Beberapa Contoh Folklor Lisan
Indonesia
A.
Bahasa Rakyat
Bentuk
lain bahasa rakyat adalah slang. Slang adalah
kosa kata dan idiom para penjahat gelandangan atau kolektif khusus. Pada masa
kini slang dalam arti khusus itu
(bahasa rahasia) disebut cant.
Bahasa
rakyat lainnya yang mirip dengan slang adalah yang disebut shop
talk atau bahasa para pedagang. Contohnya di Banjar yaitu salawi
yang artinya dua puluh lima dan talu yang artinya tiga.
Selanjutnya
bentuk lain slang adalah colloquial, yakni bahasa sehari-hari yang menyimpang dari
bahasa konvensional. Contohnya di Banjar yaitu bahasa P yang digunakan oleh
anak remaja Hulu Sungai. Setiap suku kata yang ingin diucapkannya selalu
ditambah dengan kata pi, pu atau pa. Contohnya kata bakawanan menjadi bapa kapa
wapa napan. Contoh lainnya bajukung
menjadi bapa jupu kupung dan kata bahiring menjadi bapa hipi riping.
Bentuk
bahasa rakyat yang lain adalah yang disebut sirkumlokusi (circumlocution), yaitu ungkapan tidak langsung. Contohnya di Banjar
yaitu ketika orang Banjar membawa nasi ketan atau telur melewati hutan atau
tempat angker mereka mengucapkan umpat
lalu datulah. Penggunaan ini sebenarnya untuk menghindari setan atau
makhluk halus yang ingin mencicipi ketan dan telur tersebut atau mengganggui orang yang membawa benda
tersebut.
Bentuk
lain dari bahasa rakyat adalah yang disebut dengan kata-kata onomatopoetic (onomatopoctic), yakni kata-kata yang
dibentuk dengan mencontoh bunyi atau suara alamiah. Contohnya di Banjar yaitu
pada waktu orangtua memperkenalkan beberapa hewan kepada anaknya yang masih
kecil atau masih bayi dengan mengikuti bunyi hewan tersebut supaya lebih mudah
di ingat. Contohnya kucing yang
dikatakan dengan inyau, minyau atau meong
karena suaranya yang mengeong dan ayam
yang dikatakan dengan uuk karena
berkokok.
Bentuk
terakhir bahasa rakyat yaitu onomastis (onomastics),
yakni nama tradisonal jalan atau tempat-tempat tertentu yang mempunyai legenda
sebagai sejarah terbentuknya. Sebagai contoh di Banjar, Kalimantan Selatan
yaitu asal usul sebuah desa yang bernama Sungai
Bahadangan yang terdapat di kabupaten Hulu Sungai Utara. Asal ceritanya
yaitu sewaktu pembuatan sungai kecil ini dahulu dilakukan dengan tenaga
manusia, di bantu oleh lukuan hadangan (kubangan kerbau) yang diturunkan oleh
warga desa sehingga terciptalah sungai tersebut dengan nama Sungai Bahadangan yang digunakan warga
untuk mengairi sawah mereka.
B.
Ungkapan Tradisional
Ungkapan
tradisional mempunyai tiga sifat hakiki yang perlu diperhatikan, yakni (a)
peribahasa harus berupa satu ungkapan, tidak cukup hanya berupa satu kata
tradisional saja seperti “astaga” atau “ajigile”; (b) peribahasa ada dalam
bentuk yang sudah standar, misalnya “ seperti katak yang congkak” (c) suatu
peribahasa haru mempunyai vitalitas (daya hidup) tradisi lisan, yang dapat
dibedakan dari bentuk-bentuk klise tulisan yang berbentuk syair, iklan,
reportase olahraga, dan sebagainya (Brunvand, 1968: 38)
Peribahasa
dapat dibagi menjadi empat golongan, yakni
a.
Peribahasa yang sesungguhnya adalah ungkapan tradisional
yang mempunyai sifat-sifat: (1) kalimatnya lengkap, (2) bentuknya biasa kurang
mengalami perubahan, (3) mengandung kebenaran atau kebijaksanaan. Sebagai
contoh di Banjar yaitu balimbai jariji
sapuluh yang artinya tidak membawa apa-apa. Peribahasa ini mengibaratkan
bahwa orang yang bertamu ke tampat kita tidak membawa oleh-oleh apa-apa sekedar
membawa jari tangan yang sepuluh., dapur
kada bakukus, peribahasa ini sering digunakan oleh masyarakat tradisional
Banjar yang masih menggunakan dapur (tungku api yang terbuat dari tanah liat
buatan orang Negara) berarti pekerjaan di dapur seperti memasak, merebus air
atau mengoseng sayur mesti ada asapnya, jika dapur tidak mengeluarkan asap
berarti tidak memasak apa-apa karena tidak mempunyai uang.
b.
Peribahasa yang tidak lengkap
kalimatnya juga
mempunyai sifat-sifat khas, seperti: (1) kalimatnya tidak lengkap, (2)
bentuknya sering berubah, (3) jarang mengungkapkan kebijaksanaan, (4) biasanya
bersifat kiasan. Sebagai contoh di banjar yaitu barandah pada kancur yang
artinya orang yang pandai, berpendidikan tinggi mempunyai watak yang sederhana
dan rendah hati. Contoh lainnya yaitu cubik
ramuk balanai pacah yang artinya pengibaratan orang yang sedang terkena
musibah tidak hanya semacam saja.
c.
Peribahasa perumpamaan adalah ungkapan tradisional,
yang biasanya dimulai dengan kata-kata “seperti” atau “bagai” dan lain-lain.
Sebagai contoh di Banjar yaitu kaya api
dikubui banyu peribahasa ini mengibaratkan orang yang awalnya sedang marah
besar tiba-tiba dating istrinya atau orang tuanya menasehati langsung terdiam.
Dan kaya siput dipais peribahasa ini
mengibaratkan orang yang sangat pendiam, dia mengucapkan kata dengan seadanya.
d.
Ungkapan-ungkapan yang mirip
peribahasa adalah
ungkapan-ungkapan yang yang dipergunakan untuk penghinaan (insult): nyeletuk (retort):
atau suatu jawaban pendek, tajam, lucu, dan merupakan peringatan yang dapat
menyakitkan hati (wisecracks). Sebagai
contoh di Banjar yaitu mancaluk
padaringan urang, peribahasa ini sifatnya menyindir yang ditujukan kepada
orang yang suka mencampuri urusan rumah tangga orang lain. Dan kada titik banyu diganggam peribahasa
ini ditujukkan kepada orang yang sangat pelit dan tidak mau membantu orang lain.
C. Pertanyaan
Tradisional
Pertanyaan
tradisional, di Indonesia lebih terkenal dengan nama teka-teki, adalah
pertanyaan yang bersifat tradisional dan mempunyai jawaban yang tradisional
pula. Menurut Robert A. Georges dan Alan Dundes teka-teki dapat digolongkan ke
dalam dua kategori umum, yakni: (1) teka-teki yang tidak bertentangan (nonoppositional riddles) contohnya
adalah apanya nang ditanaman jawabannya
yaitu di pahumaan? Jawabannya yaitu banih
(padi), contoh lainnya yaitu mata apa
nang paling ganal? Jawabannya matahari.
Dalam teka-teki ini baik topik maupun referen atau jawabannya secara harfiah
sama dengan apa yang dimaksudkan yaitu padi, dan (2) teka-teki yang
bertentangan (oppositional riddles)
contohnya di Banjar yaitu, banyu dibawah
api diatas kada pajah jawabannya lampu
duduk (lapu teplok) contoh lainnya yaitu binatang nang paling sugih? Jawabanynya burung belibis (beli Bis) karena disini sangat mustahil seorang
burung bisa membeli bis. .
Jan
Harold Brunvand kemudian menambahakan teka-teki
yang seolah-olah cabul di Indonesia dan benar-benar cabul. Contohnya napa bantuknya panjang, babulu, dikulum
taliur? Jawabannya adalah orang basikat gigi. Dan contoh lainnya yaitu lakiannnya unggat-unggat sampai bapaluhan,
biniannya duduk tasandar? Jawabannya orang narik bica (becak).
Pada
teka-teki yang tidak bertentangan, yang bersifat harfiah, jawab (referent) dan
pertanyaannya (topiknya) adalah identik. Sedikitnya ada tiga macam pertentangan
yang berbeda pada teka-teki bertentangan dari tradisi lisan orang Inggris,
yakni: (1) kontradiksi yang berlawanan; (2) kontradiksi yang mengurangi; (3)
kontradiksi yang menyebabkan.
Keadaan
akan menjadi lain pada teka-teki yang tidak bertentangan yang bersifat kiasan.
Teka-teki
yang tergolong bentuk lainnya:
a.
Pertanyaan
yang bersifat teka-teki atau riddling
questions, adalah teka-teki yang jawabannya tidak dapat diramalkan
sebelumnya. Contohnya dalam bahasa banjar yaitu bangsa napa yang balawasan tinggal diarab tapi kada bisa surah arab?
Jawabannya bangsamat alias bang
Samat, urang Banjar yang pergi ke Arab.
b. Pertanyaan yang bersifat
permainan kata-kata atau punning,
adalah teka-teki yang berbentuk dari permainan kata-kata dengan lucu. Kata-kata
yang dipergunakan sama, namun mempunyai arti yang berbeda. Napa bida daun kastela lawan tangan bibinian? Jawabannya adalah
daun kastela gasan malamahkan daging sedangkan tangan bibinian mangarasakan
daging. Contoh lainnya yaitu napa bida sapi Indonesia lawan sapi Japang?
Jawabannya adalah sapi Jepang bisa makan rumput Indonesia, sedangkan sapi
Indonesia kada bisa makan rumput Japang (tali rafia).
c. Pertanyaan yang bersifat
permasalahan (problem atau puzzle)
adalah teka-teki yang berhubungan dengan kitab injil, ilmu hitung, silsilah,
atau pertanyaan praktis. Contohnya yaitu, binatang
napa ngini, bahintalu didarat, kurik 2 3 lubang hanyar bahintalu, masa
bahintalu mun dijajak urang gin kada kisah,sambil barubuyan banyu mata
bahintalu, munnya sudah manatas anaknya nang halu gin sudah bisa bakunyung
sampai malintasi 9 lautan, imbah tu bahintalu pulang ditampat nang sama. Jawabannya
adalah panyu (penyu).
d.
Pertanyaan
perangkap (catch question) adalah
teka-teki bentuk lain, yang dipergunakan untuk membuat orang yang kurang
waspada malu karena terpedaya. Jaka
binatang sakolah binatang napa yang tiap hari langganan talambat? Jawabannya
adalah kaki saribu. Kaki coba jika kita pikirkan, kaki seribu harus memakai
seribu sepatu tiap hari. Bagaimana dia tidak akan selalu telat datangnya.
Contohnya
mana pintarnya kucing lawan lawan warik? Amunnya ikam dasar pintar pasti bisa
manjawab. Apabila pendengarnya menjawab lebih pintar warik atau kucing penanya
akan berkata kamu pernah sekelas dengan mereka ya. Maka, jawabannya yang benar
adalah kada tahu (tidak tahu), kada suah sakalas lawan buhannya tu pang (karena
saya tidak pernah sekelas dengam mereka).
e.
Pertanyaan
yang bersifat lelucon (riddle joke),
yaitu salah satunya adalah yang berkisar mengenai makanan. Contohnya di daerah
Banjar yaitu, basisik lain naga,
bamahkota lain raja. Jawabannya nenas. Contoh lainnya yaitu lihat dihiga hijau bila dimakan habang,
nangapa ngintu? Jawabannya adalah semangka.
Seperti
pada bentuk-bentuk folklore lainnya, teka-teki juga mempunyai fungsi atau guna.
Menurut Alan Dundes (1968: 8) fungsi itu yaitu: (1) untuk menguji kepandaian
seseorang, (2) untuk meramal, (3) sebagai bagian dari upacara perkawinan, (4)
untuk mengisi waktu pada saat bergadang menjaga jenazah, (5) untuk dapat
melebihi orang lain.
D. Sajak
dan Permainan Rakyat
Kekhususan
genre folklor lisan ini adalah bahwa kalimatnya tidak berbentuk bebas (free phrase) melainkan berbentuk
terikat (fix phrase). Sajak atau
puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya, biasanya
terjadi dari beberapa kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang
berdasarkan panjang pendek suku kata, lemah tekanan suara, atau hanya
berdasarkan irama.
Puisi
rakyat dapat berbentuk macam-macam, antara lain dapat berbentuk ungkapan
tradisional (peribahasa), pertanyaan tradisional (teka-teki), cerita rakyat,
dan kepercayaan rakyat yang berupa mantra-mantra.
Contoh-contoh puisi rakyat
tersebut yang terdapat di daerah Banjar yaitu sebagai berikut.
a.
Ungkapan
tradisional (pribahasa) yaitu, bajurut
kaya saluang mudik, pribahasa ini mengungkapkan bahwa banyak orang yang
lewat dijalan, tidak habis-habisnya sambil bercengkrama baik itu laki-laki
ataupun perempuan. Contoh lainnya yaitu ganal
suap pada muntung yang artinya pengibaratan kepada teman kita supaya
menyesuaikan dengan penghasilan dan keadaan kita, jangan menurutkan hawa napsu.
b.
Pertanyaan
tradisional yaitu tatangguhan, mata napa
nang paling ganal? Jawabannya matahari, dan banyu napa nang pali wani? Jawabannya banyu tajun.
c.
Cerita
rakyat, yaitu kisah Dayuhan lawan Intingan di rumah nini Randa balu. Cerita
Radin Pangantin yang durhaka kepada ibunya.
d.
Kepercayaan
rakyat yang berupa mantra-mantra salah satunya yaitu, mantra pur sinapur, yaitu
mantra yang digunakan seorang perempuan untuk memikat laki-laki pujaannya saat
berdandan.
Pur sinapur
Kaladi baguyangan
Bismillah aku bapupur
Si Utuh karindangan
Contoh sajak permainan kanak-kanak Banjar
Cuk-Cuk Bimbi
Cuk-cuk bimbi
Bimbi tuan sarunai
Tacucuk takulibi
Muhanya kaya panai
(Sagincul liu - liu, sagincul
liu - liu)
Permainan ini biasanya dilakukan
minimal oleh tiga orang. Seorang anggota permainan ini membungkukkan badan dan
kepalanya serta memejamkan mata, sedangkan anggota lainnya meletakkan
masing-masing sebelah tangannya di atas punggung di yang “jadi”. Lalu, para
anggota mulai bermain sambil menyanyikan sajak tersebut serta menggilirkan
sebuah kertas yang digulung sangat kecil ke atas telapak tangan para anggota.
Setelah itu, kertas yang kecil tersebut disembunyikan oleh seorang anggota dan
si “jadi” harus menebak di tangan siapa kertas itu berada. Jika salah, ia tetap
“jadi”. Sedangkan jika ia dapat menebak
di mana kertas tersebut, maka si pemegang kertas itu yang “jadi”. Begitu
seterusnya.
Ingka-Ingka Pariuk
Ingka-ingka pariuk
Pariuk sunting Jawa
Si Jawa tulak malunta
Malunta ka tanah habang
Ulihi iwak saikung
Dibanam api nyarak
Api lampihung
Baucap buruk muntung
Bulan kaya lasung
Hup‼‼!
Permainan ini biasa dilakukan
oleh minimal tiga orang, jari kelingking dikaitkan dengan teman yang lain
sambil menyanyikan lagu Ingka-Ingka
Pariuk serta tangan dimajumundurkan.
Sajak Anak-Anak di
Banjarmasin
Unggat-Unggat
Apung
Unggat-unggat apung
Apung sinali-nali
Talipat
daun jukung
Anak
punai rajawali
injam
kapak injam balayung
Sagan
napa kapak balayung
Sagan
manabang kayu tinggi
Sagan
manyubarang
Maapa
manyubarang
Sagan
manangkap hayam tukung
Saapa
darahnya
Sagantang
bajubung
Sajak ini
biasanya dinyanyikan untuk menidurkan anak-anak/bayi. sang anak biasanya
diletakkan di kaki si ibu yang sedang berbaring sambil mengayun-ayunkan
kakinya.
Yun Dinana
Yun
dinana
Cupak
capung disana
nuntunan
malam kaina
Urak
payung muat balima
Sajak ini dinyanyikan untuk menidurkan
anak-anak sambil mengayunkannya serta menepuk pantatnya hingga si anak tertidur
lelap.
E. Nyanyian
Rakyat (Folksongs)
Menurut
Jan Harold Brunvand, nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata atau lagu-lagu,
yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk
tradisional, serta banyak mempunyai varian (1968: 130).
Nyanyian
rakyat dapat dibedakan dari nyanyian lainnya, seperti nyanyian pop atau klasik
(art song), karena sifatnya yang
mudah dapat berubah-ubah, baik bentuk maupun isinya. Hal ini disebabkan
nyanyian seriosa (klasik) dipelajari orang dari buku nyanyian tercetak tepat
seperti apa yang asli ditulis oleh penggubahnya.
Di
Indonesia misalnya ada suatu masa nyanyian pop bernada calypso, seperti, misalnya lagu Ayam
den Lape yang dinyanyikan oleh Nurseha dan diiringi orkes Gumarang di bawah
pimpinan Asbon pada tahun lima puluhan.
Nyanyian
rakyat lebih luas peredarannya pada suatu kolektif daripada nyanyian seriosa
ata nyanyian pop dan dapat bertahan untuk beberapa generasi. Hal ini disebabkan
jika nyanyian seriosa dan pop hanya
beredar di antara kolektif yang melek huruf dan semi melek huruf, maka nyanyian
rakyat selain beredar diantara kolektif buta huruf dan semi buta huruf juga
beredar di antara yang melek huruf.
Ciri
yang membedakan nyanyian rakyat dari nyanyian pop dan nyanyian seriosa dan
penyebarannya yang melalui lisan, sehingga bersifat tradisi lisan dan dapat
menimbulkan varian-varian.
Jenis-jenis nyanyian rakyat
Dibawah
ini beberapa nyanyian rakyat yang tergolong nyanyian rakyat yang sesungguhnya
yaitu,
a.
Nyanyian rakyat yang berfungsi adalah nyanyian rakyat yang
kata-kata dan lagunya memegang peranan yang sama penting. Jenis nyanyian rakyat
ini dibagi lagi:
1.
Nyanyian
kelonan (lullaby), contoh di Banjar
yaitu Yun Dinana dengan Ayunana.
2.
Nyanyian
kerja (working song) yaitu, Sibungas hati. Lagu ini bersifat
menggugah semangat kerja karena bekerja mempunyai tujuan untuk meminang kekasih
pujaannya.
3.
Nyanyian
permainan (play song) yaitu, Ampar-Ampar Pisang dan Donal Bebek.
b.
Nyanyian
rakyat yang bersifat liris, yakni nyanyian rakyat yang teksnya bersifat liris,
yang merupakan pencetusan rasa haru pengarangnya yang anonim itu, tanpa
menceritakan kisah yang bersambung (coherent).
Jenis dari nyanyian ini yaitu:
1.
Nyanyian
rakyat liris yang sesungguhnya, yakni nyanyian-nyanyian yang liriknya
mengungkapkan perasaan tanpa menceritakan suatu kisah yang bersambung.
Contohnya di Banjar yaitu,
Kada Sakapur Sirih
Ujar pang habar ikam sudah balarangan
Aku tapaksa baundur bagamat
Urang sajiran sudah tahu jua
Ikam wan aku kada sakapur sirih
Ikam urang nang sugih
Aku urang tasisih
Ibaratkan daun sirih kada sampuk urat
Jangankan harta warisan apalagi kasugihan
Jangankan rumah nang ganal apalagi rumah nang baloteng
Pondok haja gin batawing paring
Bahatap kajang dua
talu bidang.
2.
Nyanyian
rakyat liris yang bukan sesungguhnya, yakni nyanyian rakyat yang menceritakan
kisah yang bersambung (coherent).
Uraian lebih terperinci mengenai hal ini yaitu sebagai berikut.
a)
Nyanyian
rakyat yang bersifat kerohanian dan keagamaan lainnya.
b)
Nyanyian
rakyat yang memberi nasehat untuk berbuat baik. Contohnya di Banjar yaitu bamadihinan, seni ini berasal dari kata mamadahi “memberi nasehat”.
c)
Nyanyian
rakyat mengenai pacaran dan pernikahan.
Ancapi badatang
Coba pang pian kaka ai ancapi pang badatang
Jangan ditunda lagi kaka ai uma abah mahadang
Kabila jua kaka ai pian handak badatang
Hati batagur takut kaka ai pian diambil urang
……………
d)
Nyanyian
bayi dan kanak-kanak.
Ayunana
Yuuuuuun
Adingku guring
Matanya kalat disuruh guring
Lailahaillallah, Muhammad pesuruh Allah
Dilahirkan di kota Mekah
Wafatnya nang di Madinah
Guringakan adingku sayang...
Matanya kalat handak guring
e)
Nyanyian
yang bertimbun banyak. Contohnya Anak Pipit.
Anak Pipit
Anak pipit gugur matan disarang
Katana disala rampun sarai
Umai-umai kada pang samapai hati
Kasihani anak pipit
Ambili anak pipit
Malihat anak pipit kan cilaka
Jangan biarkan anak pipit dalam sengsara
f)
Nyanyian-nyanyian
daerah dan orang-orang yang mempunyai mata pencaharian tertentu. Contohnya Acil Inah Bajual Apam Barabai.
g)
Nyanyian
rakyat yang bersifat berkisah (narrative
songs). Contohnya di Banjar yaitu, Pangeran
Samudra.
h)
Nyanyian
jenaka.
Udik
Arainya pang aku tatamu lawan dikau
Napang ti habar dating pina hahayutu
….
Umai lih raminya
Mutur pina laju-laju
Kapalaku pusing luku aku masuk angin
…..
Ngalihnya umpau kau
Jalas aku kada satuju
Labih baik aku dirumah balingkar dalam kalambu.
Beberapa Contoh Folklor Sebagian
Lisan Indonesia
A. Kepercayaan
Rakyat
Kepercayaan
rakyat, atau yang seringkali juga disebut “takhyul”, adalah kepercayaan yang
oleh orang berpendidikan Barat dianggap sederhanabahkan pandir, tidak
berdasarkan logika, sehingga ssecara alamiah tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Ada
satu klasifikasi takhyul yang dibuat oleh Wayland D. Hand yaitu sebagai
berikut.
a.
Takhyul
di sekitar lingkungan hidup manusia
1.
Lahir,
masa bayi, dan masa kanak-kanak.
Takhyul
mengenai hal ini, misalnya kepercayaan yang terjadi di Banjar pada ibu hamil,
suaminya tidak dibolehkan untuk menyembelih ayam, karena akan menyebabkan anak
yang dikandung istrinya akan cacat ketika lahir.
2.
Tubuh
manusia, dan obat-obatan rakyat
Takhyul
mengenai hal ini di Banjar misalnya, pada anak bayi tidak boleh dicolek pipinya
yang menyebabkan anak tersebut apabila sudah besar suka meminta-minta makanan
ataupun barang-barang punya orang.
Takhyul
mengenai obat-obatan pada masyarakat Banjar yaitu air yang bekas diminum oleh
orang alim sangat bagus diminumkan kepada anak-anak yang sangat nakal dan
bandel. Yang berfungsi untuk menghentikan kelakuannya yang nakal tersebut.
3.
Rumah,
dan pekerjaan rumah tangga.
Takhyul
yang berhubungan dengan hal ini di Banjar yaitu, kepercayaan pada saat batajak
rumah (membangun rumah) hal yang pertama kali dilakukan sebelum barajak rumah
adalah memastikan apakah lokasi rumah itu termasuk jalan atau
tempat tinggal oraang gaib atau tidak. Untuk itu harus ada yang meminta bantuan
kepada seorang tokoh ulama tertentu untuk “memeriksa” tanah itu dan memberi
tahukan apakah tanah itu lokasi tempat tinggal atau jalan orang gaib atau
tidak. Cara lain ialah membentangkan benang di sekeliling lokasi menjelang
senja dan membiarkannya selama semalam. Jika pagi harinya ternyata benang itu
putus, dapatlah dipastikan tanah itu merupakan jalan atau tempat tinggal orang
gaib.
4.
Mata
pencaharian, dan hubungan sosial.
Takhyul
mengenai hal ini di Banjar yaitu, orang yang berkenaan dengan resepsi
perkawinan. Apabila ada dua orang dalam satu rumah melaksanakan resepsi
perkawinan di waktu, tempat dan hari yang sama akan menyebabkan pasangan yang
satu meninggal atau bercerai.
5.
Perjalanan
dan perhubungan.
Takhyul
mengenai hal ini yang ada di Banjar yaitu, tidak diperbolehkan apabila di dalam
sebuah rumah itu ada 2 orang atau lebih orang yang mau melakukan perjalanan
jauh atau bepergian dengan arah yang berlawanan, misalnya yang satu ke hilir
dan yang satu ke hulu. Kepercayaan ini beranggapan bahwa akan terjadi sesuatu
hal yang tidak diinginkan dalam perjalanan.
6.
Cinta,
pacaran, dan menikah.
Takhyul
mengenai hal ini di Banjar yaitu, kepercayaan apabila pada dua orang yang
berkunjung ke Pagat (Barabai) baik itu suami istri ataupun masih pacaran akan
bercerai atau putus. Karena arti kata Pagat dalam bahasa Indonesia adalah
putus.
7.
Kematian,
dan adat pemakaman.
Takhyul
mengenai hal ini di Banjar yaitu, apabila ada orang tua meninggal dan
meninggalkan anak yang masih kecil, maka anak itu harus dibawa juga kepamakaman
dengan berjalan di bawah keranda orang tuanya tersebut. Ini dipercayai agar
anak yang ditinggalkannya itu tidak terus-terusan mengenang orang tunya dengan
bersedih hati dan terus menangis.
b.
Takhyul
mengenai alam gaib, yaitu kepercayaan rakyat mengenai para dewa, roh-roh,
makhluk-makhluk gaib, kekuatan sakti, dan alam gaib.
c.
Takhyul
mengenai terciptanya alam semesta dan dunia oleh Wayland D. hand diperinci lagi
menjadi empat, yaitu sebagai berikut.
1.
Fenomena
kosmik.
2.
Cuaca.
3.
Binatang
dan peternakan.
4.
Penangkapan
ikan dan berburu.
5.
Tanam-tanaman
dan pertanian.
d.
Jenis
takhyul lainnya adalah keyakinan rakyat yang tidak dapat dimasukkan ke dalam
golongan yang dibuat oleh Wayland di Banjar, misalnya sebagai berikut.
Pulasit yaitu setan wanita yang suka
merasuki wanita melalui ibu jari kakinya. Wanita yang dirasukinya itu akan
terus menjerit-jerit sambil berkata macam-macam. Pada kepercayaan masyarakat
Banjar yaitu orang yang suka Mempulasit
ini akan sangat disayang oleh suaminya.
Tuyul yaitu setan anak-anak yang
berkepala gundul dan bertelanjang. Pada kepercayaan masyarakat Banjar yaitu,
orang yang memelihara tuyul ini akan menggunakan tuyul tersebut untuk mengambil
uang di tiap-tiap rumah warga.
Kuyang yaitu setan jadi-jadian yang
keluar setiap malam untuk menghisap darah manusia. Pada kepercayaan masyarakat
Banjar, orang yang menjadi kuyang ini akan sangat disayang juga oleh suaminya.
Hantu api yaitu hantu yang berbentuk bola
api. Apabila ada rumah yang disinggahi hantu api tersebut, maka rumah itu akan
kebakaran apabila tidak diadakan manyalamat.
Fungsi-fungsi
dari takhyul terhadap kehidupan masyarakat pendukungnya. Fungsi yang paling menonjol adalah sebagai
penebal emosi keagamaan atau kepercayaan. Hal itu disebabkan manusia yakin akan
adanya makhluk-makhluk gaib yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya
dan berasal dari jiwa-jiwa orang mati, atau manusia takut akan krisis-krisis
dalam hidupnya, atau manusia yakin akan adanya gejala-gejala yang tidak
dapat diterangkan dan dikuasai oleh
akalnya, atau manusia percaya akan adanya
suatu kekuatan sakti dalam alam, atau manusia dihinggapi emosi kesatuan
dalam masyarakatnya, atau manusia mendapat suatu firman dari Tuhan, atau semua
sebab tersebut diatas (Koentjaraningrat, 1967: 218).
Fungsi-fungsi
yang lain adalah sebagai sistem proyeksi khayalan suatu kolektif yang berasal dari halusinasi
seseorang. Sebagai alat pendidikan anak atau remaja. Sebagai “penjelasan” yag dapat diterima akal
suatu folk terhadap gejala alam yang sangat sukar dimengerti sehingga sangat
menakutkan, agar dapat diusahakan penanggulangannya. Dan fungsi yang terakhir
adalah untuk menghibur orang yang sedang mengalami musibah.
B. Permainan
Rakyat
Permainan
rakyat di dunia ini, untuk orang dewasa maupun untuk kanak-kanak, biasanya
berdasarkan gerak tubuh seperti lari, dan lompat atau berdasarkan kegiatan
sederhana, seperti kejar-kejaran, sembunyi-sembunyian, dan berkelahi-kelahian,
atau berdasarkan matematika dasar atau kecekatan tangan, seperti menghitung dan
melemparkan batu kesuatu lubang tertentu; atau berdasarkan keadaan
untung-untungan, seperti main dadu (Brunvand, 1968: 227).
Beberapa
permainan rakyat yang ada di Banjar yaitu sebagai berikut.
Balugu, yaitu permainan rakyat orang
Banjar yang menggunakan tempurung atau lelehan plastik yang telah dibuat dalam
sebuah cetakan bulat dan didinginkan dengan sebilah kayu yang di tajami
bawahnya permainan ini dilkukan oleh anak laki-laki dengan cara menyusun lugu tersebut sesuai dengan garis yang
telah ditetapkan, kemudian diarahkan ke lugu
yang telah disusun temannya menggunakan sebilah kayu yang dipegangnya.
Aasinan, yaitu permainan permainan yang
dilakukan minimal 4 orang, baik itu laki-laki atau perempuan. Permainan ini
dalam bahasa Indonesianya disebut dengan gerobak
sodor.
Babidak, yaitu permainan anak laki-laki
yang mengadu kekuatan buah karet dengan cara menekankan buah karet kepunyaan
anak dengan buah karet kepunyaan lawannya. Yang kalah dalam permainan ini
adalah pemain yang pecah buah karetnya.
Babandar, yaitu permainan anak laki-laki
yang menyerupai orang berjudi. Permainan ini menggunakan gambaran (kartu gambar
tokoh-tokoh kartun atau artis) dan uang sen dari Cina dengan seorang juru
bandar.
Balasam, yaitu permainan anak perempuan
menggunakan satu lasam (pecahan
tempurung atau pecahan keramik) yang akan digunakannya untuk melempar ke
kotak-kotak yang telah digaris kemudian dilompati. Permainan ini bisa dilakukan
oleh satu orang dan banyak orang. Lasam ini bentuknya ada yang menyerupai
manusia dan ada yang hanya 6 persegi yang dihubungkan dan ada juga yang
menggunakan kaki.
Beberapa fungsi
permainan rakyat yaitu untuk rekreasi. Fungsi ini menjadi sangat penting bagi
petani pedesaan yang bertempat tinggal di pedalaman yang sangat terpencil dan
kurang mempunyai hiburan yang lain kecuali permainan dan kegiatan kesenian.
Fungsi lain sebagai media belajar dan mendidik anak untuk menjadiorang yang
berjiwa lebih sportif.
Sebuah
Folklor Contoh Bukan Lisan
A. Makanan
Rakyat
Pendapat
George M. Foster dan Barbara Gallatin Andersonmengatakan bahwa kebudayaan adalah yang menentukan suatu itu
merupakan makanan atau bukan (1978: 265).
Konsep Makanan
Dari
sudut Antropologi atau folklore makanan merupakan fenomena kebudayaan. Oleh karena itu, makanan bukanlah
sekedar produksi organisma dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat
dikonsumsi oleh organisasi hidup, termasuk juga untuk mempertahankan hidup
mereka; melainkan bagi setiap anggota kolektif, makanan selalu ditentukan
kebudayaannya masing-masing.
Cara Memperoleh Makanan
Cara
memperoleh makanan ada macam-macam. Namun dalam garis besarny adapat
digolongkan menjadi dua kategori yaitu, langsung mengambilnya dari alam seperti
meramu, berburu dan menangkap ikan atau binatang lainnya dengan memproduksinya.
Cara yang kedua yaitu menanam tanaman di sawah, ladang atau kebun, memelihara
ternak, memelihara ikan di tambak atau kolam.
Cara Pengolahan Makanan
Menurut
Koentjaraningrat (1980: 212) makanan manusia dapat digolongkan menjadi tiga
jenis yakni melalui pemasakkan, melalui proses peragian (fermentation), dan makanan yang masih mentah, dalam arti bebas
dari salah satu pengolahan.
Makanan
yang dimasak adalah makanan yang sebelum dihidangkan diolah dahulu dengan
mempergunakan panasnya api secara langsung misalnya dengan pemanggangan maupun
tidak langsung dengan merendam didalam minya minyak (menggoreng), dimasukkan ke dalam oven atau di rebus.
Cara
pengolahan melalui peragian (fermentation)
yaitu dengan menularkan spora-spora ragi pada makanan tertentu. Contohnya tape
singkong atau ketan, tempeyak (durian yang diragi).
Yang
termasuk dalam pengolahan makananadalah resep-resep makanan yang tidak boleh
kita lupa sewaktu mempelajari resep makanan dari suatu bangsa.
Cara Penyajian
Cara
penyajian makanan dapat bersifat sederhana, tetapi juga dapat bersifat megah.
Tujuan penyajian makanan dapat untuk orang hidup maupun untuk orang mati atau
roh-roh halus.
Fungsi Makanan
Menurut
Foster dan Anderson secara simbolis, makanan sedikitnya dapat berupa empat
ungkapan, yakni (a) ikatan sosial,
mungkin bagi setiap masyrakat menyajikan makanan dan minuman mempunyai makna
mempersembahkan cinta, kasih dan persahabatan, (b) solidaritas kelompok, diantara beberapa suku bangsa di Indonesia
terutama yang berpendidikan Barat, makan bersama pada malam hari sering
berfungsi sebagai memelihara solidaritas keluarga, (c) makanan dan ketegangan, makanan tertentu dapat lebih menggambarkan
identitas suatu kelompok, daripada benda-benda kebudayaan lainnya bagi kelompok
yang mepergunakannya. Hal ini diebabkan karena ia dapat mengembalikan
ketenangan orang yang sedang mengalami ketegangan jiwa, (d) dan simbolisme makanan dalam bahasa, di
dalam banyak bahasa di Dunia sifat suasana hati (mood) seseorang diibaratkan dengan kwalitas atau keadaan suatu
makanan. Contohnya “setengah mateng” yaitu orang belum dewasa secara emosional.
Masakan Khas Banjar yang Paling
Terkenal
Pakasam berasal desa Mahang di Kecamatan
Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, kabupaten ini lebih dikenal dengan nama
ibukotanya yaitu Barabai. Pakasam merupakan ikan yang telah di
Jaruk istilah banjar untuk pengawetan makanan dengan asam atau garam. ikan
diasami selama beberapa hari, dengan memakai sedikit cuka dan beri taburan dari
nasi dingin yang dikeringkan dan disangrai, lalu kemudian ikut diasamkan dengan
ikan tadi. Biasanya
yang paling enak adalah dari Ikan sepat (iwak sepat) tapi bisa juga ikan-ikan
air tawar lainnya. Pakasam ini mempunyai bau khas, bau asam yang membusuk dan
sangat menggugah selera, semakin buruk pakasam tersebut akan semakin terasa
enak. Apalagi dengan pengemasan dengan daun pisang.
Selanjutnya adalah atau mandai. sebagiannya menyebutnya
dengan nama jaruk mandai. Mandai berasal dari kulit nangka, kulit Tiwadak
(cempedak), kulit Tarap, ketiga buah ini membunyai bentuk buah kulit yang sama.
Nangka dan tiwadak yang kulitnya biasanya hanya dibuang percuma setelah diambil
bijinya untuk dimakan namun bagi urang Banjar kulit-kulit ini diolah kembali
dan dijadikan kuliner yang menggiurkan.
Kulit dari buah yang sudah matang dibersihkan kulit dari
luarnya, daging kulit berserta daging yang menjuntai pengikat buah diambil,
kemudian di taburi dengan garam dan didiamkan beberapa hari sampai garam itu
meresap, setelah itu sudah siap untuk di buat bahan masakan. Biasanya kulit ini
dapat tetap disimpan selama beberapa bulan dalam cairan garam. Namun khusus
kulit cempedak yang hanya dapat di dapatkan pada musim-musim tertentu bisa
disimpan sampai satu tahun lebih didalam botol cairan garam, karena semakin
lama disimpan akan semakin terasa enak ketika dibuat masakan.
Selanjutnya adalah buah tarap yang hanya bisa didapatkan
pada musimnya saja, buah tarap mentah harus direbus dulu, baru kemudian
dibersihkan, sesudah itu baru digarami seperti juga buah nangka dan cempedak.
Mandai biasanya tidak dijual dipasaran, karena bisa dibuat sendiri dirumah,
tapi khusus untuk mandai dari kulit nangka muda ada pembuatan khusus dengan
cuka yang hanya bisa ditemukan di pasar-pasar traditional barabai, sayangnya
mandai dari kulit nangka muda ini hanya dapat bertahan satu minggu.
Makanan Tradisi Orang Banjar
Iwak wadi
(ikan asin) adalah ikan yang telah disusun secara berlapis-lapis sambil
meletakkan garam di atas ikan tersebut. Terdapat juga orang yang menyediakan
ikan ini menaburkan beras goreng di dalamnya. Untuk menikmati ikan tersebut
perlu menunggu hingga sebulan untuk memastikan ikan-ikan tersebut benar-benar
meresap dengan bahan-bahan yang telah dimasukkan di dalam ikan tersebut. Cara
memasak iwak wadi ini adalah dengan menggoreng bersama bawang besar dan cabe serta
dimakan panas-panas bersama nasi putih. Hidangan ini nyata dapat membangkitkan
selera kepada orang yang menikmatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar