Senin, 11 Februari 2013

Beberapa Folklor Lisan Banjar


Beberapa Contoh Folklor Lisan Indonesia

A.    Bahasa Rakyat
Bentuk lain bahasa rakyat adalah slang. Slang adalah kosa kata dan idiom para penjahat gelandangan atau kolektif khusus. Pada masa kini slang dalam arti khusus itu (bahasa rahasia) disebut cant.
Bahasa rakyat lainnya yang mirip dengan slang adalah yang disebut  shop talk atau bahasa para pedagang. Contohnya di Banjar yaitu salawi yang artinya dua puluh lima dan talu yang artinya tiga.
Selanjutnya bentuk lain slang adalah colloquial, yakni bahasa sehari-hari yang menyimpang dari bahasa konvensional. Contohnya di Banjar yaitu bahasa P yang digunakan oleh anak remaja Hulu Sungai. Setiap suku kata yang ingin diucapkannya selalu ditambah dengan kata pi, pu atau pa. Contohnya kata bakawanan menjadi bapa kapa wapa napan. Contoh lainnya bajukung menjadi bapa jupu kupung dan kata bahiring menjadi bapa hipi riping.
Bentuk bahasa rakyat yang lain adalah yang disebut sirkumlokusi (circumlocution), yaitu ungkapan tidak langsung. Contohnya di Banjar yaitu ketika orang Banjar membawa nasi ketan atau telur melewati hutan atau tempat angker mereka mengucapkan umpat lalu datulah. Penggunaan ini sebenarnya untuk menghindari setan atau makhluk halus yang ingin mencicipi ketan dan telur tersebut  atau mengganggui orang yang membawa benda tersebut.
Bentuk lain dari bahasa rakyat adalah yang disebut dengan kata-kata onomatopoetic (onomatopoctic), yakni kata-kata yang dibentuk dengan mencontoh bunyi atau suara alamiah. Contohnya di Banjar yaitu pada waktu orangtua memperkenalkan beberapa hewan kepada anaknya yang masih kecil atau masih bayi dengan mengikuti bunyi hewan tersebut supaya lebih mudah di ingat. Contohnya kucing yang dikatakan dengan inyau, minyau atau meong karena suaranya yang mengeong dan ayam yang dikatakan dengan uuk karena berkokok.
Bentuk terakhir bahasa rakyat yaitu onomastis (onomastics), yakni nama tradisonal jalan atau tempat-tempat tertentu yang mempunyai legenda sebagai sejarah terbentuknya. Sebagai contoh di Banjar, Kalimantan Selatan yaitu asal usul sebuah desa yang bernama Sungai Bahadangan yang terdapat di kabupaten Hulu Sungai Utara. Asal ceritanya yaitu sewaktu pembuatan sungai kecil ini dahulu dilakukan dengan tenaga manusia, di bantu oleh lukuan hadangan (kubangan kerbau) yang diturunkan oleh warga desa sehingga terciptalah sungai tersebut dengan nama Sungai Bahadangan yang digunakan warga untuk mengairi sawah mereka.

B.     Ungkapan Tradisional
Ungkapan tradisional mempunyai tiga sifat hakiki yang perlu diperhatikan, yakni (a) peribahasa harus berupa satu ungkapan, tidak cukup hanya berupa satu kata tradisional saja seperti “astaga” atau “ajigile”; (b) peribahasa ada dalam bentuk yang sudah standar, misalnya “ seperti katak yang congkak” (c) suatu peribahasa haru mempunyai vitalitas (daya hidup) tradisi lisan, yang dapat dibedakan dari bentuk-bentuk klise tulisan yang berbentuk syair, iklan, reportase olahraga, dan sebagainya (Brunvand, 1968: 38)
Peribahasa dapat dibagi menjadi empat golongan, yakni
a.       Peribahasa yang sesungguhnya adalah ungkapan tradisional yang mempunyai sifat-sifat: (1) kalimatnya lengkap, (2) bentuknya biasa kurang mengalami perubahan, (3) mengandung kebenaran atau kebijaksanaan. Sebagai contoh di Banjar yaitu balimbai jariji sapuluh yang artinya tidak membawa apa-apa. Peribahasa ini mengibaratkan bahwa orang yang bertamu ke tampat kita tidak membawa oleh-oleh apa-apa sekedar membawa jari tangan yang sepuluh., dapur kada bakukus, peribahasa ini sering digunakan oleh masyarakat tradisional Banjar yang masih menggunakan dapur (tungku api yang terbuat dari tanah liat buatan orang Negara) berarti pekerjaan di dapur seperti memasak, merebus air atau mengoseng sayur mesti ada asapnya, jika dapur tidak mengeluarkan asap berarti tidak memasak apa-apa karena tidak mempunyai uang.
b.      Peribahasa yang tidak lengkap kalimatnya juga mempunyai sifat-sifat khas, seperti: (1) kalimatnya tidak lengkap, (2) bentuknya sering berubah, (3) jarang mengungkapkan kebijaksanaan, (4) biasanya bersifat kiasan. Sebagai contoh di banjar yaitu barandah pada kancur  yang artinya orang yang pandai, berpendidikan tinggi mempunyai watak yang sederhana dan rendah hati. Contoh lainnya yaitu cubik ramuk balanai pacah yang artinya pengibaratan orang yang sedang terkena musibah tidak hanya semacam saja.
c.       Peribahasa perumpamaan adalah ungkapan tradisional, yang biasanya dimulai dengan kata-kata “seperti” atau “bagai” dan lain-lain. Sebagai contoh di Banjar yaitu kaya api dikubui banyu peribahasa ini mengibaratkan orang yang awalnya sedang marah besar tiba-tiba dating istrinya atau orang tuanya menasehati langsung terdiam. Dan kaya siput dipais peribahasa ini mengibaratkan orang yang sangat pendiam, dia mengucapkan kata dengan seadanya.
d.      Ungkapan-ungkapan yang mirip peribahasa adalah ungkapan-ungkapan yang yang dipergunakan untuk penghinaan (insult): nyeletuk (retort): atau suatu jawaban pendek, tajam, lucu, dan merupakan peringatan yang dapat menyakitkan hati (wisecracks). Sebagai contoh di Banjar yaitu mancaluk padaringan urang, peribahasa ini sifatnya menyindir yang ditujukan kepada orang yang suka mencampuri urusan rumah tangga orang lain. Dan kada titik banyu diganggam peribahasa ini ditujukkan kepada orang yang sangat pelit dan tidak mau membantu orang lain.

C.    Pertanyaan Tradisional
Pertanyaan tradisional, di Indonesia lebih terkenal dengan nama teka-teki, adalah pertanyaan yang bersifat tradisional dan mempunyai jawaban yang tradisional pula. Menurut Robert A. Georges dan Alan Dundes teka-teki dapat digolongkan ke dalam dua kategori umum, yakni: (1) teka-teki yang tidak bertentangan (nonoppositional riddles) contohnya adalah apanya nang ditanaman jawabannya yaitu di pahumaan? Jawabannya yaitu banih (padi), contoh lainnya yaitu mata apa nang paling ganal? Jawabannya matahari. Dalam teka-teki ini baik topik maupun referen atau jawabannya secara harfiah sama dengan apa yang dimaksudkan yaitu padi, dan (2) teka-teki yang bertentangan (oppositional riddles) contohnya di Banjar yaitu, banyu dibawah api diatas kada pajah jawabannya lampu duduk (lapu teplok) contoh lainnya yaitu binatang nang paling sugih? Jawabanynya burung belibis (beli Bis) karena disini sangat mustahil seorang burung bisa membeli bis. .
Jan Harold Brunvand kemudian menambahakan teka-teki yang seolah-olah cabul di Indonesia dan benar-benar cabul. Contohnya napa bantuknya panjang, babulu, dikulum taliur? Jawabannya adalah orang basikat gigi. Dan contoh lainnya yaitu lakiannnya unggat-unggat sampai bapaluhan, biniannya duduk tasandar? Jawabannya orang narik bica (becak).
Pada teka-teki yang tidak bertentangan, yang bersifat harfiah, jawab (referent) dan pertanyaannya (topiknya) adalah identik. Sedikitnya ada tiga macam pertentangan yang berbeda pada teka-teki bertentangan dari tradisi lisan orang Inggris, yakni: (1) kontradiksi yang berlawanan; (2) kontradiksi yang mengurangi; (3) kontradiksi yang menyebabkan.
Keadaan akan menjadi lain pada teka-teki yang tidak bertentangan yang bersifat kiasan.
Teka-teki yang tergolong bentuk lainnya:
a.       Pertanyaan yang bersifat teka-teki atau riddling questions, adalah teka-teki yang jawabannya tidak dapat diramalkan sebelumnya. Contohnya dalam bahasa banjar yaitu bangsa napa yang balawasan tinggal diarab tapi kada bisa surah arab? Jawabannya bangsamat alias bang Samat, urang Banjar yang pergi ke Arab.
b.      Pertanyaan yang bersifat permainan kata-kata atau punning, adalah teka-teki yang berbentuk dari permainan kata-kata dengan lucu. Kata-kata yang dipergunakan sama, namun mempunyai arti yang berbeda. Napa bida daun kastela lawan tangan bibinian? Jawabannya adalah daun kastela gasan malamahkan daging sedangkan tangan bibinian mangarasakan daging. Contoh lainnya yaitu napa bida sapi Indonesia lawan sapi Japang? Jawabannya adalah sapi Jepang bisa makan rumput Indonesia, sedangkan sapi Indonesia kada bisa makan rumput Japang (tali rafia).
c.       Pertanyaan yang bersifat permasalahan (problem atau puzzle) adalah teka-teki yang berhubungan dengan kitab injil, ilmu hitung, silsilah, atau pertanyaan praktis. Contohnya yaitu, binatang napa ngini, bahintalu didarat, kurik 2 3 lubang hanyar bahintalu, masa bahintalu mun dijajak urang gin kada kisah,sambil barubuyan banyu mata bahintalu, munnya sudah manatas anaknya nang halu gin sudah bisa bakunyung sampai malintasi 9 lautan, imbah tu bahintalu pulang ditampat nang sama. Jawabannya adalah panyu (penyu).
d.      Pertanyaan perangkap (catch question) adalah teka-teki bentuk lain, yang dipergunakan untuk membuat orang yang kurang waspada malu karena terpedaya.  Jaka binatang sakolah binatang napa yang tiap hari langganan talambat? Jawabannya adalah kaki saribu. Kaki coba jika kita pikirkan, kaki seribu harus memakai seribu sepatu tiap hari. Bagaimana dia tidak akan selalu telat datangnya.
Contohnya mana pintarnya kucing lawan lawan warik? Amunnya ikam dasar pintar pasti bisa manjawab. Apabila pendengarnya menjawab lebih pintar warik atau kucing penanya akan berkata kamu pernah sekelas dengan mereka ya. Maka, jawabannya yang benar adalah kada tahu (tidak tahu), kada suah sakalas lawan buhannya tu pang (karena saya tidak pernah sekelas dengam mereka).
e.       Pertanyaan yang bersifat lelucon (riddle joke), yaitu salah satunya adalah yang berkisar mengenai makanan. Contohnya di daerah Banjar yaitu, basisik lain naga, bamahkota lain raja. Jawabannya nenas. Contoh lainnya yaitu lihat dihiga hijau bila dimakan habang, nangapa ngintu? Jawabannya adalah semangka.
Seperti pada bentuk-bentuk folklore lainnya, teka-teki juga mempunyai fungsi atau guna. Menurut Alan Dundes (1968: 8) fungsi itu yaitu: (1) untuk menguji kepandaian seseorang, (2) untuk meramal, (3) sebagai bagian dari upacara perkawinan, (4) untuk mengisi waktu pada saat bergadang menjaga jenazah, (5) untuk dapat melebihi orang lain.

D.    Sajak dan Permainan Rakyat
Kekhususan genre folklor lisan ini adalah bahwa kalimatnya tidak berbentuk bebas (free phrase) melainkan berbentuk terikat (fix phrase). Sajak atau puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya, biasanya terjadi dari beberapa kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang berdasarkan panjang pendek suku kata, lemah tekanan suara, atau hanya berdasarkan irama.
Puisi rakyat dapat berbentuk macam-macam, antara lain dapat berbentuk ungkapan tradisional (peribahasa), pertanyaan tradisional (teka-teki), cerita rakyat, dan kepercayaan rakyat yang berupa mantra-mantra.
Contoh-contoh puisi rakyat tersebut yang terdapat di daerah Banjar yaitu sebagai berikut.
a.       Ungkapan tradisional (pribahasa) yaitu, bajurut kaya saluang mudik, pribahasa ini mengungkapkan bahwa banyak orang yang lewat dijalan, tidak habis-habisnya sambil bercengkrama baik itu laki-laki ataupun perempuan. Contoh lainnya yaitu ganal suap pada muntung yang artinya pengibaratan kepada teman kita supaya menyesuaikan dengan penghasilan dan keadaan kita, jangan menurutkan hawa napsu.
b.      Pertanyaan tradisional yaitu tatangguhan, mata napa nang paling ganal? Jawabannya matahari, dan banyu napa nang pali wani? Jawabannya banyu tajun.
c.       Cerita rakyat, yaitu kisah Dayuhan lawan Intingan di rumah nini Randa balu. Cerita Radin Pangantin yang durhaka kepada ibunya.
d.      Kepercayaan rakyat yang berupa mantra-mantra salah satunya yaitu, mantra pur sinapur, yaitu mantra yang digunakan seorang perempuan untuk memikat laki-laki pujaannya saat berdandan.
Pur sinapur
Kaladi baguyangan
Bismillah aku bapupur
Si Utuh karindangan
Contoh sajak permainan kanak-kanak Banjar
Cuk-Cuk Bimbi
Cuk-cuk bimbi
Bimbi tuan sarunai
Tacucuk takulibi
Muhanya kaya panai
(Sagincul liu - liu, sagincul liu - liu)
Permainan ini biasanya dilakukan minimal oleh tiga orang. Seorang anggota permainan ini membungkukkan badan dan kepalanya serta memejamkan mata, sedangkan anggota lainnya meletakkan masing-masing sebelah tangannya di atas punggung di yang “jadi”. Lalu, para anggota mulai bermain sambil menyanyikan sajak tersebut serta menggilirkan sebuah kertas yang digulung sangat kecil ke atas telapak tangan para anggota. Setelah itu, kertas yang kecil tersebut disembunyikan oleh seorang anggota dan si “jadi” harus menebak di tangan siapa kertas itu berada. Jika salah, ia tetap “jadi”.  Sedangkan jika ia dapat menebak di mana kertas tersebut, maka si pemegang kertas itu yang “jadi”. Begitu seterusnya.
Ingka-Ingka Pariuk
Ingka-ingka pariuk
Pariuk sunting Jawa
Si Jawa tulak malunta
Malunta ka tanah habang
Ulihi iwak saikung
Dibanam api nyarak
Api lampihung
Baucap buruk muntung
Bulan kaya lasung
Hup‼‼!
Permainan ini biasa dilakukan oleh minimal tiga orang, jari kelingking dikaitkan dengan teman yang lain sambil menyanyikan lagu Ingka-Ingka Pariuk serta tangan dimajumundurkan.
Sajak Anak-Anak di Banjarmasin
Unggat-Unggat Apung
Unggat-unggat apung
Apung sinali-nali
Talipat daun jukung
Anak punai rajawali
injam kapak injam balayung
Sagan napa kapak balayung
Sagan manabang kayu tinggi
Sagan manyubarang
Maapa manyubarang
Sagan manangkap hayam tukung
Saapa darahnya
Sagantang bajubung
            Sajak ini biasanya dinyanyikan untuk menidurkan anak-anak/bayi. sang anak biasanya diletakkan di kaki si ibu yang sedang berbaring sambil mengayun-ayunkan kakinya.
Yun Dinana
Yun dinana
Cupak capung disana
nuntunan malam kaina
Urak payung muat balima
Sajak ini dinyanyikan untuk menidurkan anak-anak sambil mengayunkannya serta menepuk pantatnya hingga si anak tertidur lelap.

E.     Nyanyian Rakyat (Folksongs)
Menurut Jan Harold Brunvand, nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata atau lagu-lagu, yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional, serta banyak mempunyai varian (1968: 130).
Nyanyian rakyat dapat dibedakan dari nyanyian lainnya, seperti nyanyian pop atau klasik (art song), karena sifatnya yang mudah dapat berubah-ubah, baik bentuk maupun isinya. Hal ini disebabkan nyanyian seriosa (klasik) dipelajari orang dari buku nyanyian tercetak tepat seperti apa yang asli ditulis oleh penggubahnya.
Di Indonesia misalnya ada suatu masa nyanyian pop bernada calypso, seperti, misalnya lagu Ayam den Lape yang dinyanyikan oleh Nurseha dan diiringi orkes Gumarang di bawah pimpinan Asbon pada tahun lima puluhan.
Nyanyian rakyat lebih luas peredarannya pada suatu kolektif daripada nyanyian seriosa ata nyanyian pop dan dapat bertahan untuk beberapa generasi. Hal ini disebabkan jika nyanyian  seriosa dan pop hanya beredar di antara kolektif yang melek huruf dan semi melek huruf, maka nyanyian rakyat selain beredar diantara kolektif buta huruf dan semi buta huruf juga beredar di antara yang melek huruf.
Ciri yang membedakan nyanyian rakyat dari nyanyian pop dan nyanyian seriosa dan penyebarannya yang melalui lisan, sehingga bersifat tradisi lisan dan dapat menimbulkan varian-varian.
Jenis-jenis nyanyian  rakyat
Dibawah ini beberapa nyanyian rakyat yang tergolong nyanyian rakyat yang sesungguhnya yaitu,
a.       Nyanyian rakyat yang berfungsi adalah nyanyian rakyat yang kata-kata dan lagunya memegang peranan yang sama penting. Jenis nyanyian rakyat ini dibagi lagi:
1.      Nyanyian kelonan (lullaby), contoh di Banjar yaitu Yun Dinana dengan Ayunana.
2.      Nyanyian kerja (working song) yaitu, Sibungas hati. Lagu ini bersifat menggugah semangat kerja karena bekerja mempunyai tujuan untuk meminang kekasih pujaannya.
3.      Nyanyian permainan (play song) yaitu, Ampar-Ampar Pisang dan Donal Bebek.
b.      Nyanyian rakyat yang bersifat liris, yakni nyanyian rakyat yang teksnya bersifat liris, yang merupakan pencetusan rasa haru pengarangnya yang anonim itu, tanpa menceritakan kisah yang bersambung (coherent). Jenis dari nyanyian ini yaitu:
1.      Nyanyian rakyat liris yang sesungguhnya, yakni nyanyian-nyanyian yang liriknya mengungkapkan perasaan tanpa menceritakan suatu kisah yang bersambung. Contohnya di Banjar yaitu,
Kada Sakapur Sirih
Ujar pang habar ikam sudah balarangan
Aku tapaksa baundur bagamat
Urang sajiran sudah tahu jua
Ikam wan aku kada sakapur sirih
Ikam urang nang sugih
Aku urang tasisih
Ibaratkan daun sirih kada sampuk urat
Jangankan harta warisan apalagi kasugihan
Jangankan rumah nang ganal apalagi rumah nang baloteng
Pondok haja gin batawing paring
 Bahatap kajang dua talu bidang.
2.      Nyanyian rakyat liris yang bukan sesungguhnya, yakni nyanyian rakyat yang menceritakan kisah yang bersambung (coherent). Uraian lebih terperinci mengenai hal ini yaitu sebagai berikut.
a)      Nyanyian rakyat yang bersifat kerohanian dan keagamaan lainnya.
b)      Nyanyian rakyat yang memberi nasehat untuk berbuat baik. Contohnya di Banjar yaitu bamadihinan, seni ini berasal dari kata mamadahi “memberi nasehat”.
c)      Nyanyian rakyat mengenai pacaran dan pernikahan.
Ancapi badatang
Coba pang pian kaka ai ancapi pang badatang
Jangan ditunda lagi kaka ai uma abah mahadang
Kabila jua kaka ai pian handak badatang
Hati batagur takut kaka ai pian diambil urang
……………
d)     Nyanyian bayi dan kanak-kanak.
Ayunana
Yuuuuuun
Adingku guring
Matanya kalat disuruh guring
Lailahaillallah, Muhammad pesuruh Allah
Dilahirkan di kota Mekah
Wafatnya nang di Madinah
Guringakan adingku sayang...
Matanya kalat handak guring
e)      Nyanyian yang bertimbun banyak. Contohnya Anak Pipit.
Anak Pipit
Anak pipit gugur matan disarang
Katana disala rampun sarai
Umai-umai kada pang samapai hati
Kasihani anak pipit
Ambili anak pipit
Malihat anak pipit kan cilaka
Jangan biarkan anak pipit dalam sengsara
f)       Nyanyian-nyanyian daerah dan orang-orang yang mempunyai mata pencaharian tertentu. Contohnya Acil Inah Bajual Apam Barabai.
g)      Nyanyian rakyat yang bersifat berkisah (narrative songs). Contohnya di Banjar yaitu, Pangeran Samudra.
h)      Nyanyian jenaka.
Udik
Arainya pang aku tatamu lawan dikau
Napang ti habar dating pina hahayutu
….
Umai lih raminya
Mutur pina laju-laju
Kapalaku pusing luku aku masuk angin
…..
Ngalihnya umpau kau
Jalas aku kada satuju
Labih baik aku dirumah balingkar dalam kalambu.

Beberapa Contoh Folklor Sebagian Lisan Indonesia
A.    Kepercayaan Rakyat
Kepercayaan rakyat, atau yang seringkali juga disebut “takhyul”, adalah kepercayaan yang oleh orang berpendidikan Barat dianggap sederhanabahkan pandir, tidak berdasarkan logika, sehingga ssecara alamiah tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Ada satu klasifikasi takhyul yang dibuat oleh Wayland D. Hand yaitu sebagai berikut.
a.       Takhyul di sekitar lingkungan hidup manusia
1.      Lahir, masa bayi, dan masa kanak-kanak.
Takhyul mengenai hal ini, misalnya kepercayaan yang terjadi di Banjar pada ibu hamil, suaminya tidak dibolehkan untuk menyembelih ayam, karena akan menyebabkan anak yang dikandung istrinya akan cacat ketika lahir.
2.      Tubuh manusia, dan obat-obatan rakyat
Takhyul mengenai hal ini di Banjar misalnya, pada anak bayi tidak boleh dicolek pipinya yang menyebabkan anak tersebut apabila sudah besar suka meminta-minta makanan ataupun barang-barang punya orang.
Takhyul mengenai obat-obatan pada masyarakat Banjar yaitu air yang bekas diminum oleh orang alim sangat bagus diminumkan kepada anak-anak yang sangat nakal dan bandel. Yang berfungsi untuk menghentikan kelakuannya yang nakal tersebut.
3.      Rumah, dan pekerjaan rumah tangga.
Takhyul yang berhubungan dengan hal ini di Banjar yaitu, kepercayaan pada saat batajak rumah (membangun rumah) hal yang pertama kali dilakukan sebelum barajak rumah adalah memastikan apakah lokasi rumah itu termasuk jalan atau tempat tinggal oraang gaib atau tidak. Untuk itu harus ada yang meminta bantuan kepada seorang tokoh ulama tertentu untuk “memeriksa” tanah itu dan memberi tahukan apakah tanah itu lokasi tempat tinggal atau jalan orang gaib atau tidak. Cara lain ialah membentangkan benang di sekeliling lokasi menjelang senja dan membiarkannya selama semalam. Jika pagi harinya ternyata benang itu putus, dapatlah dipastikan tanah itu merupakan jalan atau tempat tinggal orang gaib.
4.      Mata pencaharian, dan hubungan sosial.
Takhyul mengenai hal ini di Banjar yaitu, orang yang berkenaan dengan resepsi perkawinan. Apabila ada dua orang dalam satu rumah melaksanakan resepsi perkawinan di waktu, tempat dan hari yang sama akan menyebabkan pasangan yang satu meninggal atau bercerai.
5.      Perjalanan dan perhubungan.
Takhyul mengenai hal ini yang ada di Banjar yaitu, tidak diperbolehkan apabila di dalam sebuah rumah itu ada 2 orang atau lebih orang yang mau melakukan perjalanan jauh atau bepergian dengan arah yang berlawanan, misalnya yang satu ke hilir dan yang satu ke hulu. Kepercayaan ini beranggapan bahwa akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dalam perjalanan.
6.      Cinta, pacaran, dan menikah.
Takhyul mengenai hal ini di Banjar yaitu, kepercayaan apabila pada dua orang yang berkunjung ke Pagat (Barabai) baik itu suami istri ataupun masih pacaran akan bercerai atau putus. Karena arti kata Pagat dalam bahasa Indonesia adalah putus.
7.      Kematian, dan adat pemakaman.
Takhyul mengenai hal ini di Banjar yaitu, apabila ada orang tua meninggal dan meninggalkan anak yang masih kecil, maka anak itu harus dibawa juga kepamakaman dengan berjalan di bawah keranda orang tuanya tersebut. Ini dipercayai agar anak yang ditinggalkannya itu tidak terus-terusan mengenang orang tunya dengan bersedih hati dan terus menangis.
b.      Takhyul mengenai alam gaib, yaitu kepercayaan rakyat mengenai para dewa, roh-roh, makhluk-makhluk gaib, kekuatan sakti, dan alam gaib.
c.       Takhyul mengenai terciptanya alam semesta dan dunia oleh Wayland D. hand diperinci lagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut.
1.      Fenomena kosmik.
2.      Cuaca.
3.      Binatang dan peternakan.
4.      Penangkapan ikan dan berburu.
5.      Tanam-tanaman dan pertanian.
d.      Jenis takhyul lainnya adalah keyakinan rakyat yang tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan yang dibuat oleh Wayland di Banjar, misalnya sebagai berikut.
Pulasit yaitu setan wanita yang suka merasuki wanita melalui ibu jari kakinya. Wanita yang dirasukinya itu akan terus menjerit-jerit sambil berkata macam-macam. Pada kepercayaan masyarakat Banjar yaitu orang yang suka Mempulasit ini akan sangat disayang oleh suaminya.
Tuyul yaitu setan anak-anak yang berkepala gundul dan bertelanjang. Pada kepercayaan masyarakat Banjar yaitu, orang yang memelihara tuyul ini akan menggunakan tuyul tersebut untuk mengambil uang di tiap-tiap rumah warga.
Kuyang yaitu setan jadi-jadian yang keluar setiap malam untuk menghisap darah manusia. Pada kepercayaan masyarakat Banjar, orang yang menjadi kuyang ini akan sangat disayang juga oleh suaminya.
Hantu api yaitu hantu yang berbentuk bola api. Apabila ada rumah yang disinggahi hantu api tersebut, maka rumah itu akan kebakaran apabila tidak diadakan manyalamat.
Fungsi-fungsi dari takhyul terhadap kehidupan masyarakat pendukungnya.  Fungsi yang paling menonjol adalah sebagai penebal emosi keagamaan atau kepercayaan. Hal itu disebabkan manusia yakin akan adanya makhluk-makhluk gaib yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya dan berasal dari jiwa-jiwa orang mati, atau manusia takut akan krisis-krisis dalam hidupnya, atau manusia yakin akan adanya gejala-gejala yang tidak dapat  diterangkan dan dikuasai oleh akalnya, atau manusia percaya akan adanya  suatu kekuatan sakti dalam alam, atau manusia dihinggapi emosi kesatuan dalam masyarakatnya, atau manusia mendapat suatu firman dari Tuhan, atau semua sebab tersebut diatas (Koentjaraningrat, 1967: 218).
Fungsi-fungsi yang lain adalah sebagai sistem proyeksi khayalan suatu  kolektif yang berasal dari halusinasi seseorang. Sebagai alat pendidikan anak atau remaja.  Sebagai “penjelasan” yag dapat diterima akal suatu folk terhadap gejala alam yang sangat sukar dimengerti sehingga sangat menakutkan, agar dapat diusahakan penanggulangannya. Dan fungsi yang terakhir adalah untuk menghibur orang yang sedang mengalami musibah.

B.     Permainan Rakyat
Permainan rakyat di dunia ini, untuk orang dewasa maupun untuk kanak-kanak, biasanya berdasarkan gerak tubuh seperti lari, dan lompat atau berdasarkan kegiatan sederhana, seperti kejar-kejaran, sembunyi-sembunyian, dan berkelahi-kelahian, atau berdasarkan matematika dasar atau kecekatan tangan, seperti menghitung dan melemparkan batu kesuatu lubang tertentu; atau berdasarkan keadaan untung-untungan, seperti main dadu (Brunvand, 1968: 227).
Beberapa permainan rakyat yang ada di Banjar yaitu sebagai berikut.
Balugu, yaitu permainan rakyat orang Banjar yang menggunakan tempurung atau lelehan plastik yang telah dibuat dalam sebuah cetakan bulat dan didinginkan dengan sebilah kayu yang di tajami bawahnya permainan ini dilkukan oleh anak laki-laki dengan cara menyusun lugu tersebut sesuai dengan garis yang telah ditetapkan, kemudian diarahkan ke lugu yang telah disusun temannya menggunakan sebilah kayu yang dipegangnya.
Aasinan, yaitu permainan permainan yang dilakukan minimal 4 orang, baik itu laki-laki atau perempuan. Permainan ini dalam bahasa Indonesianya disebut dengan gerobak sodor.
Babidak, yaitu permainan anak laki-laki yang mengadu kekuatan buah karet dengan cara menekankan buah karet kepunyaan anak dengan buah karet kepunyaan lawannya. Yang kalah dalam permainan ini adalah pemain yang pecah buah karetnya.
Babandar, yaitu permainan anak laki-laki yang menyerupai orang berjudi. Permainan ini menggunakan gambaran (kartu gambar tokoh-tokoh kartun atau artis) dan uang sen dari Cina dengan seorang juru bandar.
Balasam, yaitu permainan anak perempuan menggunakan satu lasam (pecahan tempurung atau pecahan keramik) yang akan digunakannya untuk melempar ke kotak-kotak yang telah digaris kemudian dilompati. Permainan ini bisa dilakukan oleh satu orang dan banyak orang. Lasam ini bentuknya ada yang menyerupai manusia dan ada yang hanya 6 persegi yang dihubungkan dan ada juga yang menggunakan kaki.
  Beberapa fungsi permainan rakyat yaitu untuk rekreasi. Fungsi ini menjadi sangat penting bagi petani pedesaan yang bertempat tinggal di pedalaman yang sangat terpencil dan kurang mempunyai hiburan yang lain kecuali permainan dan kegiatan kesenian. Fungsi lain sebagai media belajar dan mendidik anak untuk menjadiorang yang berjiwa  lebih sportif.

 Sebuah Folklor Contoh Bukan Lisan
A.    Makanan Rakyat
Pendapat George M. Foster dan Barbara Gallatin Andersonmengatakan bahwa  kebudayaan adalah yang menentukan suatu itu merupakan makanan atau bukan (1978: 265).
Konsep Makanan
Dari sudut Antropologi atau folklore makanan merupakan fenomena  kebudayaan. Oleh karena itu, makanan bukanlah sekedar produksi organisma dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat dikonsumsi oleh organisasi hidup, termasuk juga untuk mempertahankan hidup mereka; melainkan bagi setiap anggota kolektif, makanan selalu ditentukan kebudayaannya masing-masing.
Cara Memperoleh Makanan
Cara memperoleh makanan ada macam-macam. Namun dalam garis besarny adapat digolongkan menjadi dua kategori yaitu, langsung mengambilnya dari alam seperti meramu, berburu dan menangkap ikan atau binatang lainnya dengan memproduksinya. Cara yang kedua yaitu menanam tanaman di sawah, ladang atau kebun, memelihara ternak, memelihara ikan di tambak atau kolam.
Cara Pengolahan Makanan
Menurut Koentjaraningrat (1980: 212) makanan manusia dapat digolongkan menjadi tiga jenis yakni melalui pemasakkan, melalui proses peragian (fermentation), dan makanan yang masih mentah, dalam arti bebas dari salah satu pengolahan.
Makanan yang dimasak adalah makanan yang sebelum dihidangkan diolah dahulu dengan mempergunakan panasnya api secara langsung misalnya dengan pemanggangan maupun tidak langsung dengan merendam didalam minya minyak (menggoreng),  dimasukkan ke dalam oven atau di rebus.
Cara pengolahan melalui peragian (fermentation) yaitu dengan menularkan spora-spora ragi pada makanan tertentu. Contohnya tape singkong atau ketan, tempeyak (durian yang diragi).
Yang termasuk dalam pengolahan makananadalah resep-resep makanan yang tidak boleh kita lupa sewaktu mempelajari resep makanan dari suatu bangsa.
Cara Penyajian
Cara penyajian makanan dapat bersifat sederhana, tetapi juga dapat bersifat megah. Tujuan penyajian makanan dapat untuk orang hidup maupun untuk orang mati atau roh-roh halus.
Fungsi Makanan
Menurut Foster dan Anderson secara simbolis, makanan sedikitnya dapat berupa empat ungkapan, yakni (a) ikatan sosial, mungkin bagi setiap masyrakat menyajikan makanan dan minuman mempunyai makna mempersembahkan cinta, kasih dan persahabatan, (b) solidaritas kelompok, diantara beberapa suku bangsa di Indonesia terutama yang berpendidikan Barat, makan bersama pada malam hari sering berfungsi sebagai memelihara solidaritas keluarga, (c) makanan dan ketegangan, makanan tertentu dapat lebih menggambarkan identitas suatu kelompok, daripada benda-benda kebudayaan lainnya bagi kelompok yang mepergunakannya. Hal ini diebabkan karena ia dapat mengembalikan ketenangan orang yang sedang mengalami ketegangan jiwa, (d) dan simbolisme makanan dalam bahasa, di dalam banyak bahasa di Dunia sifat suasana hati (mood) seseorang diibaratkan dengan kwalitas atau keadaan suatu makanan. Contohnya “setengah mateng” yaitu orang belum dewasa secara emosional.

Masakan Khas Banjar yang Paling Terkenal
Pakasam berasal desa Mahang di Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, kabupaten ini lebih dikenal dengan nama ibukotanya yaitu Barabai. Pakasam merupakan ikan yang telah di Jaruk istilah banjar untuk pengawetan makanan dengan asam atau garam. ikan diasami selama beberapa hari, dengan memakai sedikit cuka dan beri taburan dari nasi dingin yang dikeringkan dan disangrai, lalu kemudian ikut diasamkan dengan ikan tadi. Biasanya yang paling enak adalah dari Ikan sepat (iwak sepat) tapi bisa juga ikan-ikan air tawar lainnya. Pakasam ini mempunyai bau khas, bau asam yang membusuk dan sangat menggugah selera, semakin buruk pakasam tersebut akan semakin terasa enak. Apalagi dengan pengemasan dengan daun pisang.
Selanjutnya adalah atau mandai. sebagiannya menyebutnya dengan nama jaruk mandai. Mandai berasal dari kulit nangka, kulit Tiwadak (cempedak), kulit Tarap, ketiga buah ini membunyai bentuk buah kulit yang sama. Nangka dan tiwadak yang kulitnya biasanya hanya dibuang percuma setelah diambil bijinya untuk dimakan namun bagi urang Banjar kulit-kulit ini diolah kembali dan dijadikan kuliner yang menggiurkan.
Kulit dari buah yang sudah matang dibersihkan kulit dari luarnya, daging kulit berserta daging yang menjuntai pengikat buah diambil, kemudian di taburi dengan garam dan didiamkan beberapa hari sampai garam itu meresap, setelah itu sudah siap untuk di buat bahan masakan. Biasanya kulit ini dapat tetap disimpan selama beberapa bulan dalam cairan garam. Namun khusus kulit cempedak yang hanya dapat di dapatkan pada musim-musim tertentu bisa disimpan sampai satu tahun lebih didalam botol cairan garam, karena semakin lama disimpan akan semakin terasa enak ketika dibuat masakan.
Selanjutnya adalah buah tarap yang hanya bisa didapatkan pada musimnya saja, buah tarap mentah harus direbus dulu, baru kemudian dibersihkan, sesudah itu baru digarami seperti juga buah nangka dan cempedak. Mandai biasanya tidak dijual dipasaran, karena bisa dibuat sendiri dirumah, tapi khusus untuk mandai dari kulit nangka muda ada pembuatan khusus dengan cuka yang hanya bisa ditemukan di pasar-pasar traditional barabai, sayangnya mandai dari kulit nangka muda ini hanya dapat bertahan satu minggu.
Makanan Tradisi Orang Banjar
Iwak wadi (ikan asin) adalah ikan yang telah disusun secara berlapis-lapis sambil meletakkan garam di atas ikan tersebut. Terdapat juga orang yang menyediakan ikan ini menaburkan beras goreng di dalamnya. Untuk menikmati ikan tersebut perlu menunggu hingga sebulan untuk memastikan ikan-ikan tersebut benar-benar meresap dengan bahan-bahan yang telah dimasukkan di dalam ikan tersebut. Cara memasak iwak wadi ini adalah dengan menggoreng bersama bawang besar dan cabe serta dimakan panas-panas bersama nasi putih. Hidangan ini nyata dapat membangkitkan selera kepada orang yang menikmatinya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar