsor.
Lumpur dan bebatuan menghajar pemukiman warga desa. Mereka pontang-panting
menyelamatkan diri. Air bah dan longsor kini benar-benar menghancurkan desa itu.
11. “Jangan panik, gadis-gadis manis! Aku didekat kalian!
Astaga! Ternyata, pohon besar itu yang berbicara. Ia tersenyum kepada Riri dan
Nena. Sorot matanya bersahabat. “Tolonglah kairi dan Nena kembali terkejut. Tak
hanya pohon tua itu yang mampu bicara. Ternyata, burung-burung kecil, kupu-kupu,
dan hewan-hewan lainnya pun mampu berbicara seperti manusia.
12. Riri dan Nena kecewa sekali. Bunga dan kupu-kupu cantik
tak mereka temui. Siang itu, matahari bersinar dengan sangat terik. Dua gadis
cilik itu mencari pohon besar yang cukup rindang. Setelah sekian lama
berkeliling, akhirnya mereka menemukannya. Rupanya, pohon ini satu-satunya
pohon besar yang belum ditebang.
13. Riri dan Nena segera menyampaikan pesan pohon tua itu
kepada keluarga mereka. akan tetapi, cerita dua bocah ini dianggap angin lalu
saja. Mereka mengira dua gadis kecil ini bermimpi.
Jawaban Soal
1.
Alkisah,
di sebuah lereng pegunungan, ada sebuah desa yang permai. Hampir seluruh
penduduk desa di sana bermata pencaharian sebagai pencari kayu di hutan. Di
hutan itu, pohon-pohonnya besar dan berdaun lebat. Awalnya, mereka hanya mau
menebang pohon yang sudah tua. Akan tetapi, akhirnya mereka menjadi lupa diri.
Para penebang kayu itu sudah tak peduli lagi. Meskipun usia pohonnya masih
muda, mereka tetap saja menebangnya.
2.
Suatu
ketika, Riri dan Nena bermain-main ke bukit. Dua gadis cilik itu ingin mencari
bunga dan kupu-kupu di sana. Akan tetapi, alangkah kagetnya kdeua gadis itu.
Bukit yang dulu mereka kenal, kini sudah tandus. Bunga-bunga yang indah dan
kupu-kupu sudah tidak ada lagi.
3.
Riri
dan Nena kecewa sekali. Bunga dan kupu-kupu cantik tak mereka temui. Siang itu,
matahari bersinar dengan sangat terik. Dua gadis cilik itu mencari pohon besar
yang cukup rindang. Setelah sekian lama berkeliling, akhirnya mereka
menemukannya. Rupanya, pohon ini satu-satunya pohon besar yang belum ditebang.
4.
Riri
dan Nena berteduh di bawah pohon tua itu. Sejenak kemudian, mereka
mendongak ke atas. Banyak sekali burung
membuat sarang disana. Riri dan Nena melihat beberapa ekor kupu-kupu terbang
kian kemari. Tiba-tiba, ada suara menyapa mereka. dua gadis cilik ini
terhenyak. Mereka mencari sumber suara itu
5.
“Jangan
panik, gadis-gadis manis! Aku didekat kalian! Astaga! Ternyata, pohon besar itu
yang berbicara. Ia tersenyum kepada Riri dan Nena. Sorot matanya bersahabat.
“Tolonglah kairi dan Nena kembali terkejut. Tak hanya pohon tua itu yang mampu
bicara. Ternyata, burung-burung kecil, kupu-kupu, dan hewan-hewan lainnya pun
mampu berbicara seperti manusia.
6.
“Aku
adalah satu-satunya pohon yang belum ditebang penduduk. Tetapi, mungkin
sebentar lagi mereka akan melakukannya. Seperti halnya manusia, kami juga
makhluk Tuhan yang punya hak untk hidup di bumi ini. Coba kalian lihat betapa
banyak burung-burung, kupu-kupu, dan hewan-hewan lain yang mencoba
bertahanhidup di sini. Hanya kalian yang mampu menyampaikanpesan ini kepada
mereka. tolong katakana jika mereka merawat kami, pasti kami pun akan
melindungi mereka!” tutur pohon tua itu kepada Riri dan Nena.
7.
Riri
dan Nena segera menyampaikan pesan pohon tua itu kepada keluarga mereka. akan
tetapi, cerita dua bocah ini dianggap angin lalu saja. Mereka mengira dua gadis
kecil ini bermimpi.
8.
Esok
harinya, penduduk desa beramai-ramai naik ke puncak bukit. Mereka menebang
pohon tua itu seketika. Beberapa saat kemudian, pohon besar itu pun tumbang.
Penduduk beramai-ramai memecah-belah pohon besar itu menjadi potongan-potongan
kayu.
9.
Riri
dan Nena menangis melihat peristiwa itu. Burung-burung dan kupu-kupu terbang
katakutan tak tentu arah. Sebagian mati tertimpa pohon besar itu.
10. Sejak tumbangnya pohon besar itu, bukit itu semakin panas
dan tandus. Beberapa saat kemudian, seluruh penduduk desa tertimpa kekeringan.
Sumur-sumur mereka kering. Banyak tanaman dan hewan ternak mati kekurangan air.
Kemudian, mereka berdo’a kepada Tuhan agar secepatnya hujan turun. Tuhan yang
Maha Pemurah mendengar do’a mereka.
11. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya selama satu hari
penuh. Air sungai meluap dan bukit yang tandus itu tak mampu menahan curahan
air hujan yang begitu deras. Sekejap kemudian, bukit tandus itu pun longsor.
Lumpur dan bebatuan menghajar pemukiman warga desa. Mereka pontang-panting
menyelamatkan diri. Air bah dan longsor kini benar-benar menghancurkan desa itu.
12. Rumah-rumah hancur dan banyak penduduk harus kehilangan
orang-orang yang mereka sayangi. Keluarga mereka banyak yang meninggal dan
tercerai-berai entah ke mana. Riri dan Nena berhasil menyelamatkan diri. Akan
tetapi, dua gadis malang ini harus rela kehilangan keluarga mereka. dua gadis
cilik ini hanya bisa menangis saat teringat pesan-pesan pohon tua itu.
13. Penduduk desa termakan perbuatan mereka sendiri. Mereka
telah merusak alam dan lingkungan. Itulah akibatnya jika hutan dan pohon tidak
mereka rawat dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar